bab 3 pegunungan Dwarf

"Eh, apakah ini surga? Tapi kenapa terasa dingin.” Ucap Ferdinand sembari melihat-lihat sekitarnya, yang hanya ada hamparan salju tanpa ujung.

“Tidak, ini bukan surga, tapi kutub tenggara yang di kenal dengan sebutan ‘land of sand and ice of death’ sebuah tempat yang penuh keajaiban, misteri, keindahan dan bahaya.” Ucap putri Nerissa yang muncul di samping Ferdinand.

Mendengar itu, wajah Ferdinand menjadi pucat. “jika seperti itu, aku akan pergi mencari lembah, jurang atau sejenisnya.” Ucap Ferdinand. Saat hendak berbalik, sebuah tamparan yang sangat keras mengenai pipinya.

“Hey! Apa yang kau lakukan, meski kau seorang tuan putri, jangan harap aku takut denganmu!” Pekik Ferdinand, tidak terima dengan tamparan itu. Saat hendak melangkah, putri Nerissa menarik tangannya.

“aku ingin pergi! Kenapa kau menghentikan....” Ferdinand tidak bisa menyelesaikan kata-katanya, karena saat berbalik, ia langsung merasakan sensasi lembut di bibirnya. Itu terasa sangat lembut, bahkan lebih lembut dari salju.

Ya, putri Nerissa menciumnya dengan lembut.

“Hey! Apa yang kau lakukan!” pekik Ferdinand yang sudah terjungkal karena terkejut.

“K-kau mencuri ciuman pertama ku. Asal kau tahu bahkan jika perawan mu hilang, itu tidak akan cukup membayarnya!!” Pekiknya sebelum akhirnya berdiri dan membersihkan salju di pakainya.

“sudahlah. Saat di kehidupan ke dua aku akan menuntut mu!” ujar Ferdinand dengan nada yang lebih tenang, lalu melangkahkan kakinya menjauh.

“Di kehidupan kedua? Bahkan untuk bunuh diri pun kau tidak akan bisa melakukannya.” Ucap putri Nerissa dengan tenang.

Dan benar saja, saat Ferdinand melangkahkan kakinya yang ke 10, tiba-tiba saja tubuh Ferdinand berhenti, seperti tidak mau di kontrol oleh pemiliknya.

“persetan! Apa yang kau lakukan!?”

“Lihatlah di telapak tangan mu.”

Ferdinand lalu melihat telapak tangannya. “gambar apa ini?” Tanyanya sembari melihat gambar lingkaran sihir berwarna biru di telapak tangannya.

“itu adalah segel kontrak, dengan segel itu kau hanya berupa hewan peliharaan polos yang aku kendalikan. Jadi jangan ke mana-mana ya.” Ucap putri Nerissa seraya menyentuh dagu Ferdinand dengan lembut dan mendekati wajahnya.

Sihir segel kontrak adalah sihir yang sangat aneh. bahkan hanya orang-orang yang terpaksa saja yang akan menggunakannya. bukan karena sulit, tapi caranya yang sangat aneh dan menjijikkan. sang pengguna harus mencium objek yang akan di segel dan tentu saja itu membuat semua orang enggan menggunakan. apalagi jika itu binatang, akan sangat aneh!

Sihir ini memungkinkan orang-orang untuk mengendalikan apapun kecuali benda mati.

meski digunakan dengan cara yang aneh, tapi sihir ini memiliki kelebihan yang sangat berguna, seperti akan berlaku seumur hidup. Jadi objek akan di bawah kendali pengguna seumur hidupnya, tanpa ada jalan untuk bebas kecuali jika tuannya berkenan melepaskannya.

sihir ini banyak di gunakan para penyihir yang ingin mendapatkan kontrak dengan makhluk buas. Selain meningkatkan kekutan, penyihir itu juga akan terlindungi.

Ferdinand dapat merasakan bau harum dari gadis itu yang membuat siapa pun mimisan di dekatnya. Tapi beda dengan Ferdinand, ia solah tidak peduli dengan itu.

