Keduanya mulai berjalan menjauhi istana untuk memulai petualangan mereka. Mereka mulai meninggalkan istana. Secara perlahan, istana mulai tidak terlihat, menandakan keduanya telah berjalan cukup jauh dari istana.
"Pangeran kita harus pergi ke arah mana?" tanya Gerry bingung saat melihat dua arah jalan.
"Hm, pergilah ke arah barat. Disanalah tempat makam raja Bethel Night Wolf dimakamkan." ucap pangeran singkat.
Akhirnya keduanya bergerak ke arah barat menaiki kuda mereka. Mulai saat ini, mereka akan terus berjalan tanpa henti dan menghadapi semua rintangan yang ada di hadapannya demi mendapatkan informasi tentang misteri bunga mawar hitam.
"Bersiaplah ras manusia dan ras vampir. Aku datang..!" ucap pangeran.
Akhirnya mereka sampai di sebuah hutan kecil bernama Small Forest. Mereka mendirikan tenda dan beristirahat di sana. Hutan itu memang terlihat sangat kecil, berbeda dengan hutan yang lainnya. Hanya saja di hutan ini penuh dengan keanehan. Hutan ini sepertinya ingin melahap mereka berdua. Namun, rasa kejanggalan itu mereka tepiskan.
"Pangeran hamba akan mencari makanan untukmu." ucap Gerry pelan.
"Hati-hati." ucap pangeran singkat.
Dia mengelilingi hutan itu dan berusaha mencari hewan untuk makan malam mereka berdua. Dia memanjat dan berlari dengan mata tajamnya untuk mencari mangsa. Hingga dia berada di dekat sungai, dia melihat dua ekor rusa yang terperangkap di sebuah jaring besar. Rusa itu sangat gemuk dan membuat rasa lapar semakin besar dan tak terbendung.
Dia menghampiri rusa itu dan mencoba merusak jaring itu. Akhirnya dia mampu melepaskan dua ekor rusa itu dari jebakan untuk makan malam mereka. Namun belum sempat dilepaskan, sebuah panah melesat dari arah kanan dan mengenai tangan Gerry. Dia terkejut dan melolong meminta bantuan pangeran. Dia terus melolong agar pangeran dapat mendengarnya.
Pangeran yang sedang beristirahat, tiba-tiba mendengar suara lolongan serigala yang sangat kencang. Lolongan itu terus berbunyi tanpa henti, hingga membuat pangeran cemas.
"Gerry, mengapa dia melolong seperti itu?" tanya pangeran penasaran dan cemas.
Pangeran berlari kencang menuju sumber suara dan melihat tubuh Gerry yang sudah diikat dengan kejam oleh ras manusia. Meskipun tidak berkata sepatah katapun, namun pangeran tahu bahwa Gerry sangat kesakitan hanya dengan melihat ekspresi wajahnya saja.
"Berengsek, kalian lepaskan temanku." ucap pangeran dengan lantang dan penuh amarah.
"Haha, kamu bilang lepaskan dia? dia ingin merebut makanan kami, mengapa kami harus melepaskannya begitu saja, hah?" ucap manusia itu dengan sombong.
"Beraninya kalian semua." ucap pangeran dengan mata memerah dan mulai menyerah manusia itu.
Dengan penuh amarah yang membabi buta, terjadi perkelahian di antara pangeran dan kelompok ras manusia sombong itu. Mereka bertarung dengan sangat sengit. Keduanya bertarung secara seimbang. Ternyata kekuatan ras manusia itu tidak dapat dianggap remeh. Dia terus menyerang ras manusia itu, dia mencoba mengeluarkan cakar tajamnya untuk menyerang mereka. Hanya dengan mengandalkan cakar tajam, pangeran berusaha untuk menghancurkan ras manusia itu. Begitu juga sebaliknya, para ras manusia itu pun tidak segan-segan untuk menyerang pangeran dengan panah dan pisau tajam mereka.
Gerry yang masih terjebak dalam jaring itu, hanya bisa melihat pertarungan itu. Dia berharap pangeran dapat mengatasinya. Kedua belah pihak bertarung secara seimbang, hingga membuat tubuh mereka semakin lemah.
Tanpa diduga, saat pertarungan masih berjalan sengit, tiba-tiba salah satu dari ras manusia itu melemparkan sebuah pisau ke tubuh Gerry, dan pisau tepat menusuk di bagian kiri perutnya. Gerry yang terkena pisau sangat terkejut dan berteriak memanggil pangeran.
Melihat Gerry yang terkena tusukan pisau, membuat pangeran semakin marah. Dengan penuh amarah yang sangat besar, dia mengeluarkan semua kekuatannya untuk menyerang mereka. Satu per satu dari kelompok ras manusia itu diserang, dicakar, dan digigit dengan sangat brutal, tanpa ada rasa ampunan dan belas kasihan.
"Mati kalian semua. Aku sangat membenci kalian." ucap pangeran penuh hati yang terluka.
Akhirnya semua ras manusia itu terbunuh tanpa ampunan darinya. Semua diserang secara brutal dan tanpa ampun. Tubuh seluruh ras manusia itu terkoyak dengan sangat mengerikan. Dia benar-benar melampiaskan rasa dendam itu tanpa rasa kasihan. Hanya ada rasa jijik dalam ekspresi wajah pangeran saat melihat mayat ras manusia itu.
Pangeran berusaha untuk menolong dan mengobati Gerry. Untung saja luka dari tusukan pisau itu tidak terlalu dalam. Semua baik-baik saja.
"Pangeran, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Gerry melihat ke arah mayat ras manusia itu.
"Buang mayat mereka dalam satu liang. Biarkan binatang buas memakan tubuh busuk mereka." ucap pangeran dengan keji.
Gerry mengumpulkan seluruh tubuh mayat ras manusia itu dan membuangnya dalam satu liang. Dia membiarkan tubuh itu busuk di dalam lubang itu. Mereka kembali ke tenda dengan membawa dua ekor rusa yang sangat gemuk dan besar. Mereka memakan rusa itu dengan sangat lahap dan membuat perut mereka kenyang.
"Pangeran, tidurlah. Hamba akan berjaga disini." ucap Gerry sambil menahan dirinya yang sedang terluka.
"Istirahatkan dirimu, biarkan aku yang berjaga malam ini. Besok perjalanan kita masih panjang, jangan sampai tubuh sakitmu membuat perjalanan kita terganggu." ucap pangeran sambil meliriknya.
"Baik pangeran, hamba mengerti." ucap Gerry dan masuk ke dalam tendanya buruk beristirahat.
Pangeran terus berjaga sepanjang malam. Dia terus mengawasi jika ada ras manusia lainnya yang datang ke tenda mereka secara diam-diam. Sepanjang malam, pangeran terus berkeliling melihat hutan ini. Namun pangeran masih tidak menemukan keanehan yang membuat dirinya sedikit cemas.
Matahari sudah mulai menampakan sinarnya. Dia melihat ke dalam tenda untuk memastikan bahwa orang kepercayaannya masih baik-baik saja. Dia meninggalkan tenda itu dan menelusuri daerah sungai, dia berusaha memburu makanan untuk sarapan mereka. Dia memanjat dari atas pohon dan mulai mengawasi pergerakan hewan yang akan menjadi makanannya. Cukup lama untuk mengawasi pergerakan hewan dari atas pohon itu.
Akhirnya dia menemukan 4 ekor kelinci yang sedang minum dipinggiran sungai. Para kelinci itu terlihat sangat menggemaskan, namun perut lebih penting. Akhirnya dia melompat dari atas pohon dan berusaha untuk menangkap para kelinci itu. Dia membawa semua kelincinya ke tenda. Akhirnya mereka makan kelinci itu bersama untuk menghilangkan suara berisik dalam perutnya karena lapar.
Krek.. Krek..
Terdengar bunyi suara langkah kaki yang sedang menginjak daun kering.
"Sst" ucap pangeran singkat.
Gerry yang paham maksud pangeran langsung menghentikan makanya dan bersiap dengan pedangnya saat musuh sampai di tenda mereka. Dari dalam tenda, pangeran mengawasi dengan mata tajamnya dan tanpa terduga dia melihat sekelompok ras manusia lainnya yang sedang memburu serigala dan hewan buas lainnya untuk diambil kulitnya agar bisa dijual ke kota. Pangeran terus mengawasi pergerakan mereka, ras manusia itu belum menyadari keberadaan mereka.
