Wanita Bergilir

Wanita Bergilir

Chapter 1

Dia lebih suka memungkas menjadi dua dari tiga kata nama lengkapnya. Menghilangkan nama 'Blue' pada bagian tengahnya. Pria Amerika berusia 28 tahun dengan wajah tampan yang memikat.

Austin Blue Bennedict!

Atau sesuai kehendaknya ... Austin Bennedict.

Black Country ... entah apa alasan Austin memberikan julukan itu untuk negeri kelahirannya sendiri. Yang ia tekankan, hanya sebait kata membentuk; Aku benci Amerika!

Di negara itu, ia menyandang sikap dingin akut yang membuatnya terkesan suram. Dan sampai detik ini, misteri di balik sikap beku itu hanya dipeluknya seorang diri, tanpa seorang pun diberikannya hak untuk tahu.

Namun ajaibnya, di negara ini--negara yang telah ditinggalinya selama hampir kurang lebih lima tahun lamanya, perangai Austin benar-benar berubah terbalik 180 derajat dari keaslian jati dirinya.

Ia ceria, konyol dan sangat ekspresif.

Untuk alur mengapa perubahan itu terjadi pada Austin Bennedict, akan datang waktu memberi penjelasan.

Agar terdengar lebih akrab, panggil saja si tampan itu ... Austin.

Austin bukan seorang pria naif yang tak pandai mengekspresikan segala hal yang dirasakannya. Seperti--sebut saja si konyol Benny Dalbert, pria tambun yang diam-diam mengagumi sosok ibunya di Amerika sana, ketika Austin berusia remaja.

Selama yang Austin ingat, pria culun itu terlihat damai bersembunyi di balik kacamata bulat berlensa tebal, dengan suspender terkait apik dari pundak hingga ke pinggang celana yang ia naikan cukup tinggi di atas perutnya. Sepotong cupcake selalu dikirimkan Benny diam-diam pada ibunya setiap pagi, berlebel sticker berbentuk hati yang digunting serampangan dari sehelai kertas.

Dan ibu Austin yang selembut sutra, hanya tersenyum setiap kali menerima hadiah rutinan dari Benny tersebut.

Lebih mirip anak TK yang sering ngompol di dalam kelas, Austin mengejek pria itu acapkali. Dan hal itu tentu hanya sebentuk umpatan tanpa siapa pun dapat mendengar.

Namun seperti halnya Benny, Austin juga termasuk pria yang lebih mengandalkan intuisi daripada luasnya imajinasi yang malah terkesan lambat, menurutnya. Ia pria yang cerdas, namun juga terkadang sulit mengontrol emosinya ketika menemukan sesuatu yang tak sejalan dengan pemikirannya.

Sesuai nama akhirnya yang berarti 'diberkati', Austin cukup bahagia dengan kehidupan yang dijalaninya saat ini. Tapi tentu saja bukan lagi di Amerika!

Austin sudah tenggelam dalam pesona negara yang kini dijadikannya naungan.

Indonesia!

Ia tak ingin pergi, atau pun kembali ke negeri Paman Sam--negeri di mana pertama kali ia menatap dunia luas. Toh ibunya telah tak ada lagi. Ia bebas memilih di mana ia ingin menetap.

... ****...

Bibir juga lidah Austin tengah sibuk menyusur mulut manis seorang gadis berkulit eksotis dengan wajah polos kekanak-kanakan. Suara kecap kecup di antaranya terdengar seperti angin topan di tengah hujan--basah dan liar.

Tangan-tangan nakal Austin mulai bergerak mengabsen setiap detail tubuh gadis itu, terutama bagian-bagian yang paling disukainya--si kembar kenyal, bokong aduhay, tak tinggal segitiga bermuda yang terhimpit di bawah sana.

Wanita itu nampak sulit dan terlampau kaku mengimbangi permainan Austin yang tentu saja tak jauh berbeda dengan pria bule kebanyakan.

Gerakan amatir yang kikuk gadis muda itu, tentu membuat Austin semakin ingin menjelajah tubuhnya lebih jauh. Kepolosan mempunyai daya tarik tersendiri untuk seorang untuk seorang player sekelas hiu seperti Austin.

Selanjutnya setelah puas bermain pemanasan di sudut dinding dalam posisi berdiri, kini diseretnya tubuh ramping wanita muda yang hanya menyisakan busana-busana dalam itu ke arah ranjang yang terbaring berdadah-dadah di belakangnya.

