[Dion? wait, Dion temen SMA atau temen kuliah nih, ada dua nama Dion yang kukenal, atau gini aja deh, kamu pake dong foto profil kamu biar aku tahu siapa kamu] Liona.
[Mmm ... Oke lah ... susah ngomong sama kamu, pasti aku selalu ngalah jadinya] Dion.
[Dion Dharmendra?] Liona.
[Exactly. Kamu benar, temen sekaligus kakak kelas SMA kamu, Liona] Dion.
[Iya ... aku ingat, masih ingat] Liona.
[Ketemuan yuk, dimana gitu, atau aku ke rumah kamu deh gimana? rumahmu masih di sana kan?] Dion.
[Iya masih, tapi jangan dulu deh, nanti dikira Mama kamu cowok aku. Bisa berabe urusannya] Liona.
[Mau dong dikira cowok kamu hahaha] Dion.
[Ah, kamu ini bisa aja, masih aja kayak dulu. Ya sudah gimana kalau kita meet up lusa jam satu siang di toko kue Marvest Jalan Ir.H .Djuanda sekalian mau beli cake ulang tahun untuk Mama] Liona.
[OK Fix, kita ketemu disana ya jam satu siang] Dion
[Sip] Liona
Hmmm rupanya Dion yang chat aku. Dia kakak kelasku yang sempat naksir padaku semasa SMA, gara-gara kutolak, dia jadi berteman denganku dan bestie-bestieku. Sebenarnya ... dulu aku naksir dia juga, aku menolak bukan karena tidak suka, tapi karena seseorang yang naksir dia kakak kelas juga, dia mohon sama aku untuk menolak Dion karena kakak kelasku yang bernama Rida itu suka sama Dion.
Aku mengalah saja pada Rida, lagi pula aku masih SMA, rasanya pacaran malah bikin gak fokus belajar deh, selain itu Mama dan Papa juga kasih kode keras jangan dulu pacaran, masih sekolah nanti ganggu. Ya begitulah Mama dan Papaku.
Kuakui aku memang kangen sama dia, tapi ... karena aku sudah move on jadi semua rasa itu harus di up-grade dan di refresh kembali.
Dion ... Dion ... gimana penampakan kamu sekarang ya? kita lihat saja lusa.
----------
Keesokan harinya...
Di kamar sembari mendengarkan radio favoritku, aku menunggu Mama pulang ke rumah, besok hari spesial Mama, aku dan papa sudah diskusi untuk kasih kado untuk mama, tugasku membeli cake ulang tahunnya, sementara Papa membeli kado yang aku sendiri gak tahu apa. Itu semua terserah papa.
Pukul 02.30 nampak mini bus yang berhenti di depan rumah, rupanya Mama pulang pakai travel. Kubuka gorden jendela ruang tamu.
"Assalamualaikum." Salam Mama.
"Waalaikumsallam." Sahutku seraya membuka pintu.
"Neng ... ini tolong bawakan tas Mama, Papa mana?"
"Papa sedang solat, Ma! seperti biasa." Jawabku sembari membawakan tas Mama ke dalam kamarnya.
"Mama kenapa, udah pulang aja, cuma sehari doang disana? biasanya kalau ke Bogor suka Lama!" tanyaku.
"Mikail mau dibawa dirawat di Jakarta, biar ada yang nunggu, adik iparnya Teh Novi kan tinggal disana, karena Kang Niko nya juga ada pekerjaan di Jakarta, jadi biar sekalian, lagian Mikail sudah lewat masa kritisnya, jadi Mama pulang dulu aja." Ujar Mama menjelaskan.
"Ya sudah, ini Mama minum dulu teh tawar hangat, duduk dan santai saja. Mama kan capek, istirahat dulu, Ma." Ujarku.
"Ma, baru pulang kamu?" tutur Papa.
"Ia Pa, Mikail, udah lewat masa kritisnya, Novi juga harus ikut suaminya ke Jakarta, jadi Mikail dibawanya ke Jakarta. Tapi Papa tenang aja disana ada yang jagain kok. Novi gantian sama adik iparnya." Ungkap Mama.
