3

Flash back on

Suasana pelataran kampus tampak semarak, para mahasiswa baru sibuk berkeliling mencari cari dimana ketua regu mereka.

“10 menit lagi” ketua BEM berteriak memberi aba-aba “jika dalam 10 menit belum menemukan ketua regu kalian, maka kalian akan terima sangsinya”

Mendengar peringatan dari sang ketua, para mahasiswa baru itu berlarian kesana kemari, laksana ayam mencari induknya.

“Memangnya ini jaman purba, hari gini masih ada mahasiswa yang d plonco, macam anak SMP aja” gerutu Elena sambil celingukan mencari anggota kelompok nya.

Tak lama kemudian, sepasang tangan tiba-tiba merebut name tag yang sejak tadi dia pegang “kelompok 3“ bacanya dengan keras, senyumnya tampak mengembang memperlihatkan gigi putihnya “akhirnya ketemu, ayo kamu yang belum datang di kelompok kita, kami semua sampai harus berpencar demi menemukan 1 anggota yg hilang” ucapnya sambil terus menarik lengan Elena menuju lokasi kumpul kelompok.

Sesampainya d titik kumpul, “udah kumpul semua belom??” tanya nya pada anggota kelompok yg lain.

“Belom Ris, Bagus sama Priyo belom balik” jawab jawab mereka.

Lelaki yang di panggil 'Ris' tampak celingukan mencari Bagus dan Priyo yg kata mereka belom kembali, tak lama kemudian kedua lelaki yang di maksud tampak berlari mendekati titik kumpul.

“Sudah ketemu?” tanya salah seorang dari mereka, Sembari berusaha mengatur nafas.

“Sudah nih, ternyata ada cewek d kelompok kita“ jawab Haris sambil cengengesan “ya udah, yuk kita baris” ajak cowok itu, ternyata dia ketua kelompok nya.

“Btw kalian udah saling kenal??” tanya Priyo heran.

“Belom” jawab Haris.

“Kok sejak tadi kalian pegangan tangan, udah kaya orang nikahan aja” celetuk Bagus sambil cengengesan.

Dua orang yg tidak sadar sejak tadi bergandengan tangan refleks melepaskan tangan masing masing, wajah Elena langsung memanas menahan malu

“Maaf ga sadar ... Eh ... ga sengaja” jawab Elena  malu sambil menutup sebagian wajahnya yang mungkin kini tampak kemerahan.

Tiga orang lelaki yg sejak tadi memperhatikan Elena tampak saling bertukar senyuman

Akhirnya rangkaian acara membosankan berlalu, sambutan tiada akhir, mulai dari rektor, pembina, sampe guru besar tumpah ruah, laksana perayaan curhat masal, kini mereka berempat tampak sibuk mengunyah snack box masing masing, baiknya para panitia, mereka juga menyiapkan snack box setelah acara curhat masal berlalu.

“Kenalkan aku Bagus, dari Malang” bagus mengulurkan tangan sambil memasang senyum termanis yg dia punya, rambut jabrig, kulitnya tidak terlalu gelap, sekilas dia lebih humoris.

“Nih anak pede bener” batin Elena

“Elena ... Rumahku 20 menit dari kampus kalo naik angkot” jawab Elena

“Naik angkot??” tanya bagus sambil mengerutkan dahi nya “gadis cantik kaya kamu naik angkot ke kampus”

“Hehehe ... Yah begitulah” jawab Elena polos.

“Waaaahhh aku mau jadi kenek angkotnya dong” Bagus menggoda.

“Huuuu dasar modus, liat cewek bening aja, langsung blingsatan” seloroh Priyo sambil menggosok kasar wajah Bagus dengan kedua telapak tangannya.

“iiihhh apaan sih, aset berharga tau, kalo aku bisa mendekati Elena mungkin nilai jualku akan naik” selorohnya sambil kembali memasang wajah cengengesan. Elena tersenyum simpul mendengarnya “Tuh kan apa ku bilang, dia senyum, dia pasti mulai naksir aku” kata bagus sambil menggoyangkan pundak priyo.

“Abaikan dia, dia memang selalu begini kalo berhadapan dengan cewek, Aku priyo, dari Solo” ujar Priyo “kebetulan satu kost an sama Bagus” jawabnya, priyo agak kalem kulitnya sawo matang dan terkesan agak pendiam, pun hanya itu seadanya.

“Jauh yah, kok bisa kuliah sampe ke ibu kota” tanya elena penasaran

“Yaaah kapan lagi orang kampung kayak aku bisa sekolah di kota besar, cari pandangan dan pengalaman, lumayan kampusnya elite dan agak susah seleksi masuknya, dari pada aku hanya ternak kebo d kampung” jawabnya sambil nyengir

Pandangan mereka ter alih pada cowok terakhir yang masih sibuk mengunyah lemper.

“Haris” katanya singkat, "sama kaya elena rumahku hanya sekitar 20 menit dari kampus kalo naik motor"

“ooohh rumah kamu deket juga??” tanya Elena penuh semangat

“hehehe ... “

“kamu SMA d kota ini juga”

“iya aku dari SMA kebangsaan 1”

“oh yah, aku dari kebangsaan 3, padahal dulu udah mau masuk kebangsaan 1, tapi terlambat mengirimkan aplikasi pendaftaran, jadilah di lempar ke sana” sambung Elena dengan sedikit nada kecewa.

Haris hanya tersenyum simpul “aku kenal ketua OSIS kebangsaan 3, dulu kan sering meeting bareng, sama kebangsaan 2 juga”

“Eh kamu ketua OSIS juga?”

“Hem”

“Hehehe, aku dulu males nyemplung OSIS” kata Elena datar, bisa di bilang Haris adalah yang paling menarik diantara ke tiga lelaki yang di temui elena hari ini, mungkin efek tinggal di kota besar, badanya tinggi, kulitnya bersih, pupil   hitam, rambutnya juga legam di biarkan memanjang  menutupi dahi, ada aura maskulin terpancar dari wajahnya.

flashback end

Bruk ...

Mereka bertabrakan

“Uh maaf, saya tidak se...” kalimatnya menggantung ketika melihat siapa yang dia tabrak, nampak sekali gadis itu terkejut, entah kalimat apa yang bisa menggambar kan ekspresi wajahnya, menatap wajah lelaki itu, membuat memori tentang pertemuan terakhir mereka kembali berputar.

Lelaki itu pun terpaku, jantung nya berdegub kencang, sudah lama dia tidak mersakan perasaan ini, bagaimana mungkin bisa kebetulan bertemu, padahal dia belum siap bertemu gadis itu.

“Kenapa dia terlihat semakin menarik daripada saat kuliah dulu” batinnya tanpa mengubah ekspresi wajahnya, ada rindu dan kesal, bercampur di dadanya.

Dan sepertinya, gadis itu pun terkejut melihat sosok di hadapannya, dengan susah payah dia menyunggingkan senyum “oh hai ... Lama kita tak bertemu” sapanya canggung.

Lelaki itu pun tersadar dari lamunannya, tangannya menggenggam pegangan koper, kemudian mendorong kedua kopernya menjauh dari gadis itu, entah apa yang ada dalam benaknya kini, tapi yang jelas dia hanya ingin menghindar dulu dari gadis yang menyapanya tadi, tepat ketika kakinya menuruni anak tangga, sebuah taxi berhenti di hadapannya sedang menurunkan penumpang, tanpa berpikir panjang, dia pun memasukkan kedua kopernya Kedalam bagasi dan segera duduk di kursi penumpang, tanpa sedikitpun menoleh kearah sang gadis, selang sesaat ketika taxi meninggalkan bandara, dia membuka kacamata, dan melepas hoddie yg menutupi kepalanya kemudian mengacak acak rambutnya dengan gelisah.

Sementara itu di lain tempat, gadis yang merasa diabaikan tersebut tampak masih terdiam membisu di tempatnya, entah kenapa kini dia merasakan sakit, padahal dulu dia menolak menerima perasaan lelaki itu, padahal mereka tidak pernah berpacaran, kenapa rasanya tidak nyaman ketika lelaki itu bahkan tidak menganggap nya sebagai sahabat lagi.

Ketika kuliah, Elena memilih jurusan yang kebanyakan di dominasi pria, jadilah ke empat kawan baiknya pun para pria, kendati demikian Elena merasa nyaman berada di antara ke tiga sahabat nya.

Terpopuler

Comments

Dwi apri

Dwi apri

masih takut menghadapi elena dlm dunia nyata mungkin, mending kaburr

2024-12-09

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

malah kabur 🤣

2024-10-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!