Semua mata kini menatap tajam dokter Louis ketika dia mengatakan hal itu.
"Persyaratan apa yang kau ajukan Louis?"
Madam Lisa yang sudah tidak sabar menerima uang besar dari dokter Louis terus mencoba untuk menggalinya agar transaksi segera dilakukan.
"Aku akan menghabiskan malam ini dengan dia tapi tidak di dalam hotel bintang lima."
Deg
Kini perkataan dokter Louis sungguh menjadi sangat membuat kaget Vivian.
Bagaimana tidak, karena selain sebagai seorang dokter, Louis terkenal sebagai pengusaha muda di bidang kesehatan, jadi sungguh menjadi hal yang mengejutkan ketika dia tidak ingin bermain dengan Vivian di hotel berbintang seperti yang biasa dia lakukan.
"Lalu apa yang kau inginkan dokter Louis?"
Dokter Louis langsung tersenyum ketika pada akhirnya Vivian memberanikan diri untuk bertanya.
"Yang aku inginkan adalah bersama dengan mu di dalam salah satu kamar di dalam diskotik ini, aku pernah mendengar jika lantai tiga ada kamar yang biasa di sewakan untuk para tamu menghabiskan malamnya untuk bercinta."
"Kau yakin kau akan melakukan hal itu di sini Louis?"
"Sangat yakin madam, ini merupakan sensasi tersendiri untuk ku karena aku belum pernah melakukan nya disini."
"Baiklah, bagaimana dengan kau Vivian, apakah kau mau menemani Louis untuk bermalam di tempat ini?"
Vivian kini menatap mata satu per satu orang yang berada di dalam ruangan tersebut.
"Ya madam aku bersedia."
Vivian pada akhirnya mengatakan hal tersebut kepada madam Lisa, bagi Vivian yang merupakan nona malam kelas atas sebenarnya sangat anti untuk melayani tamu nya di tempat yang kurang bersih menurut dirinya.
Tapi malam ini Vivian mendapatkan tamu yang sangat spesial, dimana tamu inilah yang sejak dulu dia tunggu - tunggu.
"Baiklah, jika seperti ini berarti tidak ada masalah lagi, Louis kau tidak lupa nomor rekening ku bukan? madam harap kau bisa transfer langsung sekaligus dua ratus juta sebelum permainan panjang mu dengan Vivian."
"Dengan senang hati madam."
Dokter Louis langsung mengeluarkannya ponsel dan melakukan pembayaran melalui ponsel untuk membayar kencan nya pada malam hari ini.
"Selesai, aku sudah mengirimkan semua yang yang madam minta."
dokter Louis mengatakan hal tersebut sambil menunjukkan bukti transfer melalui ponselnya kepada madam Lisa.
"Dim, sepertinya kita harus berpisah."
Louis mengatakan hal tersebut sambil menepuk bahu Dimas.
"Ya Louis aku mengerti, selamat bersenang-senang kawan."
Louis langsung tersenyum dengan apa yang Dimas katakan dan tanpa butuh waktu lama langsung membawa Vivian ke lantai tiga.
Sementara itu di dapur diskotik.
"Dek Diandra bagaimana pekerjaan mu?"
Sang manager masuk ke dalam dapur dan langsung menyapa Diandra yang masih sibuk untuk mencuci gelas - gelas kotor.
"Iya mas Rudi, malam ini rame sekali yah mas? gelas - gelas ini seakan - akan tidak pernah habis loh."
Rudi yang mendengarkan perkataan Diandra hanya bisa tersenyum, sejak dulu Rudi kagum kepada Diandra, kagum akan kerja kerasnya, kagum akan kedewasaan yang Diandra miliki.
"Iya dek, malam ini diskotik rame banget, jadi kamu yang kewalahan yah."
"Gapapa mas Rudi, ini kan yang namanya kerjaan, Diandra seneng melakukan ini mas."
Diandra tersenyum sambil mengatakan hal tersebut kepada Rudi, namun wajah lelah Diandra tidak dapat membuatnya berbohong di hadapan Rudi.
"Nanti pulang tak anter yah dek, mas tunggu sampai kamu selesai."
"Gak usah mas, aku bawa motor kok."