"Ya syukurlah kalau gitu ... jadi papa enggak khawatir lagi."
-----------
Hari yang dinanti telah tiba, yaitu hari ulang tahun Mama. Aku dan papa diam saja merahasiakan semuanya.
Aku membereskan PR lamaran kerjaku dulu, aku sudah apply ke beberapa perusahaan dan Bank BUMN di Bandung, aku sudah kirim lewat E-Mail.
Apply lamaran sudah selesai ... tinggal bantuin mama masak di dapur, meskipun pasti bilang tumben, karena biasanya aku mager semager-magernya. Taunya tinggal makan doang ... tapi kali ini, aku sudah berjanji akan bantu mama, sekaligus belajar masak.
Udang goreng tepung, capcay kuah dan tahu goreng sudah siap di meja, kami sarapan pagi, menyambut hari dengan hati yang ceria nan bahagia.
Aku pantau jam berwarna putih berbentuk lingkaran yang menempel di dinding. Rupanya sudah Pukul 12.30, saatnya bersiap ritual membersihkan badan dan solat Zuhur.
"Ma ... aku berangkat dulu ya mau kirim lamaran kerja, mau minta anter Papa, boleh kah?" Tanyaku sedikit memaksa dan pura-pura mau kirim lamaran, padahal mau beliin dia cake ultah.
"Tumben dianter Papa, biasanya mau sendiri aja," sahut Mama.
"Ya enggak apa-apa lah Ma, sekali-kali. Khawatir anak bungsu Mama ini ada yang culik nanti hahaha." Tutur Papa menggoda Mama.
"Yah, Papa kebiasaan aja, iya silakan kalian pergi, hati-hati di jalan, semoga diterima kerja ya ..." sahut Mama.
"Aamiin, terima kasih Mama." Jawabku mencium pipi Mama sambil berlari kecil mengejar Papa.
Sampai di tempat tujuan Papa, wow ... Papa mau belikan Mama kalung emas. Kata Papa, Mama memang pengin kalung itu waktu lihat iklan toko mas ini seliweran di FB. Pas Papa lihat harganya ... ya lumayan lah keinginan mama itu enggak terlalu mahal, apa salahnya papa belikan, toh selama ini mama sudah mendedikasikan dirinya untuk papa dan keluarga, kali ini papa ingin tunjukan rasa sayang dan terima kasihnya pada Mama, semoga Mama suka.
"Nah, Pa! aku sampai sini aja bareng Papa, aku mau ke toko kue sambil ketemu temen. Kadonya mau papa bawa atau titip di aku?" ujarku memastikan kadonya akan baik-baik saja.
"Lebih baik Papa titip di kamu aja ya, biar nanti kasih surprisenya barengan." Tutur Papa.
Papa memang selalu kompak denganku dari dulu, sosok ayah yang akrab dengan anak-anaknya dan penyayang istri semoga kelak aku dapat suami seperti Papa.
Papa mengantarku sampai toko kue yang aku janjikan sama Dion. Ternyata ... Dia sudah menungguku berdiri menyandar ke samping mobilnya sembari memainkan ponselnya.
Pesan chat masuk ke ponselku.
[Aku udah disini Li, di mobil H*V berwarna hitam, tengok deh ke sebelah kiri. Kamu sama Papa ya] Dion
[Iya ... aku udah lihat kamu tadi begitu nyampe disini] Liona.
Dion menghapiriku menuju mobil Papa. Dia meraih tangan papa dan mencium tangan Papa.
"Dion ya, kemana saja baru ketemu lagi, menghilang dari peredaran ya" Ujar Papa tertawa lebar.
"Ada Om, sedang sibuk kuliah biar cepat kelar." Sahutnya.
"Bagus! kuliah yang sungguh-sungguh biar sukses." Sahut Papa.
"Terima kasih Om." Jawab Dion.
"Sip!" Sahut Papa.