“sekarang ikut aku.” Kata putri Nerissa sembari berjalan menjauh.

Ferdinand yang semulanya tidak ingin, mau tidak mau harus mengikutinya.

Mereka berdua berjalan ke Utara, melintasi hamparan salju yang dingin dengan cahaya Matahari terik di atasnya.

“T-t-tuan putri, a-apakah kau punya jaket, aku sangat kedinginan.” Ucap Ferdinand sembari menyilangkan kedua tangannya di dada. Ia terlihat kedinginan. Giginya tidak henti-hentinya berdetak.

Melihat itu, putri Nerissa mendekatinya lalu menyambar salah satu tangannya.

“hey! Aku ingin jaket, bukan tangan mu?”

“terserah.” putri Nerissa memegang tangan Ferdinand tanpa mempedulikannya reaksinya.

Tidak beberapa lama, Ferdinand mulai merasakan tubuhnya hangat kembali, yang membuatnya lebih nyaman, sehingga ia menyarankan untuk melepaskan tangannya, tetapi putri Nerissa tidak mau, sebab itu akan menghentikan sihir pemanas yang ia saluran.

“apakah kau menyukai tangan ku?” Ferdinand menebak-nebak.

“tidak, untuk apa aku menyukai tangan mu. Bahkan jika ibumu memberikanmu seutuhnya aku tidak akan menerimanya.”

“kalau begitu lepas tanganku!”

Putri Nerissa tidak mempedulikannya dan tetap memegang tangan Ferdinand.

Melihat reaksi putri Nerissa, ia berusaha melepaskannya sendiri, tetapi bukanya terlepas malahan ia sendiri yang kelelahan dan tidak berhasil melepaskannya.

“apa tanganmu besi?”

Putri Nerissa tidak mempedulikannya dan tetap berjalan.

Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka, hingga tiba di malam hari. Mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Utara melewati pegunungan salju yang curam dan dingin. Meski begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanannya. Sebenarnya Ferdinand tidak mau, ia ingin beristirahat dan mencari makanan, tapi kebebasannya sudah di rengrut, jadi mau tidak mau ia tetap berjalan, meski perutnya berbunyi parau.

“Tuan Putri, hewan peliharaan mu sudah sangat lapar. Jika di biarkan lebih lama lagi, mungkin akan mati kelaparan.” Ucap Ferdinand dengan nada lemas, tidak berdaya.

“Sudah, jangan banyak omong. Sekarang tutup matamu.”

Ferdinand menutup matanya, kemudian ia dapat merasakan tubuhnya melayang lalu menyentuh es lagi.

“sekarang buka matamu.”

Ferdinand mengikuti perintah yang diberikan. Saat membuka matanya, ia melihat gua es di depannya.

“Sekarang ayo kita masuk.”

“T-tunggu, bukankah itu sarang beruang.”

“Tidak, ikut saja.” putri Nerissa memandang tajam ke Ferdinand, yang membuatnya langsung lemas.

Saat berjalan-jalan, Ferdinand terlihat takut, sebab setahunya gua itu adalah sarang beruang, akan tetapi rasa takutnya perlahan-lahan menghilang setelah masuk ke gua itu lebih dalam.

Tidak beberapa lama mereka berjalan, akhirnya mereka tiba di ujung gua itu. Saat tiba, Ferdinand mengerutkan keningnya. Ia heran bagaimana bisa ada pintu kayu di es sedingin ini. Apalagi sepanjang perjalanannya, ia tidak melihat satu pun pohon.

Tok, tok, tok.

Putri Nerissa mengetuk pintu. Setelah mengetuk pintu, terdengar suara gaduh dari dalam, yang menandakan jika pintu akan di bukan.

Dan benar saja, pintu itu akhirnya terbuka memperlihatkan seorang Dwarf.

“Oh, anakku akhirnya kau...”

“jangan panggil aku seperti itu.” Tegas putri Nerissa yang membuat Dwarf itu berhenti mendekatinya.

“Apa kau membutuhkan sesuatu?”

“Ya, aku butuh makanan, senjata, pakainya dan semua perlengkapan untuk bertahan dari es.”