Gadis muda itu telah berada dalam posisi telentang dengan raut gelisah--menunggu tak sabar pria itu mengungkung dan melancarkan aksinya. Tubuhnya nampak bergelinjang kecil sembari melakukan remasan gemas di dua tonjolan berpuncak merah muda miliknya. Sangat menuntut!

Di saat bersamaan, Austin dengan gegas memereteli t-shirt dan celananya sendiri--tentu untuk melanjutkan permainannya ke jenjang yang lebih ganas. Terang saja ia sama tak tahannya dengan lawan mainnya yang konyolnya ... gadis itu baru saja melewati masa remajanya. Dan Austin sudah akan mengoyak kegadisannya. Sinting!

Namun sial, baru saja Austin menurunkan celananya sampai ke ujung lutut ....

"Le!! Cepet dong! Lu bisa telat! Udah mo jam satu, nih!" Teriakan disertai gedoran dari balik pintu di luar kamar yang dipijaknya saat ini, sontak menghentikan kegiatan Austin yang katakan saja ... sudah meniti puncak.

"Si Kampret!" Ia mengumpat geram dengan urat-urat wajah menegang.

Dengan kesal, Austin menegakkan tubuhnya seraya menaikan kembali celananya ke pinggang, seperti semula. "Sorry, kita lanjut nanti, ya," katanya pada gadis muda yang terbaring tak tahan di atas ranjang.

Gadis itu menatapnya tak percaya. Namun seperti terkunci, mulutnya bahkan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Ia memalingkan wajah menyembunyikan kekesalan dan rona merahnya. Bibir dengan lipstik belepotan karena ulah pria itu nampak mengerucut--tentu saja lebih dari kesal.

Hal yang ditunggu-tunggunya gagal begitu saja. Padahal ini adalah moment pertama kalinya melakukan hal memabukkan itu. Dan hanya dengan Austin, ia bisa pasrah begitu saja tanpa sepulas pun aksi penolakan, seperti yang ia lakukan pada kekasihnya sebelumnya.

Ayu Rengganis putri Pak Lurah!

Sayang sekali, puncak gairahnya harus rela terbunuh dalam resah karena teriakan di balik pintu. Lubang berharganya, gagal dibobol pria bule yang tampannya sekelas Orlando Bloom.

Kurang ajar, Austin!

Kini dengan ringannya, setelah memakai lengkap busananya, pria itu melanting pergi begitu saja tanpa basa-basi yang setidaknya bisa membuat wanita yang hampir digarapnya itu tenang.

BRUGG

Suara pintu terbanting dari luar, semakin membuat kepala Ayu Rengganis merayang emosi. Ia bangkit seraya melempar kasar bantal yang direnggut dari belakang tubuhnya hingga benda itu membentur dinding.

"Bule gila!" teriaknya marah-marah.

Aku salah apa, hey?! kata si bantal berdemo tak terima.

....

"Ganggu aja lu, Setan!" Sebelah kaki Austin menendang kasar betis seorang pria yang sedari tadi menggedor-gedor pintu kamarnya--niatnya. Karena sialnya, pria itu dengan sigap berhasil mengelak lebih dulu disertai tawa renyah menjengkelkan.

Namanya Bintara. Tapi ia lebih suka orang lain memanggilnya ... Tara. Lebih enak didengar, menurutnya.

Tara adalah sahabat Austin di segala situasi. Atau untuk lebih mesra--sebut saja julukan itu ... sahabat sejati.

"Melorotin celana cewek mana lagi lu?" tanya Tara seraya berjalan mengimbangi langkah cepat Austin.

Sedangkan yang ditanya, masih nampak menekuk wajahnya--kesal dengan perbuatan Tara yang menggagalkan kegiatan olahraga genjotnya beberapa saat lalu.

Padahal tinggal setepok lagi, batang keras Austin bertemu sarangnya. Bergaya-gaya dalam irama erang bercampur desah yang keluar dari mulut mungil wanita chubby bernama Ayu Rengganis anak Pak Lurah. Entah lurah mana.

Sialan emang si Tara!

Terpopuler

Comments

Tina febria

Tina febria

mampir dulu+nyimak😁

2022-05-24

1

Danisha _ 2020

Danisha _ 2020

bukan kelas kakap lg ye thor, kelasnya udah hiu. 😂

2022-05-12

1

NA_SaRi

NA_SaRi

Numpang buang sampah, Aus🤭

2022-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!