"Selamat datang kembali dokter Louis."
Satu orang mengatakan hal tersebut kepada satu laki - laki tampan dengan perawakan tinggi, kulit putih, rambut hitam, dengan ke dua lesung Pipit menambah ketampanan laki - laki tersebut semakin bersinar.
"Bagaimana keadaan papa dan mama di sini pak Yono?"
Dengan tersenyum laki - laki tersebut menanyakan hal itu sambil masuk ke dalam mobil yang telah di persiapkan khusus untuk kedatangan nya kali ini.
"Tuan dan nyonya dalam keadaan sehat dokter Louis."
"Syukur lah jika mereka berdua sehat, aku masih heran mengapa sampai saat ini ke dua orang tua ku begitu mencintai Jogyakarta sehingga tidak mau untuk aku ajak pindah ke kota yang lebih besar."
Dokter Louis mengatakan hal tersebut dengan kondisi di dalam mobil sambil memandang kepadatan kota Jogyakarta pada pagi hari itu.
"Tuan dan nyonya sangat mencintai kota ini dokter itu sebabnya mereka mungkin keberatan untuk meninggalkan banyak kenangan manis di dalamnya."
"Cih aku benci kenangan manis pak."
Dengan tersenyum sinis dokter Louis mengatakan hal tersebut kepada salah satu pekerja rumah kepercayaan ke dua orang tuanya.
Sementara itu pagi ini Diandra telah memarkirkan motornya di salah satu jalan pusat kota Jogyakarta.
"Diandra kau kemana? ini sudah jam berapa?"
"Maafkan aku Mer, tadi aku ada keperluan sebentar."
Diandra yang masih sibuk mengatur nafas mencoba untuk menjelaskan semua hal yang dia alami kepada Merry sahabat nya sekaligus rekan di tempatnya bekerja.
"Ini Diandra, sebelah sana belum di pel kau yang mengerjakan ya, setengah jam lagi cafe ini sudah harus buka, kau tau sendiri bos kita galaknya seperti apa."
"Iya Mer, aku tau kok, suatu saat nih kalau aku jadi bos, aku tidak akan melakukan hal itu kepada office girls seperti kita."
Dengan tersenyum dan mengambil peralatan kebersihan Diandra mengatakan hal tersebut kepada sahabatnya Merry.
"Kau terlalu banyak bermimpi Diandra, awas nanti jatuh dan sakit."
"Kalau sakit ya tinggal di obati Mer."
"Isss, sudah ayo kita berkerja."
Di akhir percakapan mereka, Diandra dan Merry pada akhirnya sibuk membersihkan semua ruangan yang berada di dalam cafe tersebut.
Selama ini Diandra bekerja sebagai office girls di salah satu cafe di pusat kota Jogjakarta, cafe yang sangat terkenal sebagai tempat tongkrongan para mahasiswa, cafe yang menyajikan banyak spot foto masa kini.
Namun Diandra tidak sepenuhnya menikmati tempat tersebut, karena pekerjaannya yang mengharuskan dia menjadi lebih sibuk dari yang lain.
Diandra akan datang paling pagi dan pulang paling malam, semua itu dia lakukan untuk mimpi - mimpi yang ingin di raih nya.
Lihat saja, aku tidak akan lama bekerja di tempat ini, aku percaya bahwa aku akan secepatnya mendapatkan pekerjaan baru dengan gaji yang lebih baik lagi.
Hanya di dalam hati Diandra berani mengungkapkan hal ini, karena jika Diandra Kembali bercerita dengan Merry, maka seperti biasa Merry akan menyadarkan dirinya untuk tidak bermimpi terlalu tinggi.
Sementara itu satu mobil mewah kini telah masuk ke dalam pekarangan tak jauh dari cafe tempat Diandra sedang bekerja.
"Silahkan dokter Louis."
"Terima kasih pak Yono."
Pak Yono, pekerja kepercayaan Keluarga Louis Hendra sekaligus supir pribadi keluarga tersebut kini membuka pintu mobil untuk dokter Louis agar bisa segera masuk ke dalam rumah mewah yang terletak di dekat cafe tempat Diandra bekerja.
"Mer, itu mobil siapa masuk ke dalam?"
Diandra yang sedang membuang sampah di depan dan melihat mobil mewah masuk segera berlari kembali ke dalam cafe untuk bertanya kepada Merry.
"Mana aku tau Diandra, rumah mewah di depan cafe kita ini kan dijaga ketat oleh para satpam, mana mungkin aku memperhatikan siapa yang masuk ke dalam."
"Ah seperti itu, awalnya aku kira rumah di depan cafe kita itu rumah kosong Mer, karena aku tidak pernah melihat pemilik nya keluar dari pintu gerbang."
Seketika itu juga Merry sahabat Diandra langsung tertawa mendengar perkataan Diandra.
"Ya jelas saja mereka jarang keluar Diandra, mereka itu kaum ningrat yang akan memilih - milih orang dalam berteman dan berbicara, tidak seperti kita yang yang hanya kaum rakyat jelata."
Merry menjelaskan apa yang Diandra katakan tanpa fokus melihat ke arah Diandra, karena Merry sibuk dengan pekerjaannya.
"Sudah Diandra jangan pernah bermimpi bahwa kau akan menempati rumah mewah itu, sungguh sangat kasihan sekali jika kau sampai membayangkan hal itu juga."
Merry mengatakan hal tersebut sambil menepuk - menepuk pundak Diandra dan memberikan Diandra sapu untuk menyapu halaman cafe.
"Aku sama sekali tidak pernah bermimpi untuk tinggal di rumah itu Mer, aku hanya penasaran saja."
Diandra mengatakan hal tersebut sambil bergumam dan melangkah kan kaki untuk menuju ke halaman cafe dengan memegang peralatan kebersihan nya lagi.
Sementara itu di dalam rumah mewah, nampak dokter Louis mulai memasuki ruangan dan langsung berlari ke arah kolam renang untuk menemui ke dua orang tuanya.
"Dad, Mom, Louis datang."
Dengan cepat dokter Louis merangkul ke dua orang tuanya yang sedang sarapan di tepi kolam renang.
"Duduklah Louis."
Suara berat sang ayah, mengatakan hal tersebut kepada dokter Louis, perawakan laki - laki paruh baya berkebangsaan Swedia yang menikah dengan wanita ayu asal Jogyakarta membuat mereka memiliki keturunan sangat tampan seperti dokter Louis.
Wajah dokter Louis yang merupakan gabungan antara wanita Indonesia asli dengan laki - laki berkebangsaan berbeda membuat nya memiliki satu kelebihan untuk memikat banyak wanita.
"Ya Dad Louis sudah duduk di samping Mommy dan Daddy."
"Mommy, panggil aku ini ibuk nak, bukan Mommy."
Satu wajah ketus yang selalu membuat Louis memandang nya dengan tersenyum ketika dirinya memanggil ibunya dengan sebutan mommy.
"Baiklah ibunda ku Diah Sekar Ayu, keturunan ningrat yang sampai sekarang masih tetap cantik."
Wanita paruh baya tersebut langsung tersenyum ketika mendengarkan Louis mengatakan hal tersebut.
"Jadi kapan kau akan membawa menantu untuk kami?"
Deg
perkataan sang ayah langsung membuat Louis terdiam.
"Dad, aku baru saja datang dari Jepang, dan Daddy sudah memberikan pertanyaan seperti itu kepada ku?"
Seketika itu juga laki - laki tampan paruh baya tersebut langsung menatap tajam ke anaknya.
"Kau tau kami sudah tua, kami hanya ingin menggendong cucu, Daddy tidak ingin kau terlalu sibuk dengan pekerjaan mu sehingga kau melupakan hal yang satu ini."
"Apa yang dikatakan oleh bapak mu itu benar nak, sebentar lagi umur mu sudah kepala tiga, tapi ibuk tidak pernah melihat mu memperkenalkan calon istri kepada kami."
Louis pada akhirnya hanya bisa memandang ke dua orang tuanya secara bergantian.
"Baiklah sekarang Louis yang ingin ganti bertanya, calon menantu seperti apa yang Ibuk dan Daddy inginkan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
re
Next
2022-11-09
0