“Eh, kenapa harus ada perlengkapan bertahan hidup. Apakah kau tidak punya sihir lagi?”

“Bukan untukku, tapi untuk hewan peliharaan yang aku bawa.”

Dwarf itu, mengerutkan keningnya. Ia heran sekaligus bingung, dari yang ia lihat, tidak ada hewan apa pun di belakang Nerissa kecuali Ferdinand.

“Apa kau punya makhluk ajaib?”

“apa kau tidak lihat, di belakang ku.”

“Manusia itu?”

“Ya, itu dia.”

“tapi seperti, ia sangat tampan, bukankah akan serasi jika berpapasan denganmu.”

“hey! Tua kerdil jaga ucapanmu itu. Bahkan jika ia sendiri menyerahkan dirinya, aku tidak akan menerimanya, bahkan meliriknya pun tidak.” Ujar Ferdinand yang sedari tadi diam.

“Kerdil katamu! Tubuhku memang seperti ini dari lahir. Bukan kerdil!” tegas Dwarf tersebut.

“oh aku tahu, jika kau kelainan dan pantas saja kau tidak menikah dan memilih tinggal di hamparan es luas ini, kan!”

Dwarf itu memperlihatkan ekspresi kesal dan marah, tapi ia tidak bisa membalasnya, setelah sorotan mata tajam dari putri Nerissa.

“Sudah, aku hanya mampir sebentar.” Ucap putri Nerissa dengan nada dingin.

“Baiklah, tapi aku tidak akan memberikan senjata untuknya.” Ucap Dwarf itu sembari menunjuk Ferdinand.

“terserah.” Jawab putri Nerissa.

Dwarf itu membawa Nerissa dan Ferdinand ke dalam ruangan yang besar dan indah bahkan ada perapian di sana yang membuat Ferdinand bertanya-tanya dari mana mendapatkan kayu bakar dan bara api.

Sementara itu, Dwarf itu masuk ke dalam lalu membawa dua cangkir khas Eropa dan menghidangkan.

Ferdinand melirik sedikit isi dari cangkir itu. Cangkir itu berisi cairan berwarna hijau dengan dedaunan yang wangi, membuatnya tanpa sadar meminumnya dan merasakan segarnya minuman itu.

Setelah melihat tamunya minum, Dwarf itu memperkenalkan dirinya. ia adalah salah satu dari ras Dwarf atau kurcaci, ia bernama Marcello, seorang outer border knight daerah luar dari rasnya.

Tugasnya adalah melindungi daerah luar dari rasnya.

Mendengar itu, Ferdinand tertawa, ia tidak menyangka jika penjaga luarnya dari ras Dwarf seorang pria tua yang rapuh.

“hey jika kau tidak percaya, lihat ini.” Marcello mengambil pedang dua ganggang di dinding.

“sekarang kau lempar cangkir itu.” Ucap Marcello dengan tegas.

Mendengar itu, Ferdinand melemparnya dengan acuh tidak acuh.

Saat cangkir itu di lempar, Marcello dengan cepat mengayunkan pedangnya tanpa ada keraguan sedikit pun di Wajahnya

Wusss plak!

“apa sekarang kau mempercayainya?” tanya Marcello dengan wajah bangga dan puas melihat keterkejutan Ferdinand.

“Ah, kau hanya beruntung saja.”

Marcello ingin menjawab, tapi putri Nerissa menghentikannya dan menyuruh untuk mengantarnya ke dalam.

“Ikut aku.” Ucap Marcello lalu menuju salah satu dinding, kemudian menarik tuas di sampingnya.

Perlahan-lahan dinding itu terbuka memperlihatkan isi di dalamnya.

Ferdinand tidak bisa menahan kegembiraan dan kekagumannya setelah melihat apa yang ada di dalam dinding tersebut.

...****...

gambar Dwarf.

sumber : google

Terpopuler

Comments

Kaisar Tampan

Kaisar Tampan

kak aku udah mampir ya.
bantu dukung karyaku juga iya
simpanan brondong tampan
terima Kasih

2022-07-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!