"Tuan.." teriak salah satu anak buah ras manusia saat melihat liang yang dipenuhi mayat ras manusia lainnya.
"Semuanya cari di setiap sudut hutan ini, aku ingin tahu siapa pelakunya." ucap pemimpin ras manusia itu.
"Lapor tuan, sepertinya ini dilakukan oleh ras manusia serigala." ucap salah satu anak buahnya.
"Cepat cari mereka, cari di segala arah." ucap pemimpin ras manusia itu.
"Pangeran, apa yang akan kita lakukan sekarang?" ucap Gerry yang tiba-tiba berada di samping pangeran penasaran.
"Sstt.. Diamlah. Awasi saja dulu." ucap pangeran sambil menunjuk ke arah ras manusia itu.
Mereka masih fokus untuk mengawasi segala tindakan mereka.
"Berengsek, apa yang sedang mereka lakukan? mengapa mereka membunuh serigala yang kita anggap sebagai saudara kita juga." ucap Gerry dengan kesal.
"Bagaimana dengan luka? apakah masih mampu menyerang mereka?" ucap pangeran sedikit cemas.
"Hamba baik-baik saja pangeran, percayalah hamba bisa membantu melawan mereka." ucap Gerry yang darahnya sudah mulai mendidih.
Mereka berdua menyerang ras manusia itu dan membunuhnya secara membabi buta. Mereka dengan kejam menyerang, menggigit, mencakar dan mengoyak-ngoyak tubuh mereka. Mereka terus membantai dengan kejam. Dengan pertempuran yang cukup lama, membuat mereka tumbang satu per satu, tidak ada yang tersisa. Untuk kedua kalinya, mereka sudah menghabisi setidaknya 20 ras manusia dalam hutan itu.
"Buang tubuh mereka di liang kemaren dan kuburkan para serigala itu dengan baik." perintah pangeran dengan tegas.
"Baik pangeran." ucap Gerry dan mulai membereskan kekacauan ini.
Setelah puas membantai mereka, keduanya bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Sepanjang perjalanan, pangeran tak berbicara. Dia terdiam dan melamun dengan tatapan kosong. Gerry sangat memahami karakter pangeran, karena bagaimana pun Gerry sudah menemani sang pangeran sejak kecil.
"Pangeran apakah kamu baik-baik saja? apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Gerry sedikit cemas.
"Hm, aku baik-baik saja hanya sedikit lelah. Banyak tenaga yang sudah aku keluarkan selama pertarungan itu." ucap pangeran sambil memegang keningnya.
"Sebaiknya pangeran istirahat saja. Aku akan mencari obat-obatan di hutan sini. Mungkin ada tumbuhan yang bisa kita pakai untuk mengembalikan energi pangeran." ucap Gerry yang penuh kecemasan. Setelah lama beristirahat di tenda, mereka memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka.
Gerry melajukan kereta kudanya dan membiarkan pangeran beristirahat kembali di dalam kereta kuda. Kereta kuda itu terus bergerak selama berhari-hari hingga sampai di sebuah hutan yang sangat aneh.
Hutan itu sangat mirip dengan hutan yang berada di dekat istana Angel Rest City, namun hutan itu sangat gersang, pepohonan layu dan mati, hanya tersisa beberapa pohon yang masih bertahan di dekat aliran sungai. Dia melihat sekeliling hutan. Setelah dipastikan keamanannya, dia memutuskan untuk bermalam di hutan ini.
"Gerry, kita akan bermalam disini." perintah pangeran singkat.
Gerry menghentikan kereta kudanya dan mencari tanah datar untuk mendirikan tendanya. Sambil menunggu Gerry yang sedang mendirikan tenda, pangeran berkeliling mencari tahu apa yang sedang terjadi pada hutan ini.