"Motornya titip aja di sini, besok baru di ambil lagi gimana?"
Sejenak kemudian Diandra langsung menghentikan aktivitas cuci gelasnya tersebut ketika mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rudi.
"Mas Rudi tau sendiri ibuk seperti apa mas, ibuk kan tidak pernah tau jika aku bekerja disini juga, yang ibuk tau aku sedang menginap di tempat teman ku."
Seketika itu juga Rudi langsung mengingat apa yang dulu Diandra ceritakan kepadanya saat Diandra melamar pekerjaan di diskotik ini.
"Ah maafkan mas Rudi dek lupa."
"Iya mas gapapa, makasih yah mas udah baik sama Diandra."
Senyum yang tulus Diandra pancarkan ketika mengatakan hal tersebut kepada Rudi.
"Mas Rudi boleh Diandra bertanya?."
"Iya dek tentu saja boleh ada apa?"
"Memang benar yah mas kalau kita membantu membersihkan lantai tiga akan dapat uang tambahan lagi?"
"Darimana dek Diandra tau?"
"Ada teman yang bicara dengan Diandra, mas Rudi boleh Diandra ambil pekerjaan itu juga?"
Deg
Rudi langsung terdiam dengan pertanyaan yang Diandra tanyakan, selama ini Rudi memang sengaja tidak memberitahukan kepada Diandra tentang pekerjaan itu, karena Rudi melihat Diandra sudah terlalu lelah.
"Tapi dek apa kamu gak capek? itu nanti sampai pagi loh dek?"
"Enggak mas, Diandra kan masih muda, mas Rudi ayolah mas tolong Diandra."
Tatapan memelas Diandra sungguh kali ini membuat Rudi tidak kuasa untuk menolaknya.
"Ya sudah mas Rudi izinkan untuk malam ini dulu yah, nanti mas lihat dulu kamu capek atau enggak."
"Terima kasih banyak mas Rudi."
Diandra yang sebentar lagi mendapatkan tambahan uang langsung tersenyum dengan lebar.
"Ya sudah mas pulang yah dek, kamu beneran gak mau mas anter?"
"Tidak mas, terima masih."
Dengan kuat Diandra menggelengkan kepalanya untuk menolak ajakan Rudi, bagi Diandra saat ini yang dibutuhkan adalah bagaimana caranya mencari uang sebanyak - banyaknya.
Rudi pun pada akhirnya pulang dan Diandra dengan cepat menyelesaikan semua pekerjaannya di dapur.
"Baiklah semuanya sudah selesai saatnya aku naik ke lantai tiga, ayo Diandra harus semangat."
Diandra mencoba untuk memberikan semangat kepada dirinya sendiri, sambil mengambil peralatan kebersihan Diandra segera menuju ke lantai tiga.
"Astaga jadi ini lantai tiga diskotik?"
Begitu Diandra sampai di lantai tiga, Diandra seperti masuk ke dalam sebuah lorong yang berisi kamar - kamar kecil.
"Sepertinya malam ini hanya satu kamar saja yang masih ada isinya kamar dua kosong satu."
Diandra mendekati kamar paling ujung yang masih tertutup, dan tiba - tiba terdengar suara ******* panjang dari laki - laki dan juga wanita.
Jantung Diandra berdegup kencang saat suara tersebut semakin terdengar dengan sangat jelas, rupanya kamar - kamar kecil di lantai tiga tersebut tidak dilengkapi dengan alat kedap suara.
Dengan canggung pada akhirnya Diandra duduk di lantai di depan kamar tersebut.
Suara ******* demi ******* yang Diandra dengarkan membuat Diandra pada akhirnya harus menutup ke dua telinga nya.
Bu Diandra takut, bu apakah ini dunia malam yang sebenarnya, siapapun laki - laki yang berada di dalam sana pastilah dia laki - laki jahat karena berani melakukan hubungan badan bukan dengan pasangan yang sah, Diandra benci laki - laki seperti itu!
Air mata Diandra langsung mengalir ketika Diandra mengatakan hal tersebut di dalam hatinya.
Aku berjanji di dalam diriku sendiri sampai kapanpun aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada laki - laki jahat seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments