Saat hari sudah menjelang pagi Arya terbangun dari tidurnya, dan bisa merasakan kalau kepalanya begitu sakit seolah ada ingatan asing masuk kedalam pikirannya.
Arya bisa melihat ingatan kehidupan seorang anak desa berusia 5 tahun bersama keluarganya. Tetapi anak itu dan seluruh anggota keluarganya tewas saat ada serangan dari beberapa perampok yang menjarah desa mereka.
"Apakah aku bertransmigrasi ke tubuh seorang anak kecil? Bagaimana bisa? Bukannya aku seharusnya menuju alam baka?"
Arya sangat yakin dia seharusnya sudah mati dan rohnya menuju alam baka. Dia masih belum percaya kalau rohnya masuk kedalam tubuh seorang bocah yang seharusnya sudah mati.
Tidak ada orang waras yang bisa memahami kondisinya sekarang. Mungkinkah alam baka berbeda dengan cerita orang-orang atau apakah jimat yang dia beli waktu itu adalah penyebab ini semua terjadi pikir Arya.
Arya kemudian memeriksa tubuhnya, tangannya terlihat begitu kecil dan kakinya menjadi lebih pendek. Tubuhnya juga sedikit gembul seperti anak kecil pada umumnya.
"Apa-apaan ini..." Arya terkejut saat melihat bentuk tubuhnya dari pantulan cermin yang ada didekatnya.
Saat Arya masih terkejut dengan apa yang terjadi kepada dirinya sekarang, seorang pria tua masuk kedalam ruangan itu karena mendengar suara teriakannya.
"Oh, kau sudah sadarkan diri? Kupikir akan memerlukan waktu satu minggu lagi."
Arya kemudian menoleh menemukan seorang pria tua mengenakan pakaian putih tengah berdiri sambil bersandar didepan pintu. Rambut panjang putih yang digerai begitu saja membuat Arya menjadi sedikit takut.
"Kek, apa anda juga penghuni di alam baka? Mengapa hanya ada kita berdua saja yang ada di alam ini?" Arya masih berpendapat kalau dia sudah mati dan pria tua dihadapannya merupakan roh di alam baka.
Pria tua yang awalnya mendekati Arya sambil tersenyum lembut kini menghentikan langkahnya dan memandang anak berusia 5 tahun itu dengan heran.
"Alam baka? Nak, aku masih hidup begitu juga denganmu. Apakah kau baik-baik saja, Nak?"
Arya mengerutkan dahinya ketika mendengar pria tua itu mengatakan bahwa mereka berdua masih hidup, bukannya berada di alam baka seperti yang dia kira.
"Tidak bisa dipercaya, apakah ini benar-benar kenyataan?!" Arya mulai berteriak histeris karena tidak bisa mempercayai apa yang terjadi kepadanya.
Pria tua yang melihat Arya mulai berteriak histeris menjadi merasa iba dan berpikir jika anak tersebut masih belum bisa menerima kematian keluarganya.
Untuk memberi ketenangan kepada Arya kecil, pria tua itu kemudian memberi pelukan hangat kepadanya sambil menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.
"Sudah... Tenangkan dirimu... Kamu sekarang sudah selamat..." Pria tua itu memeluk Arya yang sedang histeris, anehnya pelukan tersebut membuat Arya menjadi tenang setelah beberapa saat.
Pria tua itu tidak memaksa Arya menceritakan kejadian yang menimpa dirinya dan seluruh warga desa. Untuk sementara waktu pria tua ingin membuat tingkat emosional Arya kembali tenang.
Setelah cukup tenang dan bisa mencerna apa yang terjadi kepada dirinya, Arya kemudian mulai menceritakan kejadian perampokan yang dilakukan oleh sekelompok orang hingga membuat semua orang di desanya tewas.
Arya tentunya tidak menceritakan kejadian sebenarnya kepada pria tua itu, dia hanya menceritakan kejadian yang di alami oleh anak kecil pemilik tubuhnya saja.
Pria tua cukup terkesima dengan pembawaan Arya yang mampu menceritakan semua kejadian pembantaian masal di desa. Untuk anak usia 5 tahun seperti Arya sudah sangat mengagumkan bisa menceritakan semua itu dengan lancar.
"Baik aku mengerti dan sangat menyayangkan kejadian yang menimpamu, Nak. Untuk sekarang kamu bisa tinggal di tempatku."
Arya merasa sangat senang begitu mendengarnya dan langsung bersujud tiga kali, karena sudah diselamatkan serta diperbolehkan untuk tetap tinggal oleh pria tua itu.
Melihat sikap Arya membuat pria tua berpikir untuk mengangkat anak itu menjadi muridnya karena selain terkesan dia juga belum pernah memiliki murid satupun.
"Perkenalkan namamu, Nak."
Pria tua mengelus jenggot putih panjangnya sambil memperhatikan penampilan Arya dari atas sampai bawah. Meskipun tahu kalau anak itu cacat tetapi semuanya tidak terlalu dia pikirkan karena merupakan hal kecil baginya.
"Arya Wijaya, Tuan bisa memanggilku Arya." Arya sedikit membungkuk saat memperkenalkan dirinya.
"Arya, apa kamu mau menjadi murid ku?" Belum sempat pria tua itu menyelesaikan perkataannya, Arya kembali bersujud tiga kali menerima tawaran sebagai murid sekaligus memberikan penghormatan.
Pria tua mengangguk puas menerima penghormatan dari Arya dan merasa tidak salah dalam memilih seorang murid sekaligus penerusnya.
"Namaku Baduga Maharaja, kamu bisa memanggilku Guru mulai sekarang. Malam ini istirahatlah Arya, besok Guru akan mulai memberimu pelajaran untuk menjadi seorang Pendekar sejati."
Arya mengangguk dan berterimakasih kepada Baduga Maharaja. Dia merasa sangat bersyukur karena disaat dirinya datang ke Dunia Kultivasi sudah ada orang yang mau membimbingnya meski dia sendiri tidak tahu seberapa kuat Baduga Maharaja.
Malam itu Arya tidak beristirahat seperti yang di anjurkan oleh Baduga Maharaja. Dia masih mencoba mencerna Dunia barunya dari ingatan anak pemilik tubuh asli yang dia tempati sekarang.
"Nak, kamu bisa beristirahat dengan tenang bersama orang tuamu di sana. Serahkan semuanya yang ada disini kepadaku. Aku akan membalaskan kematianmu dan juga keluargamu..."
Arya melihat bulan purnama dari balik jendela. Entah ini hanya ilusi atau mimpi tetapi, Arya akan menggunakan kesempatan kedua yang diberikan oleh Dewa sebagai jalan penebusan dosanya.
***
Keesokan harinya Arya keluar dari kamar mencari keberadaan Baduga Maharaja dihalaman rumah seperti yang sudah dijanjikan semalam.
Tetapi Arya tidak menemukan keberadaan Baduga Maharaja dihalaman rumah. Arya kemudian memutuskan untuk mencari keberadaan Baduga Maharaja disekitar rumah sampai akhirnya dia berhenti didepan pintu ruangan yang tampaknya merupakan kamar gurunya itu.
Awalnya Arya ingin mengetuk pintu kamar Baduga Maharaja, tetapi dia mengurungkan niatnya saat melihat secarik kertas yang tertempel di depan pintu.
Arya menghela nafas setelah membaca surat dari Baduga Maharaja yang ditujukan kepadanya, dimana Baduga Maharaja sekarang tengah pergi untuk berburu dan menyuruh Arya membersihkan kediaman mereka.
Tentu Arya segera mengerjakan tugas yang diberikan oleh Baduga Maharaja tanpa mengeluh sedikitpun. Meski awalnya cukup kesulitan karena tubuh kecilnya apalagi saat menimba air di sumur, tetapi Arya tidak begitu saja menyerah karena merasa memiliki hutang budi kepada Baduga Maharaja.
Bagi Arya pekerjaan rumah seperti ini bukanlah hal sulit, apalagi dengan ini dia juga bisa sekalian melatih tubuh kecilnya agar bisa membentuk masa ototnya kembali meskipun tidak semua.
Arya menyeka keringat diwajahnya dan mulai membersihkan setiap sudut rumah. Meski lumayan kesulitan karena harus menyesuaikan diri dengan tubuh barunya yang lebih pendek dan kecil dari tubuh lama yang dia miliki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Harman LokeST
menjadi murid
2022-08-13
4
NOTE
mc nya tolol banget, kan udah tau dia pindah ke tubuh anak kecil, ehh ketemu pria tua itu malah nanya alam baka, tolol tolol katanya pembunuh terkenal tapi tolol. lambat menyadari situasi
2022-07-28
1
凹凸不平衡
authornya maksa
2022-06-29
1