BAB 4.

DI TEMPAT BERBEDA, DI PERJALANAN.

Waktu menunjukkan pukul 11:30 Siang.

Terlihat Rio yang sedang mengendarai motor gedenya sambil memboncengkan Tania untuk pulang.

"Ya ampun kak Rio, thanks banget yah? Kak Rio udah ngasih tumpangan buat Tania!" Ucap Tania benar-benar merasa berterima kasih kepadanya.

"Iyaaa, santai aja! Lagian apa sih yang enggak bisa aku lakuin buat perempuan secantik kamu!" Ucap Rio sambil tersenyum menggodanya, sehingga Tania pun ikut tersenyum mendengarnya.

"Apaan sih kak Rio, bisa aja deh!" Ucapnya sambil terus tersenyum.

"Eh tapi beneran loh! Aku serius. Apa sih yang enggak bisa aku lakuin buat perempuan secan,,,,,," Seketika ucapan Rio pun terpotong.

"Eh, kak Rio, kak Rio! Berhenti dulu deh!" Ucap Tania tergesa-gesa. Dengan secara tiba-tiba ia menyuruhnya seperti itu, sehingga Rio pun seketika langsung mengerem moge nya itu secara mendadak dan menghentikannya dipinggir jalan tepatnya di depan sekolahan.

"Ada apa Tan? Kok tiba-tiba kamu nyuruh aku berhenti di sini!" Ucap Rio penasaran.

"Itu kak, lihat deh! Itu ada anak kecil lagi nangis!" Ucap Tania sambil menatap kearah anak kecil tersebut yang memang sedang menangis di depan pintu gerbang sekolahan tersebut.

"Hiks,, hiks,, Raya enggak mau sekolah disini! Hiks,, hiks,, Raya enggak mau! Hiks,, hiks,, semua teman-teman baru Raya disini semuanya pada jahat!" Ucap anak kecil tersebut yang tak lain adalah Raya. Ia, anak kecil tersebut bernama Raya.

"Kak Rio, itu anak kecil kenapa yah? Kok bisa sampai nangis kayak gitu!" Ucap Tania penasaran.

"Kak Rio tunggu disini dulu yah! Tania mau samperin anak kecil itu dulu!" Ucapnya lagi tak tega, sambil buru-buru melangkah untuk menghampiri anak kecil tersebut yang masih terus menangis sambil menyobek-nyobek buku gambar yang sedang ia pegang.

"Hiks,, hiks,, semuanya pada jahat! Hiks,, hiks,, Raya mau balik lagi ke sekolahan Raya yang dulu! Hiks,, hiks,, Raya enggak mau sekolah disin,,,,," Seketika ucapnya Raya pun terpotong.

"De, Ade kenapa? Kok Ade nangis? Terus itu buku gambarnya kenapa? Kok disobek-sobek?" Ucap Tania yang baru saja sampai dan sedang berdiri tepat dihadapannya.

"Hiks,, hiks,, kakak siapa? Hiks,, hiks,, kakak juga mau ngeledekin Raya lagi yah? Hiks,, hiks,, kayak temen-temen baru Raya yang lain!" Ucap Raya sambil terus menangis.

"Eh, enggak Dek, enggak! Kakak kesini bukan mau ngeledekin Ade kok!" Ucap Tania dengan tergesa-gesa karena ia benar-benar tidak mau kalau sampai Raya berfikiran seperti itu kepadanya.

"Hiks,, hiks,, terus kakak mau ngapain? Hiks,, hiks,, kok kakak kesini!" Ucap Raya lagi penasaran.

Melihat Raya sepenasaran itu, seketika Tania pun langsung menghela nafas pelan dan membuangnya kasar, kemudian ia pun langsung tersenyum sambil mengusap-usap rambutnya.

