"Mas, sudah sore! Kita turun kebawah sapa Mama dan Papa yuk!" ajak Inah menghindari serangan dari Dimas.
"Kita gak perlu menyapa mereka, karena mereka gak akan peduli," tolak Dimas.
Karena Inah belum tahu kebiasaan penghuni rumah, Ia pun berpamitan kepada Dimas untuk keluar dari kamar. Dia perlahan menuruni anak tangga dan suasana rumah benar-benar sepi, seperti tidak berpenghuni. Terdengar samar-samar suara orang yang sedang mengobrol, Inah pun mencari sumber suara tersebut.
"Eh Non Inah, ada apa Non?" tanya salah satu asisten rumah tangga.
"Panggil aku Inah saja ya Mbak! Oh iya, kalian mau masak ya?" Inah bertanya balik.
"Iya, kita mau nyiapin buat makan malam. Karena biasanya, Tuan dan Nyonya makan malamnya sebelum Maghrib," jawabnya.
Tanpa banyak bicara, Inah kemudian membantu mereka memasak. Tidak butuh waktu lama, semua hidangan pun sudah tersaji di atas meja makan. Para asisten terpukau dan memuji masakan Inah yang menurut mereka sangat lezat.
Setelah selesai memasak, Inah menyuruh salah satu asisten untuk menyuruh mertuanya makan. Sedangkan dia pergi ke kamarnya untuk menyuruh sang suami makan.
"Mas, makan malamnya sudah siap! Ayo kita makan dulu," Inah membangunkan Dimas yang saat itu sedang tidur.
"Pasti kamu yang masak ya, bajumu bau masakan!" sahut Dimas beranjak dari tempat tidur.
"Maaf Mas kalau aku bau," sahut Inah yang langsung pergi ke kamar mandi.
Karena tidak mau sang suami mencium bau dari tubuhnya, Inah pun membersihkan diri dan berganti baju. Setelah menikah, Inah berniat untuk selalu memakai Jilbab dan mulai hari itulah, dia akan selalu mengenakan Jilbabnya. Lalu ia mengajak Dimas turun ke lantai bawah untuk makan malam.
Sebelum keluar dari kamar, Dimas meraih tangan Inah dan memeluknya. Inah pun terkejut, karena Dimas memeluknya dengan tiba-tiba. Mendapat pelukan dari sang suami, Inah tersenyum lebar dan membalas pelukannya.
"Kamu tambah cantik memakai Jilbab," puji Dimas memeluk erat.
"Terima kasih Mas, ayo turun kebawah. Mungkin Papa, Mama sama Alena sudah menunggu kita," ajak Inah melepas pelukannya.
Alena adalah adik perempuannya Dimas. Usianya sama dengan usia Inah. Dia orangnya cuek dan jarang berbicara. Tetapi sebenarnya dia sangat baik dan juga sopan. Hanya saja, dia memiliki kepribadian Introver dan lebih suka di dalam kamarnya, daripada pergi keluar.
Dimas menggandeng tangan Inah menuruni anak tangga. Kedua orangtua mereka dan juga Alena sudah duduk di kursi meja makan. Sarita dengan lahapnya memakan makanan yang di masak oleh Inah.
"Gimana Pa, Ma masakan Istriku?" tanya Dimas kepada orangtuanya.
"Oh, jadi ini yang masak istrimu? Pantesan kok enak sekali," puji pak Darko.
"Terima kasih ya Kak masakannya, beneran loh ini enak banget!" Alena juga memuji masakannya Inah.
Inah merasa senang sekali mendapat pujian dari ayah mertua dan adik ipar. Tetapi rasa senangnya sedikit pudar, ketika melihat raut wajah sang ibu mertua yang kecut. Bahkan ibu mertuanya mengatakan jika masakannya terlalu banyak MSG.
"Kamu pakai MSG nya kebanyakan, pantesan enak," tegur ibu mertua.
"Maaf Ma, lain kali aku akan menguranginya," sahut Inah dengan tersenyum.
"Tanpa MSG juga masakan Istriku enak Ma, Mama jangan berlebihan deh!" Dimas membela Inah.
Setelah selesai makan malam, Inah menyuruh Dimas untuk pergi ke Masjid. Dimas sempat menolak, karena dia sama sekali belum pernah ke Masjid di dekat perumahan. Tetapi, setelah Inah menasehatinya, akhirnya Dimas pun pergi ke Masjid dengan berjalan kaki. Karena letak Masjid dekat dengan rumah.
*****
Waktunya tidur,
"Sayang, kamu gak ganti baju tidur?" tanya Dimas memandangi Inah yang memakai baju serba panjang.
"Aku gak punya baju tidur Mas, begini saja gak apa-apa! Lagian Mas Dimas nyalain AC, aku kedinginan," jawab Inah sambil merapikan bajunya.
"Kan ada aku, kalau kamu kedinginan aku akan memelukmu," kata Dimas menghampiri Inah.
Dengan lembut Dimas mulai mencium pipi, pindah ke bibir dan turun ke leher. Inah merasa kegelian, tetapi Dimas tidak berhenti melakukannya hingga terdengar suara Inah membuang nafas beratnya. Itu artinya, Inah sudah mulai beradaptasi dengan sentuhan yang diberikan oleh Dimas.
Perlahan Dimas mulai membuka kancing baju Inah satu persatu. Bibir mereka saling bertautan dengan posisi masih berdiri di samping ranjang. Dimas menuntun Inah merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tanpa Inah sadari, kini baju atasannya sudah terlepas.
"Sayang, bolehkan aku melakukan hal ini?" tanya Dimas berbisik di telinga Inah.
"Bo-boleh, tapi aku belum membersihkan badanku. Aku mau ke kamar mandi dulu," jawab Inah dengan gugup.
Ketika Inah mau bangun, Dimas melarangnya dan melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Dengan lembut Dimas mencium bibir Inah untuk menetralisir tubuh Inah agar tidak tegang. Tangannya mulai melucuti pakaian Inah, hingga membuat Inah polos seperti bayi yang baru lahir.
Melihat Inah polos tanpa sehelai benangpun di badannya, membuat Dimas terpesona. Karena Inah memiliki lekuk tubuh yang ideal. Perut ratanya dan juga dadanya yang menonjol, membuat Dimas tenggelam dalam pemandangan yang memanjakan matanya. Bersyukur, Inah sudah sah menjadi istrinya, sehingga ia bisa melakukan apa saja yang ia lakukan dengan Inah.
"Ah... sakit mas, sakit!" pekik Inah yang merasa bagian sensitifnya didorong dengan benda tumpul.
"Maaf sayang, aku akan melakukannya dengan pelan-pelan," kata Dimas yang masih berusaha menerobos pertahanannya Inah.
Inah menggigit bibirnya dan melingkarkan lengannya di leher Dimas. Sedangkan Dimas mulai melakukan aksinya lagi. Perlahan tapi pasti, akhirnya Dimas mendapatkan mahkotanya Inah. Sebuah kebanggan bagi Inah, ia bisa memberikan hadiah sebuah mahkota kepada sang suami.
Lelah berolahraga malam, Inah pun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tidak berani memandangi wajah Dimas, karena rasa malu yang teramat. Dimas pun tersenyum melihat tingkah Inah yang menggemaskan.
"Sayang, buka tangannya dong! Aku mau lihat wajah manis mu," suruh Dimas dengan posisi menindih Inah.
"Mas Dimas geser dulu, aku malu kalau dilihatin," Inah masih menutup wajahnya.
"Aku maunya begini sambil menatapmu," Dimas pun membuka paksa tangan Inah.
Karena masih malu, Inah pun memejamkan matanya. Apalagi saat itu dia masih polos tanpa pakaian, Inah tidak berani bergerak dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tidak ingin Inah tertekan, akhirnya Dimas pun menggeser badannya dan menutupi tubuh Inah dengan selimut.
Dengan begitu, Inah baru membuka matanya. Ia segera beranjak dari ranjang dengan melilitkan selimut di badannya. Ia mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Sementara Dimas tersenyum bangga melihat noda merah di sprei.
"Mas, aku mandi dulu ya!" pamit Inah.
"Iya, kamu mandi saja dulu," sahut Dimas.
Kemudian Dimas memakai celananya dan mencari sprei pengganti di lemari. Lalu ia melepas sprei yang terkena noda dan menggantinya dengan yang baru. Setelah selesai, Dimas iseng meraih ganggang pintu kamar mandi dan ternyata Inah tidak mengunci pintunya.
Dimas pun langsung masuk kedalam kamar mandi. Inah yang menyadari kehadiran Dimas pun menjerit, karena terkejut. Dengan segera Dimas menghampiri Inah yang saat itu sedang berdiri dibawah guyuran air shower.
"Mas Dimas kok masuk, aku sebentar lagi selesai," protes Inah yang langsung berjongkok menutupi dadanya.
"Memangnya kenapa? Aku kan suami mu, jadi gak apa-apa kita mandi bersama," sahut Dimas yang ikut jongkok tersenyum melihat wajah Inah yang mulai memerah karena malu.
Malam yang panjang bagi Inah dan Dimas, entah berapa kali mereka melakukan olahraga di malam hari. Hingga membuat Inah lemah tak berdaya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat terus thor 💪💪💪
2022-10-22
0
Anak kampung
inah seneng deh akhirnya nikah sma pujaan hatinya
2022-05-15
3
Crypton
cepet amat malam pertamanya, kurang greget Thor!
2022-05-10
3