bab 2 jebakan

Angin berhembus dari dalam jurang, seolah angin itu membela pipi, tangan dan kaki Ferdinand yang tengah berdiri di pinggir jurang itu.

Ferdinand adalah seorang anak muda berumur 18 tahun dengan wajah sedikit tampan. ia memiliki rambut pirang kuning dan tentu saja memiliki kulit putih layaknya orang Eropa pada umumnya.

Ia memandangi langit sembari mengenang ingatan-ingatan tentang kehidupannya dulu yang penuh warna-warni lalu mengenang tragedi pembantaian kedua orang tuanya karena menjadi penyihir.

Ferdinand lalu memandang ke dalam jurang yang di penuhi kabut putih. Dengan tanpa ekspresi ia berkata, “ayah... Ibu... Aku akan menyusul kalian.” Lalu ia menjatuhkan diri, tetapi keinginannya tidak tercapai. Dengan cepat seseorang menariknya lalu membuatnya tidak sadarkan diri.

...****...

Saat sadarkan diri, Ferdinand menyadari dirinya berada di tempat yang megah dengan pilar-pilar seperti kuil Poseidon yunani yang menawan. Ia bangkit lalu menyentuh belakang Kepalanya yang terasa sakit akibat terbentur keras.

“Aku di mana?” ia mengeluarkan pernyataan yang biasa saat orang tidak tahu ia sedang berada di mana.

Ia memandang sekitar lalu memandang di sisi lainnya dan pada saat itu, ia melihat seorang gadis cantik tengah terbaring tanpa busana di sampingnya. Kulitnya putih lembut seperti tidak pernah tersentuh, rambutnya berwarna gading sedikit bergelombang.

Jika di perhatikan dengan dalam dapat di lihat wajahnya sangat cantik dan nyaris sempurna.

Melihat itu, Ferdinand tersipu malu dan menunduk. Baru kali ini dia melihat wanita secantik itu. Ia lagi-lagi terkejut melihat tubuhnya tanpa busa sedikit pun. Dengan cepat, ia melilit tubuhnya dengan selimut yang membuat tubuh wanita di sampingnya lebih terekspos.

Ferdinand hendak menggoyangkan tubuh wanita itu, tetapi suara langkah kaki yang buru-buru mendekat.

Ferdinand hendak bersembunyi, tapi saat kakinya menginjak lantai, seorang pria yang memakai jubah hitam seperti penyihir membuka pintu dengan kasar.

“tuan, itu buktinya, jika tuan putri memang bukan gadis yang baik!” Seru pria itu sembari menunjuk ke arah Ferdinand.

“ti-tidak, aku tidak.....”

“Prajurit tangkap keduanya dan seret ke pengadilan. Biar tahu rasa jika perbuatan mereka sangat menjijikan!” seru pria itu lagi dan tidak membiarkan Ferdinand berbicara.

Dua prajurit di belakangnya lalu bergegas membawa Ferdinand dengan kasar.

Begitu pun terjadi pada gadis cantik yang ada di sampingnya. Saat di bangunkan gadis itu tidak melawan ataupun berbicara. Ia hanya diam seribu bahasa dan memperlihatkan ekspresi pasrah akan nasibnya.

Setelah itu mereka di bawa ke ruangan pengadilan yang sangat megah dan luas. Di koridor atas ada tiga orang yang berpakaian layaknya bangsawan Eropa pada umumnya.

Mereka bertiga memiliki umur tidak kurang dari 70 tahun, tetapi aura yang di pancarkan membuat setiap orang luluh atau takluk kepadanya.

Mereka adalah tiga hakim yang bertugas.

Prajurit tadi langsung menghempaskan tubuh Ferdinand dan gadis itu ke lantai, membiarkan setiap tubuh mereka terekspos oleh puluhan pasang mata di sekitarnya.

Beberapa sudah mulai berbisik-bisik, membicarakan mereka berdua.

Saat palu sudah di jatuhkan, mereka semua diam dan memusatkan perhatian mereka pada tiga sosok di atas.

“tuan saya bersaksi melihat princess Nerissa melakukan tindakan tidak senonoh dengan pemuda itu di saat kaisar dan permaisuri sedang tidak ada di istana.” Ucap pria tua tadi dengan yakin dan suara yang keras.

Salah satu orang di atas mengangguk dan mencatat. “apa anda punya bukti lain?” tanyanya.

“iya, aku punya.” Pria itu lalu memberi tanda pada dua prajurit tadi untuk mendekat.

“Kami menjadi saksi atas tindakan princess Nerissa dan kami juga melihat mereka berdua tidur di kamar tanpa busana.” Ujar mereka berdua secara bersamaan sembari memberi hormat.

“Apa ada yang princess Nerissa ucapkan?” tanya orang di atas.

Princess Nerissa hanya menggeleng pelan.

“Aku punya! Aku tidak melakukan apa pun.” Ujar Ferdinand.

“siapa yang memberikan mu berbicara!” ujar salah satu prajurit sembari menendang punggung Ferdinand dengan keras membuat bibinya berdarah.

“Maaf, tuan hakim atas kelancangannya.”

“aku tidak melakukan apa pun!” ujar Ferdinand dengan suara serak dan keras.

“Aku sudah bilang jangan...” prajurit itu menghentikan kata-katanya setelah melihat tangan salah satu hakim.

“apa anda punya bukti?” tanya hakim kepada Ferdinand.

Mendengar itu, Ferdinand tidak bisa berkata-kata. Ia tidak mempunya bukti atau pun saksi untuk membela dirinya.

“jika anda tidak...”

“aku punya. Meski ini bukan bukti, tapi aku tidak melakukan kejahatan dan juga aku tidak tahu jika ada seorang yang menjebak ku.”

“jadi anda di jebak?”

Ferdinand mengangguk.

“kalau begitu lihat di sekeliling anda, siapa orang yang menjebak anda.”

Ferdinand tidak langsung menjawab, karena ia tidak tahu siapa orang yang telah menjebaknya.

Ferdinand kemudian menoleh ke putri Nerissa, tetapi gadis itu hanya menunduk pasrah. Bahkan ia tidak menutup apa pun yang menjadi rahasianya.

“baiklah, jika anda tidak punya apa pun, maka kami hanya bisa menjatuhkan hukum pada kalian berdua.”

“kalian akan di kirim ke land of sand and ice of death dalam beberapa tahun, tanpa perbekalan dan makanan.” Ucap hakim setelah membaca undang-undang.

Saat Ferdinand hendak berbicara, palu dengan cepat di pukulkan ke meja beberapa kali.

Semua orang berbisnis-bisik. Bahkan suaranya lebih keras dan sampai ke telinga Ferdinand. Ia dapat mendengar jika tempat itu sangat mengerikan. Bukan hanya karena tempat itu berbahaya, tapi memiliki mahkluk, tumbuhan yang sangat ganas dan berbahaya.

“kau tidak boleh menghukum kami seperti itu! Dasar hakim persetan!!” ujar Ferdinand sembari di bawa oleh prajurit tadi untuk meninggalkan ruangan.

Saat di bawah, Ferdinand tidak henti-hentinya mengumpat karena marah dan kesal, akan tetapi tidak ada orang yang mempedulikannya. Apalagi ia hanya orang kelas bawah yang akan di anggap tidak berguna oleh pihak kerajaan.

Jika putri Nerissa angkatan berbicara mungkin ia bisa merubah nasibnya, akan tetapi putri Nerissa seperti ikut menyeretnya dan ingin ikut menghukumnya.

Setelah berpakaian, mereka berdua di kirim ke lembah teleportasi yang terletak di bawah istana. Hanya sedikit orang yang mengetahui jika ada tempat seperti itu di bawah istana.

“hey, apa kalian ingin aku mati di sini? Jika seperti itu, cepatlah. Aku ingin cepat bertemu dengan ibu dan ayahku.” Ucap Ferdinand yang tidak tahu jika itu adalah lembah teleportasi.

“Tenang saja, cepat atau lambat kau akan menemui orang tuamu.” Kata salah satu prajurit sembari bergerak maju mendekati pinggiran lembah lalu memperlihatkan ujung lembah itu yang hanya berwarna hitam.

“apa kau tidak takut?” Tanya prajurit.

“Tidak, aku tidak takut. Buat apa aku takut jika kematian ini akan membawaku menemui orang tua ku.” Ucap Ferdinand dengan nada santai dan semangat. Ia tidak menyangka jika tempat yang di maksud adalah lembah yang akan mengirimkannya untuk bertemu orang tuannya. Jika mengetahuinya dari tadi dan berusaha tidak mendengarkan ucap orang-orang, ia tidak perlu membuang tenaganya untuk berteriak kepada orang-orang istana persetan itu.

sebenarnya, ia lebih ingin mati jatuh ke jurang atau lembah dari pada di mangsa hewan buas, oleh karena itu, ia berusaha menghindari tempat yang di sebutkan oleh salah satu hakim tadi, tapi sekarang itu tidak penting lagi baginya.

Tanpa berkata apa pun, dua prajurit langsung mengirimnya.

“ibu.... Ayah..... kita akan bertemu lagi....!” Ferdinand berteriak keras, melepaskan semua kebahagiaan yang ia rasakan sekarang.

“ahahah dasar bodoh!” salah satu prajurit berucap.

“Sudahlah kita pergi sekarang.” Ucap yang satunya lagi dan di Jawab anggukan olehnya.

“kalian jangan lama-lama ya, kasihan princess Nerissa.” Ucap prajurit itu saat melintasi dua prajurit yang membawa putri Nerissa.

“tenang saja, kami tidak akan kasar kok hanya sekali saja.” Ucap prajurit yang membawa putri Nerissa seraya tersenyum mesum.

“ah, sudahlah kami pergi dulu.”

Dua prajurit menggiring putri Nerissa ke dasar jurang.

“apakah kita akan menikmati tubuhnya sekarang?” tanya salah satu prajurit yang memegang tangan putri Nerissa. Wajah prajurit itu terlihat seperti binatang buas yang siapa menerkam mangsanya. Melihat tuan putri seperti Nerissa yang cantik siapa saja bisa akan gila. Apalagi sekarang ia memakai gaun retro grow panjang yang indah seperti peri. Gaun itu seperti gaun pengantin yang berwarna putih kekuningan. Hanya saja tidak sebesar gaun pengantin.

“Terserah kau saja.”

“Baiklah jika begitu.” Tangan prajurit itu, mulai mendekati dua gunung kembar putri Nerissa, akan tetapi, tiba-tiba saja tangannya menjadi abu. Prajurit itu terjungkal ke belakang, karena terkejut.

“A-apa yang terjad....” belum selesai mengatakannya tubuh prajurit itu sepenuhnya menjadi abu.

Melihat temannya seperti itu, prajurit yang satunya lagi melepaskan pegangannya. “k-kau siapa?” tanya prajurit itu dengan nada takut.

“jika kau berani melakukannya, maka tubuh mu akan sama sepertinya.” Putri Nerissa berucap lalu berjalan mendekati lembah, kemudian menjatuhkan dirinya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!