Dia berjalan menelusuri sungai, di sana dia melihat beberapa pohon trembesi yang berukuran besar dan rimbun dengan daun yang berwarna hitam. Dia mencoba mengindahkan keanehan itu. Dia kembali berjalan dan menemukan beberapa ras manusia yang sudah membusuk dengan tanda gigitan di lehernya. Dengan senyum sinisnya, dia ingin sekali bertemu dengan ras vampir iru Dia terus berjalan dan melihat banyak rumah warga desa yang habis terbakar.
Tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang berbahaya, dia melihat ada seseorang yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam. Dia terus berkeliling dan pura-pura tidak mengetahui ancaman di belakangnya.
Dia mengeluarkan sebuah belati beracun dan menyembunyikan di balik lengan bajunya untuk menghadapi serangan secara tiba-tiba dari musuh yang tidak terlihat.
Braak..
Tiba-tiba saja sebuah lemparan belati menghampirinya namun dia berhasil menepisnya sehingga belati itu tidak mengenainya. Serangan mendadak seperti ini yang membuat pangeran semakin tersulut emosi.
"Siapa kamu?" teriak pangeran dengan sangat marah.
"Haha, aku suka sekali jika mangsaku sangat galak seperti ini." ucap sesosok pria muda menampakkan diri di hadapannya.
Pria muda itu tersenyum penuh dengan kesombongan. Dia meremehkan kemampuan pangeran. Dia melihat pangeran dengan penuh penghinaan.
"Surp, semakin galak mangsaku pasti semakin segar darahnya." ucap pria itu sambil menjilat ibu jarinya dengan wajah penuh dahaga.
"Kau" ucap pangeran terkejut dan menatap sosok itu dengan penuh amarah.
Pangeran tanpa tagu ragu memunculkan semua cakar tajam,.dan disambut dengan kesenangan oleh ras vampir itu.
"Haha.. rupanya mangsaku kali ini sangat liar sekali. Seperti darahmu akan membuatku semakin kuat" ucap pria itu.
Keduanya mulai bertarung dengan kekuatan yang mereka miliki. Pangeran terus berusaha membuat ras vampir itu terluka, begitu juga sebaliknya ras vampir itu berusaha untuk menggigit pangeran.
"Sepertinya ras vampir ini sangat kuat. Mungkinkah hutan ini memiliki kekuatan yang membantunya?" pangeran merasakan kejanggalan dalam hatinya.
"Haha.. Dasar ras manusia serigala bodoh. Hutan ini adalah tempat tinggal ku. Tentu saja hutan ini akan memberikan energinya untukku." ucap pria itu semakin sombong.
Tiba-tiba saja hutan itu terasa sangat dingin, kabut hitam mulai turun dan menyebar ke seluruh hutan itu. Pangeran terjebak diantara kabut hitam itu. Dia tidak bisa melihat apapun. Dia hanya mendengar suara pria itu yang tertawa dengan sangat kencang dan puas.
Tubuhnya mulai sakit dan dadanya mulai sesak. Rasa ketakutan mulai menjalar ke seluruh pikirannya. Tiba-tiba dalam kabut hitam itu, dia melihat kembali peristiwa pembataian. Di depan matanya dia melihat bagaimana kedua orangtuanya mati di tangan ras manusia dan ras vampir.
Ternyata kabut hitam ini membuat seseorang berhalusinasi dengan rasa ketakutannya. Saat melihat pangeran mulai melemah, tiba-tiba pria itu menyerang pangeran. Dia berusaha untuk menggigit pangeran. Namun, sebuah cahaya merah yang berasal dari liontin kalung emerald itu membuat mata pria itu kesakitan sekaligus membuat pangeran tersadar dari halusinasinya.
"Kekuatan apa ini? Sial..!" ucap pria itu yang tidak bisa melihat apapun karena matanya yang merasakan kesakitan.
Tanpa menghilangkan kesempatan, dia langsung menyerang pria itu dengan cakarnya. Dia mencabik-cabik setiap bagian tubuh musuhnya. Kenangan pembataian itu membuat pangeran menyerang pria itu secara membabi buta. Dia melampiaskan semua amarahnya kepada pria itu hingga mati dengan sangat mengenaskan sekali.
...~Bersambung~...
...*****...
"Kemarahan adalah ekspresi jiwa yang bersedih."
(By:Fanisa/xiaochan520).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments