Bab 4.
Sepekan sudah Zara dirawat di rumah sakit. Hari ini, dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter—namun dengan catatan, harus tetap kontrol dan rajin mengonsumsi obat-obatannya secara rutin.
Grace mengantarkan Zara ke kamarnya. Kebetulan, kondisinya juga masih tetap sama seperti kemarin mereka tinggalkan. Tidak ada asisten rumah tangga yang berani memasuki kamarnya selain Grace. Karena mereka hanya masuk sesuai dengan izin Sang Tuan Rumah. “Sepertinya kamarmu harus dibersihkan dulu, Zar. Ganti seprainya barangkali biar lebih segar. Kamu sudah meninggalkannya selama seminggu.”
Zara mengangguk. Dia pun kembali beranjak dari ranjangnya. Namun sebelum ia keluar kamar, gadis itu mendapati buku pemberian Rayyan yang tercecer di lantai. Dia pun mengambilnya dan kembali membukanya. Sehingga membuatnya terkenang awal pertemuan mereka.
Pada saat itu, ia tengah berada di sebuah gedung studio tempat dia di undang sebagai bintang tamu. Zara hendak pulang karena selain acara sudah selesai, hari sudah semakin larut malam. Sesuai janji, Grace akan menjemputnya dan dia mengatakan bahwa mobilnya sudah dekat. Namun pada saat ia keluar, dia tak menemukan mobil Grace berada di sana. Sedangkan, beberapa wartawan, di luar sudah menunggunya untuk klarifikasi.
Enggan menghadapi pertanyaan mereka yang dirasa hanya membuang-buang waktu saja—Zara pun tak punya pilihan lain. Dia sudah terlanjur keluar dan harus segera menyelamatkan diri. Kebetulan di depannya terdapat mobil berhenti yang baru saja menurunkan penumpang—entah siapa itu, dia tidak tahu. Tapi yang ada di pikirannya saat ini adalah menyelinap masuk ke dalam mobil tersebut yang dia kira adalah mobil taksi.
Sontak Zara berujar setelah menutup pintu, “Sorry, sorry. Aku nggak niat bermaksud jahat, aku justru mau minta tolong.” Raut wajahnya tak tenang dan berulang kali melihat ke belakang. Sesekali dia menatap seorang laki-laki yang duduk di kursi kemudi, “Kita langsung jalan saja biar aku jelaskan nanti.”
Tatap mata pria itu seperti kebingungan, namun menuruti saja apa perkataan wanita tersebut. Tentu saja ia tak asing dengan wanita di sebelahnya yang sering wara-wiri muncul di televisi dan sosial media. Followersnya pun ia ketahui tak sedikit. Zara Angel mempunyai lebih dari 10 juta followers di lovagram centang biru miliknya.
“Aku sedang dikejar wartawan untuk dimintai klarifikasi. Tapi aku sedang malas menghadapi mereka,” jelas Zara setelah beberapa saat kemudian, “maaf, ya kalau aku merepotkanmu. Manajer aku entah ke mana. Padahal dia bilang sudah hampir sampai di sini. Jadi aku langsung masuk saja ke mobil ini untuk mencari aman.”
“Ya, tidak apa-apa,” jawab Rayyan singkat tanpa terlalu peduli apalagi menoleh.
“Maaf, apa kamu seorang driver?” Zara bertanya sangat hati-hati.
“Bukan.”
“Oh, ya ampun.” Usai berkata demikian, Zara menepuk keningnya. “Sekali lagi aku minta maaf. Tapi kalau kamu nggak keberatan, bisa minta tolong antarkan aku ke depan sana? Aku sedang dalam keadaan genting.” Zara menunjukkan gedung yang ada di depan, tepatnya ke gedung Hotel yang berdiri tak jauh dari jalan yang saat ini sedang mereka lewati. Dia meminta berhenti di sini lantaran merasa di tempat tersebut dirinya bisa lebih aman dan tak terlalu jauh untuk Grace, andai lelaki gemulai itu menyusulnya.
“Baik, Kak.”
“Omong-omong, kita belum saling mengenal. Nama aku Zara,” ujar Zara menyodorkan tangannya, tetapi pria itu menolaknya dengan senyum dan sedikit menganggukkan kepala. Tentu saja Zara tahu bahwa cara bersalaman pria alim seperti dia tidak mungkin dengan saling menyentuh. Paham dengan maksudnya, Zara kembali menurunkan tangannya lagi.
“Nama saya Rayyan,” jawab pria itu menolehnya sekilas.
“Kamu ada keperluan apa, kok kita ada di gedung yang sama? Atau kamu bagian dari ....”
“Aku menurunkan temanku yang masuk ke dalam studio ini tadi. Dia bilang di undang untuk acara sahur,” sela Rayyan dengan sedikit menyunggingkan senyum.
“Oh, iya?” kata Zara agak menyentak, “siapa namanya?”
“Ardito.”
“Oh, Kak Dito?” Zara mengangguk-anggukkan kepalanya, “ya, aku mengenalnya. Kita sering syuting bareng. Sayangnya tadi aku nggak lihat dia. Eh, tapi kalau ketemu yang pun juga percuma, momennya kurang pas. Soalnya aku lagi menghindari awak media di depan studio itu. Apa kamu teman dekatnya Dito?”
“Bisa dibilang seperti itu, karena kebetulan kita punya usaha di bidang yang sama.”
Posisi semakin dekat dengan lokasi Hotel. Zara pun menoleh ke samping dan menunjukkan tempat henti yang diinginkannya. “Aku turun di sini saja, Ray. Terima kasih, ya! Sekali lagi aku minta maaf karena sudah merepotkan mu,” kata Zara tersenyum.
“Sama-sama, Kak.”
“Sampai ketemu lagi.”
Namun tanpa Rayyan sadari, Zara meninggalkan ponselnya di kursi mobilnya. Rayyan pun demikian, pria itu baru menyadari saat dirinya sudah tiba di rumahnya sendiri. Sehingga malamnya, Rayyan terpaksa lancang membuka ponsel Zara untuk menemukan kontak ponsel yang bisa dia hubungi.
Beruntungnya, ponsel itu tidak memakai kunci layar. Baik smart lock (sidik jari), pola mau pun sandi.
“Dasar gadis ceroboh!” ujarnya keheranan.
🌺🌺🌺
“Untung kamu hafal nomorku, kalau enggak? Kamu mau pulang pakai apa coba?” omel Grace ketika Zara sudah masuk ke dalam mobilnya.
“Aku bisa pesan taksi kali, Grace,” jawab Zara tak mau ambil pusing.
“Iya, terus HP kamu gimana kalau sudah ketinggalan begini?” Grace akan mengoceh panjang lebar jika Zara kembali melakukan kesalahan. Dialah orang yang paling susah dan peduli jika terjadi apa-apa pada artisnya. Dan itu murni karena rasa sayang kepada wanita ini yang telah ia anggap seperti bagian dari keluarganya sendiri—tepatnya semenjak ia mulai masuk ke dalam kehidupan Zara.
Seperti tadi saat dia hendak menjemputnya. Padahal, Grace sudah mewanti-wanti agar jangan keluar dulu sebelum ia benar-benar tiba. Tetapi Zara memang benar-benar wanita yang ceroboh sehingga dia sering apes oleh karena perbuatannya sendiri.
“Hp itu aset paling penting. Gimana kalau ada orang jahat yang hendak membajak isinya? Terlebih nggak pernah pakai fitur smart lock. Bisa semakin hancur kamu, Zara. Nggak usah dijelaskan pun, pasti kamu tahu.”
“Aku yakin dia bukan orang jahat.”
“Plese, Zara. Manusia itu nggak bisa menilai dari covernya. Kamu jangan selalu seperti berpikir bahwa semua orang itu baik.”
Zara terdiam. Bukan tanpa sebab, suasana akan semakin bertambah runyam jika ia meladeni setiap perkataan Grace yang tak henti-hentinya meski setiap ucapannya adalah benar.
Beberapa menit kemudian, keduanya sampai di kediaman Zara. Grace terlebih dahulu turun untuk membuka bagasi dan menurunkan gaun yang akan Zara kenakan besok untuk pemotretan sebuah produk. Dia pun berpesan sebelum pergi, “Kabari aku kalau ada apa-apa atau mau pergi ke mana.”
“Kamu nggak mau nginap di sini?” tanya Zara, “ini sudah malam, lho.”
“Nggak, aku harus tetap pulang,” tolak Grace menyodorkan barang-barang aksesoris yang tersisa, “bawa ini ke dalam.”
“HP aku gimana, Grace?”
“Nanti aku bantu cari.”
“Makasih untuk hari ini, Grace. Sampai ketemu besok.”
Grace mengangguk, namun sebelum ia benar-benar pergi, ponselnya berdering pertanda bunyi telepon masuk. Ternyata nomor ponsel Zara yang tertinggal tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
auliasiamatir
hp mah harus di kunci pengaman Zara
2022-08-22
0
𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻
bener² ceroboh yaa...
2022-06-27
0
Siti Sarfiah
lupa atau d sengaja sampe hpx g d bawa
2022-06-04
0