Adventure To The Land Of Sand And Ice Of Death

Adventure To The Land Of Sand And Ice Of Death

bab 1 prolog

Bulan merah bersinar terang, menerangi bumi dengan segala keindahannya. Angin malam seperti nafas manusia, berembus mengelana setiap penjuru alam.

Di sebuah ladang rumput lebat. Seperti selalu di potong dan dipelihara terlihat lingkaran sihir berwarna merah bersinar dan menjadi tontonan semua makhluk malam yang tengah mencari makan.

Dari cahaya merah itu, memperlihat empat sosok yang berdiri di sekitar lingkaran sihir. Mereka semua memakai jubah hitam dengan kerudung kerucut yang menutupi semua tubuh kecuali tangan, hidung dan bibir mereka. Semua tangan mereka di arahkan ke dalam lingkaran, seperti sedang mendorong sesuatu.

Cahaya merah seperti pilar darah terpancar tepat di tengah lingkaran itu. Saat cahaya itu menyentuh tanah, ekspresi mereka sedikit mengerut.

Ledakan gelombang merah terjadi beberapa kali sebelum akhirnya membentuk gumpalan merah di tengah-tengah lingkaran. Semua orang berjubah hitam menekan gigi dengan erat dan berusaha tetap pada posisinya berdiri.

Kejadian itu tidak berlangsung lama. Akhirnya gumpalan merah itu membentuk tubuh bayi baru lahir yang meringkuk ke atas dengan kedua mata tertutup seperti mati.

Di saat bayi itu terbentuk, semua orang sedikit tersenyum dan menghela nafas lega.

“Akhirnya kita berhasil!” Seru salah satu orang berjubah.

Semua orang mengangguk. Salah satu orang yang menjadi pimpinan mereka berjalan dan meletakan kedua tangannya di bawah bayi yang masih meringkuk itu.

Perlahan-lahan, tetapi pasti bayi itu menurun.

Saat jarak bayi itu beberapa cm dari tangan orang itu, tiba-tiba saja sebekas cahaya kuning emas mendarat dan menyebabkan gelombang angin ****** beliung di sekitar.

“Tidak, itu... Tidak mungkin!” seru orang berjubah yang tidak jauh dari bayi itu, sebelum akhirnya lenyap menjadi butiran-butiran debu, dan begitu pun yang lainnya.

Seperempat detik kemudian, lapangan rumput itu kembali normal. Tidak ada sisa-sisa empat orang tadi kecuali bayi mungil yang kini melayang jatuh dengan perlahan-lahan.

Butiran-butiran pasir putih yang entah dari mana berkumpul di bawah tubuh bayi, lalu perlahan-lahan membentuk dua tangan besar, kaki, perut lalu kepala.

“Hah, hampir saja.” Gumam seorang pria paru baya yang membopong bayi itu. Seorang pria kecil yang memiliki tubuh sedikit besar. Ia memiliki jenggot kuning panjang, wajah keriput seperti sudah berumur 80 tahunan, tumbuhnya pendek tidak lebih dari 1 meter. Pria itu memakai topi kerucut, baju kulit kusam dengan sepatu yang sangat tua seperti barang antik.

Makhluk itu bernama Dwarf atau dalam bahasa Indonesia di sebut kurcaci, makhluk yang sepertinya manusia. Hanya saja memiliki tubuh yang pendek dan tubuh sekitar 1 m. Tidak lebih dari itu.

“Hohoho bayi yang manis.” Katanya sembari melihat bayi di pelukannya. Dwarf itu kemudian pergi sembari membawa bayi itu.

...*****...

Di sebuah pegunungan yang curam dan tinggi, seorang pria paru baya sedang berdiri di salah satu puncak gunung sembari melihat sosok makhluk yang sangat besar tengah mendaki gunung itu dari belakang.

Pria itu memakai jubah hitam dengan kerudung kerucut. Di wajahnya ia memiliki kumis pendek, jenggot kuning pendek. Dan makhluk di depannya memiliki tubuh singa, kepala elang, tiga ekor ular yang bergerak- gerak dan dua sayap berkibas- kibas menciptakan angin yang cukup kencan dan mampu membuat jubah pria itu bergelombang-gelombang.

Makhluk itu meraung keras layaknya seperti singa, tetapi raungannya lebih keras, menggelegar dan mampu membuat gendang telinga manusia pecah seketika lalu mengeluarkan darah.

Makhluk itu bernama Griffin, sebuah makhluk perpaduan antara burung, singa dan ular.

Griffin memandang pria itu, dengan mata merah yang memancarkan kebencian yang mendalam. Griffin melompat-lompat mendekati pria itu.

