Ditinggal ke Jepang

Pagi-pagi Inah sudah sibuk di dapur membuat sarapan untuk suami, mertua dan adik iparnya. Padahal bagian bawahnya masih terasa ngilu, karena semalam dia bertempur dengan Dimas.

"Sayang, nanti siang aku berangkat ke Jepang!" kata Dimas yang saat itu menghampiri Inah.

"Kok mendadak?" tanya Inah sambil menaruh makanan di meja makan.

"Ini jadwalnya sudah dari bulan kemarin. Aku pikir bisa diundur, tapi pihak dari Jepang gak bisa," jawab Dimas memeluk Inah dari belakang.

Mendapat pelukan dari Dimas di depan para asisten, Inah pun merasa malu. Ia menyuruh Dimas untuk segera melepaskan pelukannya. Bukannya melepaskan, Dimas malah mencium pipinya tanpa memperdulikan asistennya yang saat itu sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"Suruh siapa pagi-pagi sudah sibuk di dapur! Pengantin baru tuh sibuknya di kamar, bukannya masak. Kan ada Mbak asisten yang masak," kata Dimas tidak mau melepaskan pelukannya.

"Sebagai seorang istri kan harus mencukupi kebutuhan suami lahir dan batin!" sahut Inah yang mencoba melepaskan tangan Dimas yang melingkar di pinggangnya.

"Iya, tapi kan kita masih pengantin baru, aku maunya kita berduaan terus!" Dimas tak mau kalah.

Karena semua makanan sudah siap dan orangtuanya sudah keluar dari kamar, Dimas pun melepaskan pelukannya. Mereka semua duduk dan bersiap untuk makan. Dengan telaten, Inah mengambilkan makanan buat Dimas. Raut wajah Sarita tampak kesal ketika melihat Inah yang begitu perhatian sama sang anak.

"Aku bisa ambil sendiri!" kata Sarita saat Inah mau mengambilkannya nasi.

"Ma! Inah bersikap baik kepada Mama, jadi bersikaplah baik padanya!" Dimas menegur sang ibu agar bersikap baik kepada istrinya.

"Mas, jangan membentak. Berbicaralah dengan nada pelan, karena dengan nada tinggi bisa menyakiti hati Mama," Inah menyuruh Dimas untuk menurunkan suaranya ketika berbicara dengan ibunya.

Pak Darko pun setuju dengan perkataan Inah. Apapun masalahnya, anak tidak boleh membentak orangtua, terutama sang ibu. Memang hubungan Dimas dan orangtuanya tidaklah baik. Sebenarnya wajar saja Dimas marah kepada orangtuanya, karena mereka selalu memaksa Dimas untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

Bukannya senang dapat pembelaan dari sang menantu, Sarita malah memprotes perkataan Inah yang menganggapnya tidak menghormati suaminya.

"Aku sudah berpuluh-puluh tahun menikah dengan suamiku, tapi aku tidak pernah mencela perkataannya!" kata Sarita menyunggingkan sisi bibirnya.

"Sudah Ma sudah! Inah kan hanya mengingatkan Dimas untuk tidak membentak orangtuanya. Berarti itu bagus dong!" kata pak Darko menegur sang istri.

"Papa ini, bukannya membela istri malah membela menantu yang gak jelas status sosialnya!" Sarita kesal dan pergi masuk ke kamar.

Inah pun meminta maaf kepada ayah mertuanya, karena sudah membuat suasana pagi menjadi riuh. Tentu saja ayah mertuanya tidak menyalahkannya, pak Darko mengakui jika memang istrinya memiliki kepribadian yang bersosialisasi tinggi.

"Kamu jadi ke Jepang siang ini?" tanya pak Darko kepada Dimas.

"Iya, jadi Pa! Karena dari pihak sana tidak mau diundur," jawab Dimas sambil makan.

"Jangan lupa oleh-olehnya! Awas saja kalau gak dibawakan oleh-oleh, istrimu tidak akan aku perlakukan dengan baik!" ancam sang adik.

"Iya, iya! Tenang saja, akan aku bawakan sushi ok!" ucap Dimas tersenyum meledek.

Setelah selesai makan, Inah dan Dimas masuk ke kamar. Inah membantu Dimas mengemasi barang-barang yang akan dibawanya. Sebenarnya saat itu Inah merasa sedih, karena baru sehari mereka menikah, tetapi sudah ditinggal Dimas pergi keluar negeri. Tapi, Inah mencoba menyembunyikan kesedihannya, lagipula Dimas pergi hanya dua hari.

Inah duduk di pinggir ranjang, ia memandangi ponselnya yang tidak menyala. Sepertinya ia ingin menelepon ibunya, tetapi ia urungkan. Hal itu pun diketahui oleh Dimas.

"Inah kamu kenapa? Kangen Simbok? Atau kamu ingin pulang selama aku tidak di rumah?" tanya Dimas beruntun.

"Aku gak kenapa-napa Mas. Tadinya aku ingin pulang selama Mas gak di rumah, tapi setelah aku pikir-pikir, nanti kalau aku pulang Simbok malah berpikir macam-macam dan mempengaruhi kesehatannya," jawab Inah mengerutkan dahinya.

"Aku pergi hanya dua hari kok, kamu jangan khawatir ya! Kalau Mama bersikap buruk kepadamu, ceritakan kepadaku, nanti aku akan tegur Mama!" kata Dimas memeluk Inah.

Dimas mendongakkan kepala Inah, lalu ia mencium bibirnya dengan lembut. Perlahan, Dimas mendorong tubuh Inah hingga ia terlentang. Kejadian semalam pun terulang kembali di pagi itu. Rasa ngilu perlahan berubah menjadi sebuah rasa yang sulit ia jelaskan. Desiran darahnya semakin panas dan mengalir di setiap sudut tubuhnya.

Jika semalam terdapat bercak merah di sprei, pagi itu terdapat beberapa tanda merah di dada dan lehernya Inah. Tanda merah yang diukir oleh Dimas dengan penuh cinta yang tulus. Mereka pun mandi bersama untuk menghilangkan peluh yang menempel di tubuh mereka.

"Mas, kenapa dada dan leherku merah-merah begini?" tanya Inah yang baru menyadari tanda merah dilehernya.

"Wah... kenapa ini? Apa kamu punya penyakit kulit?" Dimas menakut-nakuti Inah sambil menahan tawanya.

"Yaa Allah Mas, aku belum pernah punya penyakit kulit seperti ini sebelumnya!" Inah pun ketakutan sambil mengusap-usap lehernya.

Sambil tertawa penuh semangat, Dimas pun memberitahu Inah bahwa tanda merah itu adalah ulahnya. Dengan kesal Inah yang saat itu duduk di depan kaca rias langsung berdiri dan memukuli Dimas dengan manja. Bersyukur, Inah memakai Jilbab, jadi tidak ada orang yang bisa melihat tanda itu.

*****

"Sayang, tunggu kepulangan ku ya!" kata Dimas yang hendak pergi ke bandara.

"Hati-hati di jalan Mas! Sebelum pesawatnya terbang, Mas Dimas berdoa dulu, agar selamat sampai tujuan," pesan Inah kepada sang suami.

"Iya sayang! Pa, Ma, Dimas berangkat dulu ya!" kata Dimas berpamitan kepada orangtuanya.

Sarita cemburu ketika Dimas hanya mencium Inah, tetapi tidak menciumnya. Ia merasa posisinya sebagai ibu digeser oleh Inah. Dia tidak terima, anaknya memiliki seorang istri yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga.

Setelah Dimas pergi, Sarita mulai menyuruh-nyuruh Inah untuk melakukan hal ini itu. Ia juga menyuruh Inah untuk membersihkan kamarnya, karena pak Darko saat itu juga pergi ke kantor, jadi dia tidak tahu kalau sang istri memperlakukan Inah seperti asisten rumah tangga.

"Ini kenapa lantai kamar mandi masih basah? Bersihkan lagi, cepetan! Bersihkan sampai benar-benar bersih dan kering!" Sarita membentak Inah.

"Iya Ma, aku akan bersihkan lagi," sahut Inah dengan sabar menghadapi ibu mertuanya.

"Mama, Mama! Kalau Dimas gak di rumah, jangan pernah panggil aku Mama, tapi panggil aku Nyonya! Enak saja, orang sepertimu bisa menjadi bagian dari keluarga terpandang!" bentak Sarita lagi.

Bersyukur, Inah memiliki mental yang kuat. Di bentak dan bahkan direndahkan oleh sang mertua, tetapi ia tidak mencoba memberontak. Kata-kata simbok lah yang menjadi acuannya. Dia tidak mau menyerah untuk mendapatkan kebahagiaannya.

Karena Inah yakin, dengan kesabaran dia akan mendapatkan kebahagiaannya. Cacian dan makian adalah salah satu proses untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

"Ingat! Kamu jangan sok baik di depan anakku! Kamu pikir aku gak tau, kamu menggoda anakku dan kamu menginginkan uangnya kan?" tuduh Sarita tak berdasar.

"Maaf Ma, maksud saya Nyonya. Aku tulus mencintai Mas Dimas, bukan karena materi atau fisiknya," sahut Inah meluruskan.

"Halah.... kamu pikir aku gak tahu gadis sepertimu!" Sarita menyunggingkan bibirnya.

Tak mau mendengar perkataan sang mertua yang tak berdasar, Inah pun segera keluar dari kamar. Lalu ia meletakkan peralatan bersih-bersih di tempatnya dan ia pergi masuk kedalam kamarnya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan menguatkan dirinya agar tidak menangis.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

sabar ya Inah, kalau hidup itu emang banyak cobaannya

2022-10-22

0

Anak kampung

Anak kampung

sing sabar ya inah, Aku juga sll sabar kok. kisah Kita hmpir sama

2022-05-15

3

Crypton

Crypton

Sabr sabr.. mau bahagia itu harus sabar inah. beruntung kamu punya suami kaya, lha aku suami pas² an, tapi mertua ngerecohin terus. hahah jadi curhat

2022-05-15

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!