DI MALL XXXXX.
Waktu menunjukkan pukul 09:00 pagi.
Terlihat teman-teman gank Tania yang dari tadi masih menunggunya di depan mall tersebut.
"Eh, Tania kemana sih? Kok udah jam segini belum nyampe-nyampe! Bukanya kata dia, tadi itu dia lagi di jalan yah numpang sama Om-om siapa gitu kalau enggak salah," ucap Tari salah satu dari anggota gank nya itu sedikit kesel, karena ia sudah menunggunya cukup lama.
"Tau, kemana kali itu anak! Bisa lama banget kayak gini! Kalau kayak gini ceritanya, bisa ketinggalan nonton kita!" Ucap Nita yang juga salah satu dari anggota gank nya itu ikutan kesal.
"Ya udah laaah, sabar aja! Lagian film nya juga belum mulai kan?" Ucap Sinta yang juga salah satu dari anggota gank nya itu mencoba untuk membelanya, karena dari semua anggota gank nya itu, ia lah yang paling pengertian dan paling dewasa dalam berfikir.
"Tau nih kalian, nggak jadi gue teraktir nih nanti kalian! Kalau ribut terus kayak gini!" Ucap Rio yang juga ikutan membelanya. Ia berbicara seperti itu, karena ternyata ia lah yang mengajak mereka semua bolos dari sekolah, dan yang menelaktir nya untuk nonton. Tujuannya yaitu agar ia bisa pedekate dengan Tania.
RIO.
Ia adalah kakak kelas Tania di sekolah. Ia baik, gaul, dan sangat perhatian kepadanya. Namun ia bukanlah salah satu dari anggota gank nya. Ia hanyalah salah satu dari sekian banyak cowok yang telah jatuh cinta dan sudah lama mengejar-ngejarnya untuk menjadi kekasihnya. Akan tetapi sayang, Tania tidak pernah peka sedikit pun dengan perasaannya, mungkin ia seperti itu karena dari dasarnya ia memang belum pernah pacaran sekali pun.
"Iya deh iyaaaa, gue diem nih sekarang! Puas kalian!" Ucap Nita sambil cemberut, sehingga membuat Rio pun tersenyum.
"Nah gitu dong! Kalau diem kayak gini kan jadi lebih enak dideng,,,,," Seketika ucapannya itu terpotong.
"Ya ampuuun! Sorry banget yah semuanya! Soryyyyy banget! Kalian-kalian udah pada nungguin gue lama yah?" Ucap Tania yang baru saja datang dan sampai di depan mall tersebut dengan suara tergesa-gesa dalam keadaan jalan kaki.
"Tania?" Ucap mereka semua secara bersamaan dengan suara tinggi, karena kaget melihat keadaannya seperti itu.
"Loh dari mana aja? Kok lama banget sih nyampenya? Terus kok loh jalan kaki? Baju seragam loh kemana? Terus mana Om-om yang tadi kata loh itu baik banget mau nganterin loh kesini!" Ucap Sinta penasaran.
"Iya Tan, aman Tan? Mana Om-om yang kata loh baik itu!" Sambung Nita dan Tari secara bersamaan, ia juga penasaran melihat keadaannya seperti itu.
Mendengar pertanyaan dari teman-temannya, seketika ia pun langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.
"Aaaah, udah lah! Gue lagi males banget ngomongin Om-om gila dan enggak jelas kayak dia!" Ucapnya dengan raut wajah yang sangat kesal, karena ia masih mengingat betul perlakuannya itu tadi seperti apa kepadanya saat diperjalanan.
"Kok loh ngomong gitu sih Tan? Emang loh kenapa? Loh enggak papa kan? Loh enggak digodain atau diapa-apain sama Om-om itu kan?" Ucap Sinta panik dan khawatir, karena sebagai sahabatnya, ia tau betul kalau selama ini banyak sekali cowok-cowok yang berusaha untuk mendekati, menggoda, dan merayunya.
"Iya Tan, loh enggak papa kan? Om-om itu enggak ngapa-ngapain loh kan?" Ucap Rio emosi, karena ia benar-benar tidak terima kalau sampai apa yang Sinta khawatir kan itu beneran terjadi kepadapnya.
"Iya Tan, bener kata Sinta sama kak Rio! Om-om itu enggak ngapa-ngapain loh kan? Loh enggak digoda-godain atau dipegang-pegang sama Om-om itu kan?" Ucap Nita yang juga panik dan khawatir, sambil memperhatikan tubuhnya yang sangatlah seksi bak gitar spanyol itu, dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, karena takut kalau sampai terjadi sesuatu kepadanya.
Mendengar pertanyaan dari teman-temannya itu, lagi-lagi Tania pun langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar.
"Aduuuuh! Boro-boro yah itu Om-om gila tadi goda-godain gue, atau pegang-pegang gue! Yang ada juga tadi gue itu diusir dan diturunin paksa ditengah-tengah jalan sama itu Om-om gila!" Ucap Tania menjawabnya sepereti itu dengan penuh emosi, sehingga membuat teman-temannya itu pun kaget.
"What! Serius loh? Om-om itu usir loh dan turunin paksa loh ditengah-tengah jalan, meskipun Om-om itu udah ngeliat keadaan loh secantik dan sesempurna ini!" Ucap Tari tak percaya dan tak habis pikir ada seorang lelaki yang berani melakukan hal seperti itu kepadanya, karena sebagai sahabatnya, ia pun tau betul kalau selama ini semua lelaki itu takluk kepadanya.
"Iya Tar, beneran! Gw enggak bohong. Tadi itu Om-om gila itu ngusir gue dan nurunin gue dengan paksa ditengah-tengah jalan! Makanya gue itu kesel banget tau enggak sih sama itu Om-om!" Ucap Tania semakin emosi.
"Dan gue rasa, itu Om-om gila kayaknya punya kelainan deh!" Ucapnya lagi asal menuduhnya seperti itu, sehingga membuat mereka semua pun bingung mendengarnya.
"Punya kelainan, maksudnya?" Ucap mereka semua secara bersamaan.
"Iya, kayaknya Om-om gila itu punya kelainan! Om-om gila itu kayaknya enggak suka deh sama perempuan! Iya enggak sih kalau menurut kalian?" Ucap Tania lagi, ia mencoba untuk menjelaskan apa maksud dari ucapannya itu, sehingga membuat Nita pun langsung tersenyum mendengarnya.
"Waaah, bener, bener! Bener banget kata loh! Kalau menurut gue, Om-om itu emang punya kelainan deh! Om-om itu kayaknya emang enggak suka deh sama perempuan! Atau lebih tepatnya lagi, Om-om itu kayaknya suka sesama jenis deh! Buktinya aja, itu Om-om berani ngusir dan nurunin loh dengan paksa ditengah-tengah jalan, meskipun Om-om itu udah ngeliat keadaan loh secantik dan sesempurna ini! Apa lagi coba namanya kalau bukan kelainan?" Ucap Nita yang sependapat dengan tuduhannya, sehingga membuat Tania pun senang karena ada pendukungnya.
"Nah bener banget kan kata gue, loh juga sependapat kan sama gw! Kalau Om-om gila itu pasti punya kela,,,,,,," Seketika ucapannya itu terpotong.
"Eh udah, udah! Kalian ini lagi pada ngomongin apa sih?" Ucap Rio.
"Dari pada kalian ini ribut terus masalah Om-om enggak jelas itu! Mendingan sekarang kita nonton!" Ucapnya lagi mencoba untuk memberinnya saran seperti itu.
"Iya Tan, bener kata kak Rio! Udah loh enggak usah marah-marah terus, loh enggak usah ribut terus masalah Om-om enggak jelas itu! Lagian loh enggak kanal juga kan sama itu Om-om! Dan loh juga enggak bakalan ketemu lagi kan sama dia!" Ucap Sinta mencoba untuk menasehatinya seperti itu.
"Jadi lebih baik, sekarang kita have fun! Kita nonton, kita seneng-seneng! Karena mulai senin besok, kita ini udah enggak bakalan bisa seneng-seneng lagi kayak gini loh!" Ucapnya lagi mencoba untuk mengingatkannya seperti itu, sehingga membuat Tania pun seketika langsung cemberut.
"Oh iya yah, mulai senin besok kan kita harus magang! Yaaaah, kita enggak bisa seneng-seneng lagi kayak gini deh!" Ucapnya sambil terus cemberut, ia berbicara seperti itu karena memang benar, kalau mulai senin besok ia dan teman-teman sekelasnya itu harus magang (PKL) disebuah perusahaan yang ia pun belum tau dimana dan siapa pemiliknya.
DI TEMPAT BERBEDA, DI RUMAH PAK ILHAM.
Terlihat Bara yang baru saja datang dan masuk ke dalam rumah tersebut.
"Haaai, nak Baraaa! Akhirnya main juga kamu ke rumah Om!" Ucap Pak Ilham sambil tersenyum dan menepuk-nepuk punggungnya karena saking bangganya melihatnya mau berkunjung ke rumahnya.
