Jam Sembilan malam, Issa baru mengantarkan Asa sampai ke rumahnya, tapi terlihat dari luar rumah Asa sepi tidak ada orang sama sekali, bahkan yang menyala hanya lampu halaman yang memang menyala secara otomatis kalau langit mulai gelap, sedangkan lampu di rumah masih padam. Asa keluar dari mobil Issa dan melambaikan tangannya saat mobil Issa meninggalkan area perumahaannya. Wajah Asa seakan menjadi semula, wajah dingin tanpa ekspresi tidak seperti saat bertemu dengan Issa, wajah yang lelah dan tidak bersemangat. Asa masuk kedalam rumahnya menyalakan seluruh lampu dirumahnya terutama lampu-lampu yang memang menyala saat malam, wanita itu berjalan menuju ke lantai dua kearah kamarnya sambil membawa air minum dingin dari lemari pendingin di dapur.
Asa duduk didepan meja belajarnya, yang sekaligus digunakan untuk dandan atau memakai skincare. Asa membersihkan wajahnya menggunakan pembersih wajah sebelum mencucinya menggunakan air mengalir. Asa mengeluarkan ponselnya, tadi dia sudah bertukar nomor ponsel dengan Issa, kalau Wendy tau pasti dia senang apalagi kalau Asa memberikan nomor telepon Issa pada Wendy, sayangnya Issa mengatakan untuk tidak memberikan kontaknya pada siapapun termasuk teman-teman Asa, karena itu nomor pribadi nya.
Sebuah pesan masuk dari Issa, Asa mengabaikan pesan tersebut dan malah memilih untuk pergi ke kamar mandi terlebih dahulu membersihkan badannya yang sudah lengket karena aktivitas seharian ini. Baru 20 menit kemudian Asa selesai dari kamar mandi, mengenakan pakaian tidurnya sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah menggunakan hairdryer. Asa duduk didepan kaca, memakai skincare sebelum tidur, sambil membalas chat dari Issa.
Setelah chatan cukup lama, mereka berdua memutuskan untuk melakukan video call, Issa yang tengah berada di studio music sambil bermain gitar dan Asa yang sudah ada di tempat tidur untuk istirahat.
"gue mutusin buat kuliah." Ucap Issa pada Asa, entah kenapa seorang Issa yang memiliki prinsip kuliah ngga akan berpengaruh apapun untuk hidupnya karena menjadi seperti sekarang dia sudah mencukupi kebutuhannya bahkan bisa membeli rumah pribadi sekaligus mobilnya.
"baguslah, dikampus mana?." Tanya Asa, karena kalau di kampus yang negeri sudah tutup da nada langkah-langkah proses yang cukup panjang pendaftarannya bahkan juga ada tes.
"swasta mungkin, ngikut orang tua aja maunya di tempatin dimana, yang pasti jurusannya yang sesuai sama pasion gue sekarang hingga nanti."
"seni?."
"maybe. Sa, besok gue ada manggung kecil-kecilan di café 123 Cuma buat hiburan doang sama temen-temen, lo dateng ya."
"besok ya. Gue ngga janji sih, tapi gue usahain dateng kalau kerjaan gue udah kelar."
"ada tugas ya?."
"dikit banget, tapi ngga tau besok ya, kalo gue dateng pasti gue kabarin kok."
"oke ntar kabarin ya, btw kenapa lo belum tidur?."
"kan lagi ngobrol sama lo, lo sendiri kayaknya masih sibuk aja."
"nulis lagu sih."
"waahhh kereen tuhh, akhirnya proses juga yang ditunggu-tunggu."
"iya nih."
"hati udah aman kan sekarang? Gue baru tau kalo lo putus sama pacar lo, gue kira lo ngga punya pacar."
"bener, gue ngga punya pacar."
"lo habis putus."
"udah lama, lagian itu udah ngga penting lagi, gue juga ngga mau ungkit masa lalu yang sia-sia." Dari video call yang mereka lakukan, nampak Issa beranjak dari duduknya keluar dari studio dan pergi ke balkon, dia juga menghisap sebuah vape.
"kalo boleh tau lo putus karena apa?."
"katanya sih dia mau fokus kuliah dulu."
"aahh gitu ya." Asa hanya mengangguk-angguk mengerti karena alasan klasik seperti itu sudah sering ia baca di base twitter, banyak cerita masalah relationshipnya yang berakhir karena alasan-alasan seperti itu, fokus sekolah, fokus karir, intinya mau fokus selain hubungan. Tapi bagi Asa sendiri alasan seperti itu sama sekali tidak masuk akal, karena jika menjalani sebuah hubungan apakah harus 24 jam memberikan kabar layaknya seseoraang dalam tahanan, walaupun begitu Asa belum ingin menjalin hubungan dengan siapapun juga karena tidak ingin ribet, ya kalau dapat orang yang santai, tapi kalau yang posesif pasti juga cepat lelah.
"lo sendiri gimana? Ngga ada cowok atau lagi deket sama cowok?."
"ngga ini, emang siapa yang mau sama gue, katanya gue aneh." Jawab Asa sambil tertawa, memang banyak teman-teman Asa yang mengatakan kalau Asa aneh, tertawa tapi ngga ada yang lucu, bukan sekali dua kali tapi memang banyak yang mengatakan kalau dia aneh kecuali Wendy dan Adinda yang memang sepertinya sangat menghargai Asa.
"aneh gimana? Menurut gue lo seru, lucu, ceria, mood boster banget sih."
"hahaha itu mah cuma perasaan lo aja, kita kan baru kenal."
"makanya gue mau kenal lo lebih jauh lagi."
"emang sejauh apa? gue ngga punya apapun yang bisa gue pamerin ke lo, gue Cuma beban keluarga yang masih kuliah, otak juga standart, terus apa lagi ya-."
"gue juga sama, gue ngga punya hal yang bisa gue pamerin ke lo."
"tapi semua orang tau lo siapa dan gue ngga ngerasa lagi kalo di café pada ngeliatin karena emang pada ngeliatin."
"hahaha lain kali gue ajak ke café yang sepi."
"boleh lah itu, gue males di liatin banyak orang, bukan gue sih tapi lo, tetep aja gue ikutan keseret."
Obrolan mereka berlangsung sangat panjang dan lama, bahkan keduanya tidak sadar kalau sudah lewat jam tengah malam, taunya karena Asa mendengar suara mobil di luar, tentu saja mobil ayahnya atau ibunya yang baru pulang kerja, setiap hari juga seperti itu pada sibuk masing-masing, kadang Asa bingung kenapa kedua orang tuanya seperti orang asing padahal ada dirinya, anak mereka, atau Asa bukan anak kandung mereka.
Sedangkan Issa masuk ke dalam kamarnya setelah tengah malam karena banyak nyamuk di luar, depan rumah sekiitar rumahnya juga sudah sangat sepi. Biasnya dia mengajak Bagas untuk tinggal di rumah, tapi Bagas katanya ada urusan jadi tidak bisa datang kerumah Issa malam ini. Ada yang Issa curigai mengenai Bagas, tapi dia masih diam karena belum ada bukti yang kuat untuk membuktikan perasaannya, lagipula sekarang Issa sudah tidak peduli apapun lagi, dia hanya ingin fokus menciptakan karyanya kembali dan mendekati satu wanita yang sepertinya akan sangat sulit di taklukkan, siapa lagi kalau bukan Alyasa Putri, lebih tua dari Issa tapi tidak masalah karena hanya berjarak sedikit. Toh sebenarnya kedua orang tuanya juga berjarak, ibunya lebih tua dari ayahnya beberapa tahun, dan malah hidup bahagia hingga hari ini, ayahnya yang selalu menghargai ibunya begitupula ibunya yang sangat perhatian pada anak-anaknya maupun suaminya di tengah kesibukan pekerjaan masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments