bab 5 burung merpati

Cerita 2

Saat ini aku berumur enam tahun. Aku tubuh layaknya dengan anak-anak lain; yang tubuh dengan sempurna, tanpa sedikitpun kekurangan gizi, serba ingin tahu, ingin belajar dan tentu saja sebagai tuan putri dari salah-satu kerajaan terbesar di daratan ini, aku memiliki wajah cantik. Hari-hari yang aku alami selama di istana sangat indah, tapi hanya terlihat saja. Mungkin jika rakyat jelata memandangku dengan wajah iri dan mengandai-andaikan mereka ingin menjadi diriku, padahal tidak semua yang terlihat akan itu nyatanya. Aku tidak punya teman, hanya punya seorang bibi, itupun bukan keluargaku dan seorang ayah, walaupun kadang-kadang pulang.

Oleh karena itu, hari ini Aku memutuskan untuk memberikan makanan kepada burung-burung merpati. Bukan hari ini saja, aku terus melakukannya dan sering, tapi hasilnya tidak ada. Mereka tidak mau memakannya, yang membuatku kesal, dan ingin mencobanya lagi dan lagi.

Ini adalah kebiasaan ku sekarang yang sudah bosan berkeliaran mengelilingi istana dan bosan bersama bibi. Aku sangat ingin bermain bersama anak-anak, bukan, maksudku saudara-saudaraku, tetapi mereka selalu menjauhiku yang membuatku sedih.

Apa aku itu anak harimau atau sejenisnya, yang membuat mereka menjauhiku?

Ngomong-ngomong saat aku mengetahui bahwa aku penyebab ibuku meninggal, aku sangat sedih, itu adalah pertama kalinya aku merasakan sedih. Tenggorokanku terasa seperti ada yang mengganjal, perasaan ku sangat tidak baik, sungguh! Itu sangat buruk.

Aku tidak keluar beberapa hari dan hanya berdiam diri di kamar, sendirian tanpa ada siapa-siapa, sampai bibi yu menghiburku, ia mengatakan bahwa, “ setiap makhluk hidup memiliki fungsinya masing-masing.” Yang selalu ku ingat dan melupakan kesedihanku. Meskipun terkesan sederhana, tetapi itu sungguh bekerja.

Selain itu dia mengatakan bahwa kehidupan di mulai tanpa kita inginkan, jadi jangan pernah merasa diri tidak pantas ataupun seharusnya ‘tidak di lahirkan’ kata-kata itu membuatku lebih tenang dan lebih menghargai dirimku ini.

Aku pergi menuju tempat makanan ternak istana yang tidak jauh dari taman utama. Ah hangat, cahaya Matahari dari timur langsung menyinari ku dengan baik. Orang-orang terlihat bahagia. Burung-burung berkicau saat pagi hari, yang menambah suasana. Memang ya hari yang baru pasti baik.

Bau-bau makanan ternak langsung bergulat dengan hidungku, namun dia akan kalah dan akan selalu kalah dariku. Aku ini adalah salah satu petarung yang tangguh loh, jadi kekalahan mustahil menghampirinya ku, tetapi bau-bau itu selalu ingin bergulat dengan hidungku dan selalu menggunakan strategi yang sama bahkan berulangkali sama.

Setelah aku mengambilnya aku bergegas menuju tempat burung-burung itu. Saat aku tiba, aku lega, lega karena burung-burung itu tidak pergi.

Aku langsung memberikannya makanan dengan tanganku yang kecil ini. Perlahan-lahan mendekatinya lalu aku jongkok, menghidangkan makanan dengan lembut dan berharap burung-burung itu mau memakan makanan yang aku sajikan.

Burung-burung itu melihatku dengan ekspresi bingung. Ini bukan pertama kalinya, tetapi sering bahkan sangat sering, apa mereka tidak mengerti? Atau mereka tidak mengingatku, “ burung-burung ayo makan.” Tawar ku lembut, tetapi burung-burung itu hanya memandangku, yang membuatku heran. Semua orang yang aku temui juga menatapku begitu, apakah sejelek itu anak pembawa sial? hingga burung-burung merpati pun memandangku begitu. Ya walaupun mereka berbeda, tetapi bagiku itu sama saja memandangku.

Aku mengulurkan tanganku lagi, tetapi bukannya burung-burung itu mau memakan makananku, mereka semua bubar dan pergi meninggalkanku. Mereka tidak mengucapkan selamat tinggal sebaliknya mereka menghujaniku dengan hempasan angin dan bulu-bulu mereka yang putih itu. sungguh nasibku memang kurang beruntung, di saat aku ingin bermain semuanya menjauh ku, di saat aku meminta mereka dengan lembut malah pergi, apa salahku? Sehingga mereka menjauhiku.

Aku mulai merasakan air mataku mulai menetes. Perasaan yang aku rasakan sungguh tidak baik. Aku memandang makanan burung yang ada di tanganku dengan mata yang redup. Aku bergegas berdiri, tetapi tiba-tiba saja seekor burung merpati hinggap di tanganku dan memakan makanan yang aku tawarkan.

Aku membesarkan mata. perasaanku menjadi lebih tenang dan lega. Akhirnya ada juga burung merpati yang mau hinggap di tanganku tanpa ada ekspresi wajah takut sedikit pun.

Perlahan-perlahan tapi pasti dia memakan makananku dan sesekali memandang wajahku, apa dia bisa merasakan kesedihanku? Aku segera meletakan burung itu di pundak kananku dan mengusap air mataku. Aku dapat merasakan kesenangan sekali lagi lalu tangan kananku menaruh makanan di atas rumput dan meletakan burung itu juga. Dia memandangku lalu makan makanan yang aku hidangkan sembari melihatnya, aku mengelus-elus kepalnya yang lembut dan putih itu, aku dapat merasakan bulunya sangat halus dan bersih. Aku sangat senang ada burung merpati yang ingin memakan makananku. Meskipun itu seekor, tetapi itu lebih baik daripada aku tidak ada, bukankah begitu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!