"Iya nih nak Bara! Akhirnya nak Bara mau juga main ke rumah Tante!" Ucap Ibu Savira yang tak lain adalah istri dari pak Ilham, yang juga bangga akan kunjungannya itu ke rumahnya.
"Iya Om, Tan, Alhamdulillah setelah bertahun-tahun kita ini terpisah oleh jarak dan waktu, akhirnya sekarang ini kita masih bisa diberikan kesempatan lagi untuk bertemu," ucap Bara sambil tersenyum. Ia berbicara seperti itu, karena ternyata Pak Ilham dan Ibu Savira itu adalah sahabat karib dari Pak Arga yang tak lain adalah almarhum Ayahnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dan dulu keluarga Pak Ilham dan keluarga Pak Arga itu semuanya tinggal di Surabaya. Dan sewaktu Bara masih kecil, almarhum Pak Arga yang tak lain adalah Ayahnya itu sering sekali mengajaknya main ke rumah Pak Ilham, dan persahabatan kedua keluarga tersebut pun terjalin sangatlah baik, bahkan keluarga Pak Ilham pun dulu sempat mendonorkan dananya ke perusahaan Pak Arga, disaat perusahaan Pak Arga itu sedang terjatuh dan bangkrut, hingga akhirnya perusahaan Pak Arga itu naik pesat dan bisa menjadi sesukses seperti sekarang ini. Namun karena adanya urusan bisnis, kedua keluarga tersebut pun terpaksa harus pindah dari Surabaya ke Jakarta. Namun sayang, Bara tidak bisa ikut pindah bersama dengan mereka, karena pada saat itu ia masih sekolah SD, dan ia harus menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu di Surabaya dan tinggal bersama dengan Oma dan Opa nya. Namun tak lupa, disaat libur sekolah tiba, ia pun selalu berkunjung ke Jakarta untuk menemui kedua orangtuanya, dan setelah hari libur selesai, ia pun kembali lagi ke Surabaya. Sampai akhirnya ia pun nyaman tinggal disana bersama dengan Oma dan Opa nya itu, hingga kuliah, hingga ia pun menemukan tambatan hatinya dan akhirnya menikah muda diusianya yang pada saat itu baru saja menginjak umur 22 tahun, dengan Rika mantan istrinya, yang pergi meninggalkannya dan juga buah hatinya entah kemana dan entah apa alasannya.
"Oh iya Om, Tan, ini ada oleh-oleh dari Surabaya buat putri Om sama Tante! Kata mamah, makanan ini kesukaan putri Om sama Tante!" Ucap Bara sambil tersenyum memberikan oleh-oleh tersebut yang ia bawa dari Surabaya kepadanya, yang dipesankan langsung oleh Ibu Risma yang tak lain adalah mamahnya, khusus untuk putri Pak Ilham dan juga Ibu Savira, yang ia pun belum tau sebenarnya siapa dan seperti apa orangnya. Ia berbicara seperti itu, karena ternyata ia dan buah hatinya yang sekarang ini baru berusia 6 tahun, baru saja pindahan dari Surabaya ke Jakarta, dan akan tinggal dan menetap di Jakarta bersama dengan Ibu Risma yang tak lain adalah mamahnya itu.
"Ya ampuuun, makasih banyak yah nak Bara! Ternyata mamah kamu masih inget juga makanan khas Surabaya kesukaan putri Tante ini!" Ucap Ibu Savira sambil tersenyum dan buru-buru mengambil oleh-oleh tersebut darinya.
"Iya Tan, bahkan mamah itu kemaren sampai marah-marah loh ke Bara! Karena kemaren itu Bara hampiiiir aja lupa enggak beliin oleh-oleh ini buat putri Tante!" Ucap Bara serius sambil tersenyum mengingat kejadian tersebut.
"Ya ampuuun, Risma, Risma! Ada-ada aja sih kamu ini!" Ucap Ibu Savira yang juga ikutan tersenyum, ia tak habis pikir dengan perlakuan Ibu Risma yang tak lain adalah sahabatnya itu, yang dari dulu sangatlah baik dan perhatian kepada putrinya.
"Oh iya Tan, Om, ngomong-ngomong putri Om sama Tante mana? Bara jadi penasaran, kayak gimana sih anaknya!" Ucap Bara. Ia berbicara seperti itu karena memang ia itu belum pernah ketemu dengannya sekali pun. Karena ternyata dulu itu saat Ibu Savira hamil dan melahirkan putrinya itu, setelah ia dan Pak Ilham sudah lama, bahkan sudah bertahun-tahun pindah ke Jakarta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Arista Antari
lanjutkan thor🥰😍
2022-05-12
1
Arista Antari
lanjutkan thor🥰
2022-05-12
1