Memberi Jawaban

Aku sudah sampai di tempat ini, kuparkirkan motorku di basement. Kusimpan helmku, kurapikan pakaianku. Aku berjalan menuju lift, kutekan tombol 3rd floor.

Aku tiba di satu ruangan yang terdapat beberapa orang di dalamnya, dan beberapa lagi di ruangan yang lain, yang terbagi menjadi empat ruangan.

Bismillah ... bismillah ... bimbing aku Ya Allah ...

"Ayo ... kamu bisa Liona, kamu bisa, kamu harus semangat, hilangkan gugup dalam dirimu." Batinku.

Aku pun mulai memasuki ruangan demi ruangan tes yang sudah dirujuk team HRD.

Serangkaian tes telah kulalui mulai dari seleksi administratif, kemudian psikotes, lalu interview awal, interview tahap kedua dan pemeriksaan kesehatan. Menurut team staf HRD yang diterima, kelak akan ditempatkan di beberapa cabang, tepatnya tiga cabang.

Selesai sudah proses seleksi. Lelahnya ... hari ini. Aku kembali pulang dengan Si Skuter andalanku. Aku tancap gas melaju menuju ke rumah.

----------

_ceklek_

Aku membuka pintu, dengan tubuh yang lunglai karena kelelahan.

"Assalamualaikum." Salamku.

"Waalaikumsallam." Sahut Mama yang sedang asyik memindahkan chanel TV.

Aku letakkan sepatu bootku di dalam rak sepatu berbahan kayu yang design-nya mirip lemari pakaian.

"Kok baru pulang Neng ... sesore ini?" Tanya Mama.

"Iya Ma, tes nya banyak dari mulai seleksi administrasi, dua kali interview, psikotest, sampai pemeriksaan kesehatan." Pungkasku.

Aku berjalan menaiki anak tangga dengan telapak kaki yang sedikit memerah karena sepatu boot yang kupakai selama berjam-jam lamanya. Aku minta tolong Bi Ani memasak air panas untuk merendam kakiku yang sudah pegal sedari tadi.

Tok ... tok ...tok ...

"Neng Liona ... ini air panas nya!" Teriak Bi Ani dari luar kamarku.

"Iya Bi, terima kasih." Sahutku membuka pintu kamar lantas mengambil air panas di baskom plastik yang dipegang kedua tangan Bi Ani.

Aku bubuhkan garam terapi ke dalam air panas yang sudah dicampur sedikit air dingin. Aku masukkan kakiku kedalamnya. Ahh ... rasanya lelahku ini terobati, dengan garam beraroma yang membuatku lebih rileks.

By the way ... sudah beberapa hari enggak ketemu Dion, kangen juga ternyata. Aku udah janji mau kasih dia jawaban, tapi ... aku belum siap kalau harus tunangan apalagi langsung menikah.

Secara finansial, Dion memang sudah mandiri, dia bekerja di salah satu RS di Jakarta dan saat ini dia sedang melanjutkan studi kedokteran spesialisnya, itulah sebabnya aku lulus lebih dulu dari Dion. Sementara usia Dion dua tahun lebih tua dariku, karena dia adalah kakak kelasku.

"Ingat Liona ... kamu harus fokus berpikir, jangan terburu-buru." Gumamku.

Aku menyukai Dion tapi belum yakin 100%. So how ... what should I do?

Aku merebahkan diriku di atas ranjang, lalu ku stel radio favoritku, lagu-lagunya asyik-asyik, sesuai suasana hati. Lagu-lagunya diputar hanya mixing tanpa jeda iklan pun tanpa announcer yang memandunya, membuat diriku semakin mengantuk mendengarnya.

Aku selalu teringat derai tawanya yang khas, gombalannya dan kecerdasannya yang selalu saja tahu ketika aku lontarkan bermacam-macam pertanyaan, otaknya seperti perpustakaan berjalan.

Namun, ada yang tidak kusuka darinya, yaitu sifatnya yang sensitif, membuatku sedikit agak mengatur dan mengolah kata jika berbicara atau pun bertingkah, takut menyinggung perasaannya. Dia kalau sudah ngambek bisa lama.

Aku pegang ponselku hendak memberinya jawaban, ketika kuketik satu kata aku menghapusnya lagi, ketik lagi hapus lagi begitu terus berulang-ulang.

Hingga berada pada satu titik lelah. Aku harus memberanikan diri. "Ayo Liona kamu harus komitmen dengan janjimu, lakukanlah, bicara padanya," batinku terus berdebat memikirkannya tanpa henti.

Aku turun ke lantai bawah. Aku ingin bicara dengan Mama, menuntaskan penasaranku.

"Ma ... ganggu enggak?" tanyaku.

"Enggak, kenapa Neng?" Mama balik bertanya.

Aku merebahkan diriku di atas surpet. Sambil menonton acara reality show kesukaan Mama yang aku enggak suka.

"Ma ... kalau aku enggak mau pacaran gara-gara takut disakiti wajar enggak Ma?" tanyaku.

