bab 3 kebenaran yang menyakitkan

Daniel tengah duduk di bawah pohon beringin yang berdekatan dengan jurang besar, yang telah berubah dengan cepat. Kehidupan, keramaian dan keasrian lembah telah lenyap menjadi es yang dingin yang selalu menusuk tulang.

Dia terlihat kelelahan dari perjalanannya meninggalkan kota,

Dia merencanakan akan mencarinya dari kekaisaran uttarian daerah barat yang belum membeku lalu ke kaisaran barat dan ke Utara ke kaisaran ungu.

Daniel mengambil buku anaknya lalu mengusap usap sampul buku itu dengan lembut. Setiap dia melihat buku itu, wajah putrinya selalu terbayang-bayang dalam benaknya dengan ekspresi kesedihan. Wajah itu menghantui Daniel yang tidak bisa menjaga dan menuruti permintaan putrinya.

Daniel menarik nafas panjang, lalu membuka buku.

...****...

Cerita pertama

Saat berumur 4 tahun aku tumbuh layaknya anak-anak yang lainya, yang selalu berlari ke sana kemari, melihat berbagai hal yang baginya itu sungguh mengagumkan dan mengherankan. Saat tumbuh lebih besar aku bermain dengan kelinci, kucing, anjing dan lain-lain, tetapi suatu hari saat aku mengejar Seekor kucing aku melihat saudara saudaraku yang lain bermain petak umpet membuatku ingin merasakannya. Saat itu, aku tidak tahu bahwa itu saudaraku.

Aku berjalan mendekati mereka. “bolehkah aku ikut?” tanya ku dengan keras membuat Mereka semua memandangku dengan dalam tanpa ekspresi. Apa ada yang salah denganku? Lalu mereka berkumpul mendiskusikan sesuatu.

Dari jauh dapat kudengar mereka berbicara, “apa dia yang di katakan ibu?”

“Ya”

“apa kamu tidak lihat, dia mempunyai rambut putih.”

“Kita apakan dia?”

“Biar aku saja.”

Lalu mereka bubar dan memandangku. Salah satu dari mereka maju, dia adalah saudara perempuan ku. Dia memandangku dengan tajam, dapat aku lihat ada kebencian dan kemarahan dalam matanya saat itu, tapi aku tidak mengetahuinya, yang membuat ku memandangnya penuh dengan harapan indah. “Tidak! kamu tidak boleh ikut, kata ibu kami: kamu itu anak pembawa sial. Kami tidak ingin itu terjadi kepada kami.” Ujarnya dengan lantang menjelaskan.

Saat pertama kali aku mendengar kata anak pembawa sial, aku tidak tahu maksudnya jadi aku pun bertanya, “apa itu anak pembawa sial?” dengan polosnya.

“Kamu tidak tahu ya? Bersyukur kamu tidak tahu.” Balasnya dengan ketus.

kulihat saudara-saudaraku yang lain mengangguk membenarkan.

Apa yang terjadi, jika aku mengetahuinya? Apakah aku akan celaka jika mengetahuinya? Saat itu.

“Kami tidak ingin berurusan dengan mu.” Ucap saudara perempuan ku lalu pergi dan diikuti dengan yang lainya meninggalkan ku sendirian. Mereka seperti kawanan semut-semut, yang selalu mengikuti ratu mereka.

Saat aku mulai memikirkannya, nama bibi yu terlintas begitu saja dalam pikiran ku. “bibi yu pasti tahu apa itu anak pembawa sial.” Tanpa banyak berpikir aku langsung berlari pergi ke dapur mencari bibi yu. Aku harus melewati ruangan utama, taman besar untuk mencapai dapur.

Karena aku sangat antusias saat itu, aku berlari dengan lugasnya, membuat semua penjaga memandangku kecuali burung merpati yang berada di taman besar, yang sedang berdiskusi membuatnya harus menghentikan diskusinya sejenak dan berterbangan. Mungkin sesekali aku jadi pengacau. Pikirku

Saat aku tiba, semua pelayan dapur memandang ku. Mereka memilih meninggalkan pekerjaannya demi memandang ku. meskipun mereka semua diam memandang ku, Untungnya bau-bau makanan menyapaku dengan ramah. Di antaranya berbisik, meski dia berbisik dapat ku dengar dia berbicara, “bukankah dia putri pembawa mala petaka.” Aku tidak mempedulikannya, yang terpenting bagiku sekarang menemukan bibi yu.

aku berjalan di antar pelayan-pelayan dapur yang melanjutkan perkerjaannya. Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke dapur, yang membuatku kesulitan itu mencari bibi yu.

Saat melihat bibi yu di antara pelayan itu, aku bergegas menghampirinya. “tua putri mengapa Anda di sini?” salamnya lembut sembari memperlihatkan senyuman indah di wajahnya, menyadari aku datang.

“bibi apa itu anak pembawa sial?” tanya ku dengan gembira.

Wajah bibi berubah 100%; dari senyumnya yang ramah berubah pucat pasi seakan ia kehabisan darah.

Apa mungkin aku melakukan kesalahan? dengan cepat aku menundukkan kepala. “maaf, apa Niya salah?” ucapku dengan sedih. Meskipun aku tidak tau kesalahanku, aku tetap akan meminta maaf, bagiku orang tua akan lebih mengetahui di bandingkan diriku.

“Kamu salah telah lahir di dunia ini!” ujar dari salah satu pelayan wanita.

Tanpa aku sadari aku menoleh ke sumber suara itu, “ maksud bibi?.” Tanyaku heran dan bingung.

“Maksudku....”

“Jangan di lanjutkan lagi!” Bentak bibi yu dengan cepat.

Aku terkejut, ini adalah pertama kalinya aku mendengar bibi yu membentak. “Ada apa bibi?”

Bibi yu tersenyum lalu membungkuk dengan cepat kedua tangannya menyentuh rambutku dengan lembut. “tuan putri, anda tidak boleh mengetahuinya.” Ucapnya lembut membuatku nyaman.

“Jika aku tidak mau?” jawabku cepat dengan nada menggoda.

“Jika anda mengetahui, ayah anda bisa marah. Nanti jika ayah anda marah, bibi yu yang nanti kena sasarannya.”Jawabnya dengan nada menggoda.

Aku pun mengangguk dengan senyuman di wajahku. “ ok bibi, aku tidak akan mencari tahunya.”

“Tuan putri memang pintar.” Pujinya dengan suara ramah.

“Apa anda ingin makan?” lanjutnya.

“Tidak bibi. ngomong-ngomong kenapa bibi memanggilku tuan putri?” aku sering mendengar kata tuan putri, itu adalah panggilan untuk seseorang gadis anak raja atau sejenisnya yang selalu aku dengar.

Saat itu, aku belum mengetahui jika aku adalah anak kaisar yang terbuang.

“Anda, tuan putri jendral jadi sewajarnya bibi memanggil anda tuan putri.” Jawab bibi yu, yang saat itu aku tidak tahu.

Karena aku tidak tahu jadi aku mengatakan “Baiklah bibi, Aku pergi dulu.”

“Anda tidak makan dulu.” Ucapnya menggodaku lagi. Bibi yu memang selalu menggodaku.

“Tidak bibi, aku tidak lapar.” Jawabku dengan nada ringan lalu tersenyum.

“Baiklah jika anda tidak mau, tetapi ini permintaan bibi, masa tuan putri tidak mau.” Ucapnya menggoda lagi.

Dasar bibi yu. “baiklah bi.” jawabku dengan singkat. Walaupun aku tidak ingin, tetapi jika itu permintaan bibi yu pasti aku akan lakukan.

Saat bibi yu mendengar jawabanku ia tersenyum, dapat kulihat wajahnya yang cantik. meskipun ada beberapa kerutan di sudut-sudut wajahnya, bagiku bibi yu sangat cantik.

Dia lalu membungkus makanan yang biasanya aku suka yaitu nasi ketan isi gula. Meskipun itu dapat merusak gigi, aku selalu bisa menjaga pola makan jadi tidak masalah bagiku.

Ia memberikannya kepada ku, aku menerimanya dengan tulus. “terima kasih.”

Bibi yu tersenyum lalu berkata, “sama-sama.”

“Bibi, aku pergi dulu.” Lapor ku cepat lalu berlari.

“Hati-hati tuan putri.” Teriaknya dari jauh.

Aku tidak menjawab, aku terus berlari keluar dari dapur. Meskipun agak sedikit tidak sopan, tetapi bibi yu tidak pernah komentar, dan aku tau bibi yu pasti memakluminya.

Saat aku keluar aku melihat selir ke kedua dan ketiga tengah berbicara, aku berjalan perlahan-lahan dan memberi hormat lalu melewati mereka.

“Kamu!” ujar dari selir kedua dan memberikan Kode kepada selir ketiga untuk meninggalkannya.

Yang membuatku berbalik. “ada yang bisa saya bantu?” tanyaku lembut.

“Kamu anak pembawa sial itu kan?”

Anak pembawa sial lagi, gumam ku dalam hati. “aku? Tidak, tetapi anak-anak yang aku temui tadi menyebutku begitu.”

“Iya! itu kamu memang benar kamu anak pembawa sial.” Ujar selir kedua.

Apakah ini kesempatanku. “ apa anda tahu apa itu anak pembawa sial?” tanyaku ragu ragu.

“anak pembawa sial itu anak yang tidak seharusnya ada!”

Aku terkejut. “ maksud anda?”

“Kamu itu sebenarnya anak permaisuri yang telah meninggal dan kamu penyebabnya. Kamu itu seharusnya tidak lahir!”

Aku lebih terkejut saat mendengar perkataan itu, jantungku berdetak lebih cepat, keringat dingin mulai keluar dariku. Kesedihan mulai menghampiri diriku.

“bagaimana bisa begitu?” tanyaku.

“Kami tidak perlu bertanya seperti itu!”

Lalu ia meninggalkan ku.

Sedih, sakit, sekarang yang aku rasakan. Aku pikir anak pembawa sial itu adalah nama yang tidak begitu jelek ternyata itu lebih parah dari jelek. Air mataku mulai mengalir. Aku langkahkan kakiku untuk terus berjalan, kaki ini terasa sulit dan malas aku langkahi. Kata-kata itu terus berputar di pikiranku, anak yang tidak seharusnya ada... meskipun aku masih kecil aku tahu apa namanya ada dan tidak ada, apa aku seharusnya tidak ada? Aku tidak bisa memikirkannya sekarang. Yang paling menyakitkan bahwa aku penyebab ibuku meninggal, sungguh sedih, sakit dan perih, rasanya. Air mata ini terus mengalir membasahi pipiku.

Apakah aku lebih baik bunuh diri saja? atau aku harus pergi menghadap kaisar, tidak ayahku dan menerima hukuman.

...****...

Air mata Daniel tidak bisa terbendung lagi; air matanya mulai mengalir beberapa tetes membasahi buku anaknya. Dia pikir saat membaca pertama kali buku itu, anaknya mengetahui identitas dengan baik, tetapi itu menyayat hatinya yang kecil itu.

Sungguh kejam jika seorang wanita dewasa berkata seperti itu kepada anak-anak, sungguh! tetapi Daniel sebagai seorang ayah tidak mengetahui hal itu, yang dia tahu anaknya tidak mengetahui asal usulnya yang sebenarnya dan yang dia tahu juga bahwa anaknya selalu senang saat dia bersamanya, ternyata itu hanya topeng yang di pakainya.

“putriku kenapa kamu menyembunyikannya?” suaranya bergetar dan di penuhi kesedihan yang mendalam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!