Pria itu tersenyum. “akhir kau muncul juga.” Ucap pria itu dengan tenang seperti tidak terpengaruh oleh raungan Griffin. Nadanya normal dan sedikit bersemangat.

Pria itu mengarahkan tongkat sihirnya kemudian merapalkan sebuah mantra. Bibinya berucap sangat cepat. Suara dari bibinya tidak bisa terdengar. Bahkan dari jarak 1meter sekali pun.

Gumpalan cahaya putih selembut salju terbentuk yang semakin besar dan membesar.

Saat Griffin hendak mencakar pria itu, dengan cepat gumpalan cahaya itu melesat dan mengenai telapak kaki Griffin yang membuatnya meraung kesakitan. Memanfaatkan situasi itu, pria itu menggunakan sihir teleportasi dan muncul puluhan meter dari makhluk raksasa itu.

Pria itu lagi-lagi merapalkan sebuah mantra dan mengangkat tongkat sihirnya ke atas. Sembari merapalkan mantra gumpalan magma yang sangat panas muncul di atasnya.

Saat Griffin mendekat dengan cepat pria itu mengarahkan bola magma itu, tetapi Griffin menyadarinya dan menghindar tepat waktu.

“binatang yang pintar.” Gumam pria itu sesudah berpindah tempat yang lebih jauh.

“Apa kau bisa menghindari ini.”

Tiga bola api sebesar 10 meter melayang di atas pria itu. Saat merasa waktu sudah tepat, pria itu mengarahkannya.

Dua serangan berhasil Griffin hindari, tetapi ia tidak berhasil menghindari serangan yang terakhir, membuat kulit perutnya terbakar dan menimbulkan rasa sakit.

Griffin meraung kesakitan lalu melompat-lompat dengan lebih lincah dan cepat.

“Kemarilah.” Kata pria itu sembari berpindah-pindah tepat dari satu batu ke batu yang lainnya.

Beberapa menit kemudian, Griffin dan pria itu akhirnya tiba di hutan yang di penuhi pohon cemara yang tinggi membuat Griffin harus terbang mendekati pria itu yang sudah terdiam.

Merasa ada yang aneh, Griffin terbang menjauh, tetapi sebelum itu, lingkaran sihir raksasa berwarna merah menyala lalu menyemburkan perisai dan mengurung Griffin.

“griffin akhirnya kau milikku.” Ucap pria itu sedikit bersemangat lalu tertawa keras.

Griffin menyemburkan api ke perisai itu sekuat tenaga, tetapi serangannya tidak mempan sama sekali.

Merasa tidak bisa memecahkan pelindung itu, Griffin terbang cepat seperti elang mendekati pria itu.

“kau ingin merasakan sihir ku ya.” Pria itu mengarahkan tongkat sihirnya lalu muncul energi yang begitu kuat dan besar kemudian melesat menuju ke arah Griffin.

Griffin hendak menghindar, tetapi dengan cepat tentakel-tentakel dari energi itu menguncinya, sehingga mau tidak mau, ia harus menahan rasa sakit yang lebih parah yang membuatnya meraung kesakitan. Dari raungan itu terdengar jelas, rasa penderita yang sangat menyedihkan.

Setelah raungan dan ledakan terjadi, Griffin terjatuh tidak sadarkan diri dengan asap-asap yang ke atas.

Setelah jatuhnya Griffin, perisai yang menghalanginya menghilang bersamaan dengan lingkaran sihir itu.

Enam orang muncul di belakang pria tadi lalu memberi hormat dengan menunduk dan salah satu tangannya di depan dada.

Semua orang memakai jubah hitam dengan kerudung yang menutupi sebagian wajahnya.

“Tuan, kami siap menerima perintah mu.” Kata dari salah-satu yang memimpin.

“tidak ada perintah, ayo kita bawa makhluk buas itu. Kaisar akan memberikan hadiah besar kepada kita.” Ucap pria itu sembari membayangkan hadiah apa yang akan diterimanya selepas menyelesaikan tugasnya.

“baik tuan.” Ujar mereka lalu menghilang menggunakan sihir teleportasi.

Setelah itu, mereka membawa Griffin dan pergi dari sana.

...*****...

anggap saja ini Griffin versi saya ya, kerena jika di mitologi tidak ada ekor ularnya.

sumber : pinterest.

Terpopuler

Comments

moonmaker

moonmaker

halo kakak

2022-10-31

1

moonmaker

moonmaker

ritual ya ini?

2022-10-31

1

As Cempreng tikttok @adeas50

As Cempreng tikttok @adeas50

hi ka mampir ya. auto fav. sama2 the land🥰 salam the lord of the land

2022-05-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!