flashback on
“beri aku satu lagi alasan kenapa aku harus menerima tawaranmu” pinta Haris pada sahabatnya tersebut.
"Tidak ada alasan khusus sih, kami meminta jasa dari kalian, karena kami yakin dengan perusahaan kalian" jawab Bagus santai, karena memang begitulah sifatnya sejak dulu.
"Yakin hanya itu?" kejar Haris penasaran.
"Oh ayolah, kenapa harus banyak alasan, HS grup hanya ingin bekerjasama dengan perusahaan kalian" sergah Bagus, lagi pula mana ada perusahaan yang
menolak tawaran proyek dari HS grup, Bagus merasa hanya perusahaan bodoh yang berani melakukannya.
"Aku rasa perusahaan ku akan jadi yang pertama yah, karena berani menolak tawaran proyek HS grup" ujar Haris terkekeh.
"Aaaa ... satu lagi, Elena juga terlibat dalam proyek kali ini, Kak Eliza sudah memberi lampu Hijau, dia bahkan sudah meminta Elena untuk mengundurkan Diri dari tempatnya bekerja saat ini di Negeri Gingseng"
Deg
Mendengar nama Elena tiba tiba dada nya bergemuruh.
"Memang apa hubungannya?" Haris mengelak.
"Hahahaha ... hei kampret, kamu pikir aku dan Priyo tak tau heh?"
"Benarkah? jadi selama ini kalian tau?" jawab Haris malu.
"Tentu saja kami tau, apa kamu pernah mengatakan perasaan mu pada Elena?"
"Iya, di Hari terakhir kita magang" jawab Haris pelan.
"Lalu apa katanya?" Bagus makin penasaran.
Haris membuang nafas perlahan.
"Elena hanya menginginkan persahabatan".
Flash back end
Taxi itu terus melaju membelah keramaian kota, satu jam kemudian, taxi tersebut berhenti d sebuah rumah sederhana ... Rumah yg dirindukannya, rumah yg menyimpan banyak kenangan masa kecil dan masa remajanya, palatarannya masih tampak asri dengan banyak tanaman hias, sang paman yang sangat suka berkebun, dengan telaten merawat tanaman tanaman tersebut Agar tetap indah dilihat.
Derit pagar membuat Bayu mengalihkan pandangannya, sang paman tampak tersenyum bahagia melihat sang keponakan berjalan sambil mendekat kearahnya, ya tuhan, dia sudah jadi lelaki dewasa, pikirnya.
Bayu pun menghentikan aktivitas nya, kemudian, berjalan mendekati keponakannya seraya memasang senyum kerinduan yang teramat sangat, setelah berhadapan dengan keponakannya, dia langsung memeluk erat keponakannya tersebut.
“Apa kabar om?” tanya Haris ditengah pelukan hangat mereka.
“Baik, kamu apa kabar? Ayah kamu sehat ?” jawab Bayu seraya bertanya balik.
“Haris baik om, ayah juga sehat, ayah titip salam buat Om dan Tante” Jawab Haris, tak terasa matanya berkaca-kaca karena dia sangat merindukan keluarga sang paman.
“Jam berapa pesawatmu tiba??” Bayu melepaskan pelukannya.
“Jam 7 om”
"Sebenarnya, kalau kamu mau, Om bisa menjemput di Airport"
"Ga papa Om, Haris bisa pulang sendiri, lagian Haris bukan anak kecil lagi"
Bayu tersenyum, bagaimanapun Bayu tetap menganggap Haris seperti anak-anak, pasalnya saat Bayu dan Hesti belum di karuniai anak, Haris yang meramaikan rumah dengan tawa dan tangis nya.
“Maafkan Om yah, biar bagaimanapun juga kamu tetap anak anak bagi kami, tapi syukurlah kamu sampai dengan selamat, masuk dan istirahatlah, tante mu belum pulang dari pasar, anak kesayangannya datang, jadi sejak pagi dia sudah sibuk di dapur, setelah itu masih kepasar” kata Bayu, yang di balas senyum oleh Haris
“Iya om, Haris masuk dulu yah” Haris menarik kopernya memasuki ruang tengah, tak lama terdengar suara dari arah teras rumah pertanda sang tante sudah pulang.
Haris menoleh ke asal suara, kemudian sosok keibuan muncul dari pintu depan sambil membawa belanjaan dari pasar, dia meletakkan belanjaan itu begitu saja, kemudian buru-buru memeluk keponakan tersayangnya, tak lupa menghujani ciuman di seluruh wajahnya, layaknya sedang mencium bayi.
“sehat nak? Tante kangen sekali, kamu sudah besar” tak terasa air mata Hesti menetes, anak kecil yg dulu dia asuh dan rawat layaknya anak sendiri, kini sudah dewasa
“Jam berapa pesawatmu tiba”
“Ayah kamu sehat”
“Kamu sudah makan”
Seperti biasa, haris tak sempat menjawab pertanyaan sang tante, karena Hesti terus bicara tanpa henti.
“Maaf tadi tante ke pasar sebentar beli sayur, tante masak pecel lengkap kesukaan kamu, plus ada rempeyek juga” ucap tante hesti penuh semangat “trus ada telur ceplok, empal, sambel goreng kentang dan ati” Hesti terus bicara sambil menarik lengan haris menuju meja makan
“Tante ... Ini kesukaan Haris semua, sepertinya hari ini Haris akan sakit perut karena terlalu kenyang” ujar Haris sambil memperhatikan semua masakan yang ada di meja makan.
“Sekarang kamu bersih bersih dulu, tante mau rebus sayurnya yah”
Haris hanya menjawab dengan anggukan, kemudian membawa ransel dan kopernya menuju kamar.
Beberapa saat kemudian, setelah puas menjamu keponakan tersayang nya, Hesti tampak duduk di sofa ruang tengan, tangannya tampak sibuk merajut, sejak dulu ini adalah aktivitas favorit nya ketika sedang sendirian di rumah.
Dari arah kamar Haris berjalan kemudian meletakkan kepalanya di pangkuan Hesti, Wanita yang sudah lebih dari 20 tahun menjadi pengganti sang ibu yang telah wafat sejak Haris berusia 5 tahun.
"Kok gak istirahat??" Tanya Hesti, seraya meletakkan rajutannya di atas meja.
"Efek kekenyangan, jadi susah tidur" Haris terkekeh.
Hesti tersenyum lembut, tangannya mengusap lembut kepala sang keponakan.
"Kamu mau makan apa lagi, nanti tante masak spesial buat mu" Hesti menawarkan.
"Apapun masakan tante, aku suka"
jawab Haris Lirih "oh iya, Hana kemana?" tanya Haris dengan mata terpejam.
"Entah, dia bilang hanya ada satu mata kuliah hari ini, tapi sampai jam segini belum juga datang, biasalah anak muda, kamu juga dulu begitu, nongkrong sama teman teman mu kan"
Haris tersenyum seraya mengangguk, membenarkan ucapan Hesti.
"Maaf kalau dulu Haris bandel tante"
Hesti menggeleng pelan, jemari tangannya masih bermain main di sela sela rambut sang keponakan.
"Justru Tante dan Om merasa bersyukur sekali, Hadirmu dalam kehidupan kami, menjadi warna tersendiri, tawamu kala itu mampu mengusir awan gelap dalam rumah tangga kami, bahkan tingkah nakalmu menjadi obat tersendiri, tante tidak menyesal pernah menjadi ibu pengganti untukmu"
Setitik air mata menetes dari pipi Hesti, lagi lagi dia harus mengingat kisah sedih sang kakak ipar yang harus berjuang melawan kanker yang sudah diderita nya sejak lama.
Haris semakin menenggelamkan wajahnya dalam pangkuan Hesti, lagi lagi dia menangis kala mengingat ibunya, dia yang dulu masih kecil, hanya bisa menatap sedih wajah ibunya yang semakin lama semakin pucat dengan fisik yang semakin melemah, tanpa bisa berbuat apa apa.
Bahkan ketika menjelang tidur pun hanya kenangan sedih yang membekas, kenangan ketika ibunya yang menangis pilu saat menemani menemaninya tidur terus membayangi masa kecilnya.
"Terimakasih sudah bersedia menjadi Ibu terbaik untukku" Haris mendongak menatap wajah wanita paruh baya yang sungguh sangat menyayangi nya itu.
Kini wajah keduanya sudah di basahi air mata.
"Mulai deh ... drama penuh air mata" ujar Hana yang baru saja memasuki ruang tengah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sisca Afrianty
hana jadi nikah sama dimas gak?
2025-03-02
0
nobita
manasih.. komentar nya yg lain? kok pada sepi ya... ini loh karya terbaik... patut di acungi jempol...
2024-12-02
0
Dwi apri
nyimak
2024-12-09
0