"Pa, aku disini dulu ya bareng dia." Ucapku tersenyum manja.
"Iya ... jangan terlalu malam kamu pulang ya, Inget rencana kita buat Mama." Ungkap Papa berbisik padaku.
Aku jawab papa dengan anggukan.
"Jaga Liona ya Dion, jangan sampai kenapa-napa!" Tegas Papa.
"Siap Om." Ujar Dion.
Papa masuk ke mobil, kemudian melaju tancap gas menuju ke rumah.
"Masuk dulu yuk, kita pilihin kue buat Mama, setelah itu acara bebas mau jalan kemana." Ujarku mengajak Dion masuk ke dalam toko kue.
Dion mengangguk, lantas kami berdua masuk memilih cake untuk Mama. Sampai di meja kasir, Dion malah membayarkan cake nya. aku malu baru saja ketemu udah bikin dia mengeluarkan uang.
"Dion ... ini kan aku beliin buat mama kenapa kamu yang bayarin!" tegasku.
"It's OK, gak apa-apa hitung-hitung kasih kado untuk Mama kamu. Please jangan nolak, seperti yang sering kamu lakukan dulu!" Tuturnya menegaskanku.
"Ya ... bukan gitu, itu kan kewajibanku, aku gak mau membebani kamu dengan apa yang sudah seharusnya menjadi tanggunganku." Tukasku sedikit kesal.
"Sudahlah Li, gara-gara cake doang, jangan sampai bikin kita jadi berantem ah. Please." Kata Dion.
"Ya udah iya ... maaf!" sahutku cemberut.
"Nah gitu dong ..." kata Dion mencubit pipiku.
"Ih ... kamu ya, awas lho kalo genit!" tegasku.
Urusan cake untuk mama sudah selesai, Dion mengajakku ke kafe kawasan Dago atas, rupanya sedari tadi dia sudah merencanakan semuanya, sehingga sudah tidak perlu lagi bertanya padaku mau jalan kemana kami.
Tiba di kafe yang Dion pilih. Suasana yang sejuk dan nyaman sekali, aku yang terbawa suasana jadi betah berlama-lama disini bisa melihat view kota Bandung yang sejuk.
Dion menjelaskan maksudnya, menghubungiku kemarin. Masih seperti dulu tak pernah basa-basi, selalu to the point.
"Li, sejak lulus SMA kala itu, aku dengan Rida putus, hubungan Kami enggak berlanjut. Karena jelas aku sukanya kamu, malah Kamu comblangin Rida. Aku ikut tes kedokteran di Universitas negeri di Jakarta, dan aku lulus, sekarang aku ambil spesialisnya udah Dua tahun berjalan. Aku hanya perlu menyelesaikan kuliah kedokteran ku dua tahun lagi." Ungkapnya membeberkan ceritanya padaku.
"Terus hubungannya dengan aku apa, Di?" tanyaku Penasaran.
"Hubungannya adalah ... aku suka sama kamu dari sejak SMA dan perasaan itu enggak pernah berubah sampai saat ini, aku juga enggak tahu kenapa, mau move on dari kamu rasanya kok sulit sekali. Dan aku serius ingin melamar kamu selepas kuliah spesialis kedokteran ku rampung." Ungkapnya.
Aku tertegun dibuatnya, aku seketika menjadi bingung. Enggak tahu harus jawab apa karena bagiku semua ini tiba-tiba, baru ketemu sudah ditodong pernyataan seserius ini.
"Mmmh ... Di ... aku ... gimana ya ...ini semua membingungkan, tiba-tiba saja kamu ajak hubungan yang serius, maksud kamu apa! memangnya semudah itu menjalin hubungan! Kamu enggak mikir Dion, bagaimana perasaanku!" Ketusku.
"Aku mengerti Li, aku juga menduga pasti kamu akan seperti ini, aku kasih kamu waktu seminggu untuk memikirkan semuanya." Ucap Dion menggenggam jemariku.
"Lepas, Di!" aku menghempaskannya merasa belum jadi miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments