Daniel sekarang sudah memasuki daerah yang lebih hangat, yang membuatnya lebih nyaman. Hari-hari yang dia lalui sangat melelahkan. Meskipun bisa menggunakan sihir dan bisa bertahan dari kelaparan, itu sangat tidak berguna saat dia berada di hamparan es yang luas itu. Selain itu luka batin dan kesedihan yang melandanya ikut melemahkannya.
Daniel berjalan perlahan-lahan, setiap langkahnya sudah tidak memiliki kekuatan. Kepalanya terasa pusing, sakit, dengan cepat dia memegangnya. Dia terus berusaha berjalan. Meski kepalanya sudah terasa sakit dan pusing. Baginya ini bukan apa-apa di bandingkan dengan kehilangan putrinya.
Di depannya, pemukiman sudah menantinya. Dia dapat mendengar ramainya orang-orang di sana yang membuatnya bersemangat, “ akhirnya.” Gumanya dengan lirih. Dia sangat merindukan keramaian, tetapi rasa sakit yang dia rasakan membuat langkahnya terhenti dan tidak sadarkan diri. Daniel pingsan.
...****...
Daniel perlahan lahan membuka matanya. Rasa sakit kepalanya sudah mulai membaik. Kerangka atap rumah berwarna coklat menyambutnya.
Dia sekarang berada di salah satu rumah penduduk, yang memiliki tiga ruangan, ruangan tamu, kamar dan dapur. Desain rumah itu sangat sederhana, yang hanya beralaskan tanah.
Tidak ada yang spesial dari bangunan itu! Semuanya sangat sederhana.
“Apa kau sudah sadar?” tanya dari seseorang yang tidak jauh darinya. Seorang pria paru baya setara dengannya, tetapi tubuhnya lebih kecil dari Daniel. Wajah terlihat tua, tetapi memiliki aura kebijaksanaan yang besar. Dia sedang duduk tenang dengan buku di tangannya. Di sampingnya ada meja bundar dan satu kursi yang berlawanan.
Pria itu tidak menatap Daniel.
Daniel bangun dan mencari barang barangnya,
“Kau tidak perlu mencarinya.” Ujarnya lagi tanpa memandang Daniel seperti memiliki mata ketiga.
Daniel lalu bergegas mendekati pria itu
“Terima kasih.” Ucapnya dengan sopan.
Pria itu menutup bukunya lalu memandang Daniel. “ aku yang harusnya berterima kasih.” Ucapnya dengan tenang.
Daniel merajut alisnya. “Maksud anda?”
“Tidak perlu di bahas. Duduk lah.” Ucapnya sambil mempersilahkan.
Daniel duduk di kursi dekat meja yang saling berlawanan dengan pria itu, dengan perlahan lahan
“Di mana barang-barang ku?” tanyanya
“Tenang, barang mu masih aman. Oh ya namaku Daca aku seorang pedagang.” Ucapnya menenangkan Daniel.
“Di mana barang ku. Aku harus pergi!” Ujarnya. Wajah Daniel terlihat serius dan beranjak berdiri
“Tunggu.” Ucapnya menghentikan Daniel.
“Aku bisa membantumu.”
“Membantu ku? Apa yang kamu bisa.” Ujarnya meremehkan.
“Aku bisa melakukan ini.” Daca mengulurkan tangannya. Samar-samar dari telapak tangannya keluar kristal merah yang di selubungi oleh aura merah peka. Kristal merah itu melayang dan berputar perlahan lahan, kemudian aura merah meledak dengan radius yang tidak bisa di tentukan. Aura itu tidak memberikan efek apa pun di sekitarnya, hanya menyebarkan gelombang energi.
Daniel terlihat terkejut, melihat apa yang bisa di lakukan Daca. Dia tidak menyangka dan menyadari bahwa orang yang menolongnya adalah ahli sihir.
“apa kau terkejut? Ini adalah kristal mu yang sudah aku kembangkan. Kau bisa mencari orang yang kau inginkan dengan mengalirkan energi dari dalam tubuhmu.”
“jangkauannya tidak begitu jauh hanya 200km.” Sambungnya dengan tenang.
Daniel tidak bisa berkata kata. Daca bilang hanya 200km, hanya! Baginya itu sudah sangat membantu saat mencari orang yang di cari.
“Tetapi kau harus membayarnya dengan bajumu itu.”
“ baik.” Jawab Daniel dengan tegas tanpa berpikir panjang. Di dalam pikirannya hanya putrinya saja yang ada, baginya baju yang dia kenakan sudah tidak berguna. Toh dia juga sudah menjadi mantan jendral.
“apa kamu punya baju?” sambung Daniel
“Kau bisa menggantinya di luar, sudah aku siapkan.” Katanya sambil membaca buku.
Daniel langsung keluar. Sebuah ruangan tamu yang seadanya langsung menyambutnya. Di tengah-tengahnya ada meja yang terbuat dari bambu lengkapi dengan pas bunga di atasnya dan juga ada satu set pakaian.
Kursi-kursi bambu berjejeran di sudut ruangan dengan rapi.
Daniel lalu melihat pakaian di atas meja yang sudah di siapkan.
“dia memang sudah merencanakannya sejak awal.” Gumanya sambil mengambil pakaian lalu masuk ke pintu sebelah kananya dan mulai mengganti pakaiannya.
“ ini.” Ucap Daniel menaruh baju zirah nya di atas meja.
“ mana barang-barang ku? Daniel bertanya sambil menyodorkan telapak tangannya.
“Aku sudah menyiapkannya di atas ranjang.”
Daniel lalu menoleh dan langsung mengambil barang barangnya.
“ Kau bisa menginap di sini jika kau mau.” Ucap Daca saat Daniel hendak keluar. Tetapi Daniel tidak mempedulikannya dan keluar dari rumah kecil itu.
Saat mencapai pintu keluar, angin timur berembus menerpa wajahnya yang tampan, angin ini mungkin melewati kota uttarian, yang membuatnya merasa kedinginan, dia masih tidak bisa melupakan situasi kedinginan yang di alaminya. Dia memandang sekitar. Terlihat pemandangan desa tradisional yang masih indah.
Daniel sekarang berada di salah satu desa di sebelah barat yang merupakan bagian kekaisaran uttarian paling barat, sehingga di sini tidak membeku, tetapi angin dingin dapat dirasakan setiap tempat di sini. Untuk orang yang memiliki energi alam, pasti bisa merasakan perubahan ini sedangkan yang awam menggagapnya hal biasa.
Halaman rumah Daca tidak begitu luas dan indah. Di hiasi rerumputan dan satu kursi bambu yang berada di bawah pohon bunga Kamboja ungu yang sekarang masih berbunga dengan indah. Pohon itu sangat besar dan tua. Batang bagian bawahnya berlubang yang di penuhi air hujan, meskipun air hujan, air itu jernih, tidak ada jentik-jentik ataupun lumpur. Di samping-sampingnya tumbuh lumut berwarna hijau yang lembut dan indah.
Di sekitar kursi panjang itu berserakan bunga-bunga kamboja ungu yang menambah kesan tersendiri.
Halaman rumah Daca di kelilingi pagar Bambu. Di samping-samping rumah daca ada beberapa rumah yang berjejer, semuanya terlihat sama.
Daniel lalu memutuskan untuk duduk di kursi halaman. Saat dia duduk bau bunga Kamboja menghapirinya yang membuatnya lebih tenang dan nyaman. Baru kali ini, dia menghirup bau bunga Kamboja, yang ternyata lebih harum.
Menginap adalah kepuasan terbaik yang mungkin harus dilakukannya. Mengingat matahari mulai tenggelam dan dia baru sembuh, tidak baik melanjutkan perjalanan saat seperti ini.
Dia menaruh pedangnya di sampingnya Dan mengambil buku anaknya dari kantong yang dia temukan saat perjalanannya lalu membukanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments