Di hari lain aku terlambat ke sekolah. Aku berlari sekuat tenaga memasuki gerbang sekolah yang akan ditutup.
Ini semua karena aku sibuk menghabiskan maraton film korea sepanjang malam. Elsa menelpon ku berkali-kali pagi ini.
" Heeh… gila yaa…. Buruan bangun… kamu mau berdiri di podium karena telat ",teriakan Elsa tadi pagi di telpon membuatku melompat dari tempat tidur.
Saat berlari menuju gerbang sekolah aku baru menyesal, seharusnya aku pura-pura sakit saja.
Seseorang ikut berlari di sampingku.
" Morning kukang…. Kamu baru telat ya? Gak pernah kelihatan lari pagi sebelumnya ", Juan berlari di sampingku.
Aku terus berlari, fokusku hanya gerbang sekolah yang sebentar lagi tertutup. Juan mempercepat larinya, entah kenapa aku juga ikut mempercepat lariku.
Adu balap itu tentu saja di menangkan oleh Juan, dengan selisih yang sangat teramat kecil.
Juan berhasil melewati pintu gerbang dan dia langsung mendorong pintunya menutup. Sedangkan aku, hanya selisih sepersekian detik dari dia tidak di perbolehkan masuk. Ini adalah hebatnya kekuatan senior yang baru ku lihat hari ini.
Dengan napas yang memburu aku memegang jeruji pagar gerbang dengan penuh kekecewaan.
Di balik pagar Juan terlihat berdiri santai sambil mengipasi badannya yang kepanasan dengan sebuah buku tulis.
" Wah... kamu telat ya… masih baru berani-beraninya telat", Juan berbicara dari balik jeruji gerbang tanpa dosa.
" Kan kakak yang nutup pintunya tadi. Memangnya kakak anggota osis?", aku menjawab kesal.
Aku melihat berkeliling, masih banyak yang telat sama sepertiku, tapi tetap saja menyebalkan.
" Kamu gak tau ya ? gini-gini dulunya aku bagian dari osis. Bagian konsumsi", Juan berdiri dengan tetap mengipasi badannya.
Aku mendelik sewot 'mana ada yang kek gitu'.
" Kamu mau masuk ? Bisa sih tapi ada syaratnya, kamu harus nurut ke aku selama seminggu ", Juan menawari kekuatannya sebagai senior.
Aku melengos ' emangnya ini komik. Gak akan mau gue diperlakukan kek gitu'. Aku ngedumel di dalam hati.
" Ya udah kalau gak mau ", Juan memasukan bukunya ke dalam tas. " eh … minggu ini hukuman yang telat apa ?", Juan bertanya ke anggota osis yang berdiri di situ.
" Membersihkan toilet dan koridor ", jawabnya.
" haaa? Gila Apa? wah gila sih. Toilet cowok yang bau itu. Oke deh makasih ya infonya", Juan hendak beranjak pergi.
Saat mendengar itu aku langsung berubah pikiran yang akan ku sesali di kemudian hari.
" Kak…. Kak Juan… tolong ", Aku menarik bajunya dari antara jeruji pagar.
Juan melihat ke arahku sok polos. " Tolong? bukannya kamu mau bersihin toilet minggu ini? Lumayan loh, hitung-hitung olahraga".
Aku menggeleng kepala kuat-kuat. " Oke aku setuju, hanya 1 minggu kan? gak lebih ", aku menyetujui persyaratannya.
" Oke. Cool", Juan membuka pintu membiarkanku masuk.
Dan aku berjalan dengan senyum cerah di wajahku karena berhasil menghindari hukuman, tanpa tahu apa yang akan terjadi.
***
Prahara itu datang.
Ting.
Iblis: Hei kang, Aku haus. Pop Ice 1 ya. Rasa taro, kejunya yang banyak. Aku tunggu di lapangan.
Aku mengepalkan tanganku. Elsa mengelus punggungku kasihan.
" Tadi istirahat pertama dia minta pisang goreng. Sekarang minum pop ice. Ini baru hari pertama kenapa udah seperti perbudakan setahun. Dan lagi manggil kang kang emang aku kang pop ice ", aku marah-marah.
" Sudah jangan marah-marah . Tarik napas ... buang... panjang sabar... panjang umur. Yuk aku temenin", Entah kenapa Elsa jadi selalu memberikan terapi untuk setiap stres yang aku terima dari Juan.
" Liat aja bakal aku campur obat pelancar sembelit biar kapok ", aku berdiri untuk membeli pop ice di kantin sekolahan dengan emosi yang meluap di ubun-ubun.
***
Aku melihat Juan sedang duduk sendiri setelah bermain bola. Teman- teman yang bersamanya sedang membeli gorengan melalui pagar sekolah.
Setelah merasa keadaan cukup aman, aku dengan kecepatan kilat bergegas menghampiri Juan dan langsung menyodorkan pop ice tepat di bawah hidungnya tanpa salam pembuka.
" Nih.. ", kataku.
Juan yang kaget langsung melihat ke arahku.
" Selamat siang kek atau apa gitu. Adik kelas gak sopan " Juan berkata sok dingin tapi tatapannya terlihat senang.
" Hm.. selamat siang. Buruan, tanganku pegel KAKAK", aku menekankan kata kakak dengan kesal.
" Loh cemilannya mana?", Juan menerima minuman dari tanganku.
" Gak ada, kompornya rusak jadi mboknya gak bisa goreng apa-apa", jawabku asal sambil menuliskan tanda terima di hp ku agar ada bukti kalau suatu saat Juan bermain licik.
Juan tertawa ringan " sini duduk", Juan menepuk tanah berumput di sebelahnya.
" Udah gila ya dia nyuruh aku duduk. Jadi babu dia aja udah buat gosip yang penuh dengan bumbu di mana-mana".
" Gak, lagi bisulan. Udah ya bye", Aku cepat-cepat berbalik, lalu lari menghampiri Elsa yang mengintip dari bawah tangga batu yang menuju lapangan.
Meninggalkan Juan yang menatap punggungku dengan senyum di wajahnya.
***
Aku berjalan mondar mandir di kamarku. Elsa berbaring ditempat tidur sambil bermain game di ponselnya.
" Gak bisa begini, aku udah gak tahan", aku misuh-misuh.
" Udah tahan bentar lagi juga selesai", Elsa menjawab dengan entengnya.
" Ini udah mau 4 hari tapi rasanya seperti setahun tau gak. Semakin hari permintaannya semakin aneh. Masa kemarin dia minta aku temani dia ngerjain PR dikelasnya, sesorean lagi. Trus hari kemarinnya masa aku di suruh bawain makan siang buat dia les, bawain kopi hitam pake gula 2 sendok teh, airnya harus panas banget ampasnya gak boleh banyak tapi gak boleh kelihatan macam warna teh. Trus kapan itu aku di telpon sore-sore katanya ada yang gawat. Kamu tau pas aku samperin ke taman kota ternyata motornya mogok aku di minta bantuin dorong ke bengkel, trus nungguin bareng. Emosi gak kayak gitu. Mana teman-teman ceweknya itu ngeliatin aku udah kayak ada dendam kesumat gitu", aku masih mondar-mandir sambil nyerocos marah-marah.
" Iya kan, si Sarah itu mantan Juan. Sudah sangat pasti secara alami kamu menjadi musuh dia sekarang... Yaelah kalah", Elsa melempar pelan hpnya ke tengah kasur.
" Pokoknya sekarang, kamu harus fokus. Usahakan kamu tiap jam istirahat jangan bertemu Juan, matikan Hp bila perlu gak usah bawa hp ke sekolah. Atau kamu sok sibuk Misalnya kamu ke perpustakaan bantu-bantu jaga perpus. Atau pura-pura sakit ke UKS", Elsa memberi ide.
Aku mengernyitkan dahi " kamu yakin itu berhasil?", aku sedikit ragu.
Elsa mengangguk penuh keyakinan " kamu harus berusaha Embun. Demi masa SMA yang tenang dan berkualitas. Aku akan dukung. Kamu tau kan pepatah ada duit ada barang", Elsa berbicara seperti para motivator di TV.
Boleh juga anak ini jadi tukang dagang obat di pasar, gaya ngomongnya meyakinkan sekali.
Aku melihat Elsa gemas " Apa hubungannya pepatah itu sama masalah aku Elisabet ?!".
" Loh sama kan. Ada usaha ada jalan", Elsa yakin.
Aku bengong, sama begonya dengan Elsa.
" Sudahlah… pokoknya kamu harus berusaha. Mulai senin besok, jangan telat lagi. Yang kamu lakukan pertama adalah cuekin dia, abaikan abis-abisan. Oke?", Elsa memberi semangat.
" Okeee", Aku penuh tekad baja.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Irna Salut
😂😂😂
2022-08-27
0