5.

"Ansel" Alina berjalan menyusul Ansel yang sudah terbaring di atas ranjang empuk itu.

"Hm"

"Dimana ponselku" tanya Alina

"Entah"

"Jangan main main Ansel" ucap Alina semakin

kesal

"Aku tidak pernah main main. Jika kau ingin main main. Mari!!" ucap Ansel dan langsung terbangun.

"Dasar pria dingin!! Pria aneh!! Pria gila" umpat Alina meluapkan kekeasalannya.

"Jangan mengumpatiku. Aku khawatir kau akan jatuh cinta padaku nantinya" ucap Ansel

"Gausah GR" ucap Alina kesal dan menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas sofa.

"Tidurlah disini. Kau terlihat lelah" ucap Ansel

"Gak perlu" ucap Alina dan merebahkan tubuhnya. Lelah sekali dirinya hari ini.

"Aku tidak mau tau besok aku harus bisa keluar dari ruangan ini" ucap Alina dan memejamkan matanya.

"Kau akan keluar setelah menjadi milikku" gumam Ansel dengan tersenyum sinis.

Ansel menatap intens setiap inchi wajah cantik Alina. Wanita yang tengah tertidur pulas di atas sofa itu terlihat sangat cantik.

Ansel mendekat dan mengangkat tubuh Alina. Memindahkannya dari sofa ke atas ranjang agar wanita itu merasa nyaman dengan tidurnya.

Pria itu menarik selimut dan menutup sebagian tubuh Alina dengan selimut itu. Dengan lembut, Ansel mengusap rambut Alina yang tergera indah.

Ansel keluar dari dalam kamar itu dan membuka pintu. Dia masih memiliki kartu akses yang lain namun tidak di ketahui oleh Alina.

Seorang pelayan sudah cukup lama menunggu pintu terbuka dengan membawa segelas minuman yang sudah di pesan oleh Ansel. Ansel mengambil minuman tersebut dan kembali mengunci pintu.

Ansel duduk di sofa dan mengambil ponsel Alina yang ia ambil tadi. Sengaja? Tentu saja. Ansel sengaja mengambil ponsel wanita itu diam diam agar tidak ada yang bisa membantu wanita itu keluar dari ruangan ini.

Membuka ponsel tersebut dan wallpaper yang pertama ia lihat adalah foto wanita itu yang sangat cantik meskipun tanpa senyuman. Bahkan selama dua kali bertemu ini dirinya tidak pernah mendapati Alina sedang tersenyum.

Mengotak atik sebentar ponsel itu namun tidak ada sesuatu yang mencurigakan di dalamnya. Tentu saja itu adalah ponsel Alina yang baru saja wanita itu beli.

Ansel meletakkan ponsel Alina di atas meja. Pria itu meminum minuman yang baru saja ia pesan itu. Satu kali tegukan, isi di dalam gelas itu sudah habis tak tersisa.

Dalam waktu beberapa menit Ansel merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya. Ansel mengernyit apa ada yang sengaja menjebak dirinya. Sial!!.

Ansel membuka jas nya dan beberapa kancing kemeja nya bagian atas karena merasakan gerah. Keringat Ansel mulai bercucuran.

Ansel menatap Alina yang tertidur pulas dengan intens. Wanita itu tampak sangat cantik. Ansel bergerak mematikan lampu dan hanya menyisakan lampu yang ada di atas nakas saja.

.

.

Mentari menampakkan dirinya menyapa pagi yang indah. Sinar matahari menembus celah gorden dan membangunkan Alina yang semalam tertidur sangat pulas.

Bahkan dirinya pun merasa heran. Dirinya tak pernah tidur sepulas itu. Alina memegangi kepalanya yang terasa berat. Wanita itu bangun dan bersandar pada headboard ranjang.

Matanya langsung terbelalak saat melihat sesuatu yang janggal. Astaga. Bahkan Alina pun tak percaya dengan ini semua.

Alina menyingkap selimut dan benar. Ada noda merah di sprei berwarna putih itu. Alina menatap ke samping dan menemukan Ansel yang masih tertidur sangat pulas.

"Ansel" teriak Alina penuh amarah

Tak bangun juga Alina semakin kesal di buatnya. Alina meraih segelas air yang ada di atas nakas kemudian menyiramkannya ke wajah Ansel.

"Astaga Alina" ucap Ansel dengan suara serak khas bangun tidur

"Ansel bajingan!! Ansel keparat!! Kau gila!!" umpat Alina mengeluarkan kata kata sumpah serapahnya.

Ansel bersandar di samping Alina masih belum paham dengan semuanya.

Plak

"Kau menamparku" tanya Ansel

"Gak!! Bahkan saat ini aku ingin membunuhmu disini juga" ucap Alina ketus.

"Apa yang terjadi hingga kau semarah ini"

"Kau pikir apa yang terjadi hah!! Lihatlah kelakuanmu yang sangat hina" ucap Alina berteriak.

Ansel menatap tubuhnya dan menatap sprei ranjang itu. Sedetik kemudian dia langsung memahami semuanya

"Maafkan aku" ucap Ansel

Plak

Satu tamparan keras kembali melayang di pipi Ansel. Seolah tak berpengaruh apapun Ansel memegang lengan Alina untuk memohon pengampunan wanita itu. Ini bukan rencananya. Semuanya terjadi di luar dugaan.

"Jangan pernah temui aku lagi" Alina memakai semua pakaiannya dan mengambil ponsel serta tas yang ada di atas meja kemudian pergi.

Namun beberapa saat kemudian Alina kembali lagi. Masih dengan wajah dingin dam datar. Tatapan tajam nan menghunus seolah sedang membunuh Ansel hidup hidup.

"Dimana kartu akses nya" tanya Alina

Ansel diam tak menjawab. Tanpa banyak omongan Alina menggeleda jas pria itu dan menemukan kartu akses.

Alina cukup memahami situasi. Ada gelas kosong yang ada di atas meja. Semalam saat dirinya tidur tidak ada gelas itu. Berarti Ansel memesan minuman lagi saat ia tertidur dan pastinya pria itu memiliki kartu akses.

"Jangan pernah muncul lagi di kehidupanku" ucap Alina datar

Wanita itu pergi meninggalkan Ansel yang sedari tadi memperhatikan gerakannya. Ansel turun dari ranjang dan mengejar Alina. Menahan pergelangan tangan wanita itu.

"Lepas" pinta Alina

"Kita bisa bicarakan ini baik baik" ucap Ansel

"Gak!!"

"Pasti bisa"

"Tapi aku gamau" ucap Alina dan menghempaskan tangan kekar Ansel dari pergelangan tangannya yang menahan dirinya pergi.

Bahkan Alina mengumpati restaurant itu yang mengapa harus buka dua puluh empat jam. Dan untuk apa juga mereka menyediakan ruang tidur juga untuk para tamu. Hal itu tentu saja di lakukan untuk para pelanggan terutama para pembisnis yang datang dari luar kota untuk beristirahat.

.

*Like dan komen*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!