"Tadi Ade namanya siapa? Raya yah?" Ucapnya sambil terus tersenyum dengan penuh perhatian, karena meskipun ia itu adalah perempuan yang sangat manja dan brutal, namun sebenarnya ia itu adalah sosok perempuan yang sangatlah lembut dan sangat lah penyayang, apalagi terhadap anak-anak kecil.

"Hiks,, hiks,, iya, hiks,, hiks,, nama aku Raya kak!" Ucap Raya.

"Ooooh, Raya yah?" Ucap Tania lagi sambil terus tersenyum.

"Raya sayaaaang, kakak kesini bukan karena kakak mau ngeledekin Raya! Kakak kesini karena tadi itu kakak ngelihat Raya lagi nangis. Kakak penasaran, sebenarnya Raya kenapa sih? Kok Raya bisa sampai nangis kayak gini!" Ucapnya lagi dengan sangat pelan, agar ia mau memberi tahu apa penyebabnya mengapa ia bisa sampai menangis seperti itu.

"Terus itu kenapa? Kok buku gambarnya disobek-sobek kayak gitu!" Ucapnya lagi sambil menatap ke arah buku gambar tersebut yang sudah ia sobek-sobek.

"Hiks,, hiks,, Raya kesel! Hiks,, hiks,, semua temen-temen Raya di sini pada ngeledekin Raya! Hiks,, hiks,, katanya Raya nggak bisa gambar wajah mamah Raya," Ucap Raya sambil cemberut dan terus menangis.

"Loh kok temen-temen Raya pada ngeledekin Raya kayak gitu, emang kenapa?" Ucap Tania semakin penasaran.

"Hiks,, hiks,, soalnya temen-temen baru Raya tau, hiks,, hiks,, kalau Raya ini nggak punya mama! Hiks,, hiks,, jadi kata mereka! Hiks,, hiks,, Raya ini nggak bakalan bisa gambar wajah mamah Raya!" Ucap Raya menjawabnya seperti itu, sehingga membuat Tania pun seketika langsung terdiam.

"Apa! J_jadi Raya ini udah enggak punya mama? Ya ampuuun, Kasihan banget sih Raya ini!" Ucapnya dalam hati tak tega dan merasa sangat kasihan kepadanya.

"Oh gitu!" Ucapnya lagi.

"Ya udah! Kalau gitu, gimana kalau Raya gambar wajah kakak aja! Anggap aja wajah Kakak ini wajah Mamah Raya! Gimana?" Ucapnya lagi sambil tersenyum, Iya mencoba memberinya saran seperti itu agar Raya tidak sedih dan menangis lagi.

"Hiks,, hiks,, gambar wajah kakak? Hiks,, hiks,, emang boleh kak? Hiks,, hiks,, emang kakak mau jadi mamah Raya?" Ucap Raya tak percaya dengan ucapannya.

"Iyaaa, enggak papa! Anggap aja kakak ini mamah Raya, Gimana?" Ucap Tania lagi sambil terus tersenyum, lagi-lagi Ia memberinya saran seperti itu, sehingga Raya yang sedang sedih dan menangis pun seketika langsung tersenyum.

"Mau, mau, mau! Raya mau kak! Kakak cantik deh, baik lagi," ucapnya penuh dengan semangat sambil terus tersenyum dan memuji-mujinya seperti itu. Sehingga membuat Tania pun ikut tersenyum mendengarnya.

"Ya udah, kalau gitu sekarang Raya gambar nih wajah kakak!" ucapnya lagi sambil menunjukkan wajah cantiknya itu untuk digambar. Namun sayang, bukannya menggambar wajah cantik tersebut, Raya malah justru cemberut.

"Loh, Raya kenapa? Kok Raya malah cemberut sih!" ucap Tania bingung.

"Raya enggak bisa gambar wajah kakak! Soalnya susah! Matanya susah, hidungnya susah, terus bibirnya juga susah!" Ucap Raya sambil terus cemberut, dengan polosnya ia menjawabnya seperti itu, sehingga membuat Tania pun tersenyum lucu mendengarnya.