"Wajar saja, asal jangan sampai berlebihan sampai di tingkat memutuskan untuk ngejomblo." Kata Mama singkat namun berarti.

"Memutuskan ngejomblo sih enggak, tapi perasaan takut nya sampai parah." Tanyaku lagi.

"Lho! ya jangan dong, jangan diarahkan sampai parah begitu, takut ya wajar tapi harus mencoba, kalau tidak dicoba bagaimana kita akan tahu kita tersakiti atau tidak!" ungkap Mama Lagi-lagi singkat dan jelas.

"Tapi gimana kalau akhirnya sakit hati?" tanyaku lagi.

"Ya terima saja sakit itu, nanti juga akan sembuh dengan sendirinya, jangan terlalu fokus pada sakitnya tapi fokus pada proses penyembuhannya, kadang dengan cara sakit Tuhan kasih tahu kita bahwa itu bukan yang terbaik buat kita. Kamu harus yakin kan ada Allah yang enggak akan biarkan kita sedih berlama-lama." Ungkap Mama lagi logis dan membuka jalan pikiranku selama ini yang sungguh picik.

Mama tiba-tiba bercerita tentang Teh Laras, kakaku yang kedua. Mama bilang Teh laras yang pernah ditinggalkan tunangan nya menikah dengan perempuan lain, sempat sakit dan mengutuk diri, mengurung diri bahkan menyamaratakan bahwa semua laki-laki sama saja.

Tapi Mama dan Papa selalu memberinya support dan tidak pernah membahas laki-laki yang pernah menyakitinya, malah Mama seringkali mengatakan pada Teh Laras. "seharusnya kamu bersyukur bahwa dia bukan laki-laki yang baik buat kamu cepat move on dan cari laki-laki pilihanmu kamu pasti akan mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari dia bahkan berkali -kali lipat baiknya, jika kamu menangis terus-menerus, kamu sudah membuang-buang waktu menangisi manusia yang tak ragu meninggalkan kamu."

Luar biasa ... Teh Laras kemudian sadar dan merasa apa yang dikatakan mama benar. Terbukti, sekarang dia dapat suami yang baik, peka, setia dan perhatian bukan hanya pada Teh Laras tapi Mama, Papa juga aku.

Seketika pikiranku terbuka, apa yang mama katakan itu benar, karena kita sebagai manusia tidak mungkin bisa menghindar dari skenario Tuhan atau skip cerita sedih dan bahagia dari Tuhan semau kita, sedih dan bahagia berjalan mampir dalam hidup kita "kenapa aku harus takut hadapi saja Liona." Batinku.

Baiklah, aku akan mencoba mengikuti nasihatmu, Ma. Benar juga, sampai kapan aku terkungkung oleh perasaan takut dan sikapku yang idealis ini, yang tidak mau menjalin hubungan karena takut menghambat karirku. Aku hanya akan jalan di tempat jika tidak mau mencoba.

Kita lihat sampai sejauh mana, apa Dion akan menghambat karirku atau bahkan mensupport karirku? let's see.

"Ma ... aku ke atas lagi ya, mau tidur ah capek." Pungkasku.

"Iya ... tidur sana!" Pungkas Mama.

Aku memberanikan diri menjawab semua tantangannya menjadi tunangannya. Namun sepertinya aku hanya ingin menjalani dan mengenal keluarganya lebih dulu, tidak serta merta langsung bertunangan. Karena menikah adalah hubungan kedua belah pihak bukan sepihak.

Kubuka ponselku lalu kumulai chat dengan nya.

[Hai Dion, Pa kabar?] Liona.

[Hai cantik, aku baik, dan kamu?] Dion.

[Aku baik juga] Liona.

[Syukurlah kalau kamu baik, kalau kamu sakit aku gimana dong] Dion.

[Mulai deh gombalnya ... mmm Dion ... aku ... sudah pikirkan semuanya baik-baik, maaf aku belum menerima lamaranmu ... ] Liona.

[Oh jadi gitu, kamu tolak aku lagi, Li!] Dion.

[Sebentar Di, kamu salah faham, maksudku, aku belum mau tunangan sama kamu, maunya kita jalani dulu aja, aku pengin tahu tentang keluargamu, begitu juga kamu, enggak mungkin kita tiba-tiba tunangan ya kan!] Liona.

[Yes! terima kasih Tuhan akhirnya ... kita jadian juga Li, terima kasih sayang, aku bahagia banget] Dion.

[Udah sayang-sayangan aja sih, kamu ini, dasar genit!] Liona

[Enggak apa-apa genitnya juga sama calon istrinya kok] Dion

[Berarti kita LDR-an dong Di, awas aja kalau berani macam-macam Dokter Dion!] Liona

[Iya engga lah, ngapain kemarin aku jauh-jauh kesana kalau mau macam-macam disini, aneh kamu ini!] Dion

[Ya udah, aku capek habis ikut seleksi tadi pagi sampai sore, aku istirahat dulu ya ...] Liona

[OK honey, nice dream dan semoga Honeyku ini diterima] Dion

_Emot_ peluk dan love

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!