"Ya udah! Kalau gitu, Gimana kalau kakak aja yang gambar, Raya mau nggak?" ucap Tania mencoba untuk memberinya saran seperti itu lagi. Sehingga membuat Raya pun lagi-lagi tersenyum karena saking senangnya.

"Mau, mau, mau! Raya mau kak!" Ucapnya lagi dengan penuh semangat.

Melihat Raya sesemangat itu, dengan segera Tania pun langsung menggambar wajah cantiknya itu, sebagai pengganti wajah mamahnya.

"Waaah! Gambarnya bagus bangeeeet! Wajah Kakak juga kelihatan cantik banget di gambar ini!" Ucap Raya sambil tersenyum karena saking takjubnya melihat gambar tersebut yang sebenarnya biasa saja, Namun karena yang melihatnya anak SD kelas satu sepertinya, jadi gambar tersebut pun terlihat bagus dan cantik di matanya.

"Raya juga mau dong kak! Kakak gambar wajah Raya sama wajah Papah Raya!" Ucapnya lagi menyuruhnya dengan lebih semangat lagi, sehingga Tania yang baru saja selesai menggambar wajah cantiknya itu pun, langsung buru-buru menggambar lagi wajah Raya dan wajah Papahnya yang ia pun belum tahu seperti apa orangnya.

"Ini yang cantik dan imut iniii, Rayaaaa! Kalau yang iniiii, Papah Raya!" Ucapnya yang baru saja selesai menggambar gambar tersebut, ia mencoba untuk menunjukkan hasil gambarnya itu kepadanya.

"Waaah! Raya cantik banget di gambar ini! Udah gitu Raya juga imut lagi," ucap Raya sambil tersenyum karena saking senangnya melihat hasil gambar tersebut.

"Eeehhh, tapi tunggu dulu! Ini kok wajah Papah Raya jadi jelek kayak gini sih kak? Matanya gede sebelah, hidungnya kecil, udah gitu kepalanya juga miring lagi! Papah Raya kan enggak jelek kayak gini kak! Papah Raya kan aslinya ganteng!" Ucap Raya mencoba untuk protes dengan hasil gambar tersebut, karena menurutnya wajah Papahnya itu aslinya ganteng tidak sejelek yang ada digambar tersebut.

"Yaaaah, gimana dooong? Kakak minta maaf banget yaaah! Soalnya kan kakak belum pernah lihat Papah Raya itu orangnya kayak gimana?" Ucap Tania mencoba untuk menjelaskan.

"Kakak minta maaf banget yaaah! Kakak Janji deh sama Raya! Kalau nanti kita ketemu lagi, kakak akan gambarin wajah Papah raya yang lebiiiiih ganteng lagi, gimana?" Ucap Tania mencoba untuk merayunya seperti itu, sehingga membuat Raya pun lagi-lagi tersenyum karena saking senangnya.

"Ya udah deh kalau gitu nggak papa! Ini juga bagus kok!" Ucapnya sambil terus tersenyum.

"Tapi beneraaaan! Kakak harus nepatin janji kakak! Kalau nanti kita ketemu lagi, kakak harus gambarin wajah Papah raya yang lebih ganteeeeeng lagi!" Ucapnya mencoba untuk mengingatkan janjinya itu.

"Iyaaa, kakak janji deh sama Raya!" Ucap Tania sambil tersenyum.

"Janji!" Ucap Raya sambil menunjukkan jari kelingkingnya untuk mengikat janjinya, selayaknya anak-anak kecil pada umumnya, sehingga membuat Tania pun lagi-lagi tersenyum dibuatnya.

"JANJI!" Ucapnya dengan jelas, ia pun ikut menunjukkan jari kelingkingnya itu, kemudian Ia pun langsung mengikatkan jari kelingkingnya itu ke jari kelingking Raya.

"Ya udah ya kakak cantik, kalau gitu Raya masuk ke kelas dulu! Raya mau tunjukin gambar ini sama temen-temen baru Raya! Supaya temen-temen Baru Raya tahu kalau sekarang ini Raya udah punya Mamah lagi! Dan supaya temen-temen baru Raya juga tahu kalau Raya ini udah bisa gambar wajah Mamah Raya! Supaya teman-teman baru Raya nggak ngeledekin Raya lagi!" Ucap Raya sambil tersenyum dengan raut wajah yang sangat bahagia, kemudian Ia pun langsung buru-buru berlari menuju ruang kelasnya.

"Dadah kakak cantiiiiik?" Teriaknya sambil terus berlari menuju ruang kelasnya, meninggalkan Tania hanya sendiri di depan pintu gerbang sekolahan tersebut.

"Dadaaaaaaaah," Teriaknya sambil tersenyum, karena ia pun ikut merasakan kebahagiaan yang ia rasakan sekarang ini.

"Waaah! Prok, prok, prok!" Ucap Rio yang dari tadi sedang berdiri di belakangnya sambil tersenyum dan bertepuk tangan.

"Kamu ini hebat banget sih? Bisa buat anak kecil yang lagi sedih jadi sebahagia itu!" Ucapnya lagi. Ia berbicara seperti itu karena ternyata dari tadi ia itu sedang memperhatikan perlakuannya itu kepada anak kecil tersebut yang tak lain adalah Raya. Sepertinya Ia sangat senang melihat Tania pujaan hatinya itu bisa sesayang dan seperhatian itu terhadap anak kecil, dan sepertinya juga sekarang ini dia pun jadi tambah semakin sayang dan jatuh cinta lagi kepadanya.

"Eh kak Rio!" Ucap Tania kaget, karena ia baru sadar kalau ternyata dari tadi Rio itu sedang memperhatikannya.

"Iya kak, soalnya dari dulu Tania ini paling nggak bisa kalau ngelihat anak kecil sedih, apalagi kalau sampai nangis kayak Raya tadi!" Ucap Tania serius, kalau ia memang benar-benar paling tidak bisa dan tidak tega melihat anak-anak kecil sedih dan menangis seperti itu. Kemudian Ia pun langsung terdiam seperti mengingat sesuatu, namun entah apa yang sebenarnya sedang ia ingat itu.

DI TEMPAT BERBEDA, DI RUMAH PAK ILHAM.

Waktu menunjukkan pukul 03.30 sore.

Terlihat Bara yang dari tadi masih ngobrol di dalam rumah tersebut, bersama dengan Pak Ilham dan juga Ibu Savira.

"Oooh, jadi itu alasan kamu pindah dari Surabaya ke Jakarta!" Ucap Pak Ilham.

"Iya Om, soalnya itu salah satu permintaan terakhir dari Almarhum Papah sebelum Almarhum Papah meninggal. Papah nyuruh Bara untuk mengelola semua bisnis Papah yang ada di Jakarta! Tapi Bara baru bisa memenuhi permintaannya sekarang!" Ucap Bara mencoba untuk menjelaskan.

"Ya mau gimana lagi Om, soalnya Bara juga berat banget! Bara harus pindah dari Surabaya ke Jakarta, meninggalkan semua bisnis Bara di Surabaya yang Bara kelola dari nol itu! Dan mempercayakan semua bisnisnya itu kepada Om bara yang ada di Surabaya! Tapi ya mau gimana lagi, mau nggak mau Bara harus tetap pindah ke Jakarta demi untuk memenuhi salah satu permintaan terakhir dari Almarhum Papah ini!" Ucapnya lagi serius, ia berbicara seperti itu karena memang benar, sekarang ini ia rela pindah dari Surabaya ke Jakarta, meninggalkan bisnisnya yang ia bangun dari nol itu dan mempercayakannya kepada Om nya yang ada di Surabaya, dan juga meninggalkan rumahnya di Surabaya yang penuh dengan kenangannya bersama dengan Rika, mantan istri tersayangnya yang sampai sekarang pun belum bisa ia lupakan. Iya, mantan istri tersayangnya yang sampai sekarang belum bisa ia lupakan. Demi untuk memenuhi salah satu permintaan terakhir dari Pak Arga yang tak lain adalah Almarhum Ayahnya.

"Ya ampuuun! Tante bangga banget sama kamu Bara! Bara yang dulu Tante kenal masih kecil, sekarang sudah sedewasa ini bahkan sangat berbakti kepada kedua orang tua," ucap Ibu Savira sambil tersenyum karena bangga kepadanya.

"Tante bisa aja," ucap Bara sambil tersenyum malu.

"Oh iya Tan, Om, emang Putri Tante sama Om masih lama ya pulangnya? Soalnya ini Bara harus cepat-cepat ke kantor, ada meeting soalnya sore ini!" Ucapnya lagi serius.

"Aduuuuh! Gimana ya? Kata Putri Tante sih sekarang ini dia udah di jalan! Tapi kok sampai sekarang dia belum sampai-sampai ya?" Ucap Ibu Savira bingung. Ia berbicara seperti itu karena tanpa sepengetahuan dari kita, tadi itu ia sempat menelpon putrinya yang kita pun belum tau sebenarnya siapa itu orangnya, untuk cepat-cepat pulang, karena ia mau mengenalkannya kepada Bara.

"Lagian emang itu anak ke mana sih Mah? Masa sekolah jam segini belum juga pulang?" Ucap Pak Ilham penasaran.

"Ada kok Pah! Tadi sih dia ngomong ke mamah, katanya hari ini dia itu lagi banyak banget tugas di sekolah, dan katanya sih tadi itu dia lagi kerja kelompok bareng sama teman-temannya!" Ucap Ibu Savira mencoba untuk menjawabnya seperti itu, sesuai dengan apa yang putrinya itu katakan kepadanya saat ditelepon tadi.

"Oh gitu," ucap Pak Ilham.

"Iya Pah!" Ucap Ibu Savira.

"Maklum yah nak Bara! Namanya juga anak SMA, jadi tugas nya banyak!" Ucapnya lagi sambil tersenyum.

"Iya Tan, enggak papa!" Ucap Bara yang juga ikut tersenyum.

"Ya udah Tan, kalau gitu biar Bara tunggu sebentar lagi! Siapa tau aja sebentar lagi putri Tante itu dat,,,," Seketika ucapannya itu terpotong.

"Ya ampun mah, pah! Mamah sama papah udah pada nungguin lama yah? Maaf banget yaaaah! Soalnya tadi itu tugas disekolah banyak bangeeeet!" Ucap putri Pak Ilham dan juga Ibu Savira yang baru saja datang dan sampai di rumahnya itu dengan sangat tergesa-gesa.

"Emang mana sih mah? Orang yang mau dikenalin sama,,,,," Seketika ucapannya itu pun terpotong.

"O_ Om itu!"

Ucapnya lagi dalam hati gugup karena saking kaget dan tak percayanya sambil menatap kearah Om-om gila dan enggak jelas yang tadi pagi sempat mengusir dan menurunkannya dengan paksa dari dalam mobilnya di tengah-tengah jalan bisa ada di dalam rumahnya. Iya, Om-om gila dan enggak jelas yang tadi pagi sempat mengusir dan menurunkannya dengan paksa dari dalam mobilnya di tengah-tengah jalan, karena ternyata putri Pak Ilham dan Ibu Savira itu adalah Tania, seorang gadis brutal yang tadi pagi sempat Bara usir dari dalam mobil nya itu.

"G_gadis brutal itu!"

Ucap Bara dalam hati gugup, karena ia pun sama kagetnya dan sama tak percayanya, kalau ternyata putri Pak Ilham dan Ibu Savira yang dari tadi sedang ia tunggu-tunggu adalah Tania, seorang gadiss brutal yang tadi pagi sempat ia usir dari dalam mobilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!