"Apakah ini rasanya kematian..."
Arya bisa merasakan perlahan-lahan pandangannya mulai menjadi gelap, bagi Arya hal yang terakhir kali dia lihat adalah seorang pria yang menusuknya tersenyum lebar kearahnya saat sudah diamankan polisi.
Senyuman lebar pria asing itu langsung membuat Arya sadar jika ada seseorang yang merasa kesal kepadanya karena sudah menolak berbagai tawaran untuk melakukan misi belakang ini.
Arya setidaknya dapat melihat wajah orang yang ditugaskan untuk membunuh dirinya. Dia berpikir kalau dengan kematiannya dapat membayar kesalahannya pada para korbannya, hingga tidak ada lagi menyisakan penyesalan.
"Benarkah tidak ada lagi penyesalan?"
Arya rasanya ingin menertawakan dirinya sendiri, karena merasa bodoh. Tentu masih begitu banyak penyesalan yang ada didalam hidupnya kepada para korbannya, tetapi percuma sekarang menyesali semuanya karena sudah terlambat.
"Sekarang semuanya sudah terlambat... Andai aku diberi kesempatan kedua pasti akan kugunakan sebagai penebusan dosa..."
"Sepertinya aku sudah mulai gila, pikiran bodoh apalagi yang kumiliki..."
Sekarang Arya merasa berada didalam kegelapan tak berujung. Rasa sakit dibagian jantungnya perlahan-lahan menghilang menandakan dirinya mulai menuju alam baka.
"Nenek... Tunggu sebentar lagi... Aku datang..."
Ketika Arya memutuskan untuk pasrah dengan hidupnya, sebuah cahaya hijau terang muncul dihadapannya.
"Oh, apakah itu pintu gerbang menuju alam baka?" Belum sempat Arya berpikir lebih jauh lagi, cahaya hijau terang itu mulai membesar dan mendekatinya. Arya ingin mengamati cahaya itu lebih jauh lagi tetapi ketika cahaya hijau itu mengenai tubuhnya, cahaya hijau itu seolah masuk kedalam tubuhnya.
Tubuh Arya kemudian memancarkan sinar hijau yang perlahan mulai menyelimuti tubuhnya sebelum pandangannya kembali menjadi gelap.
Keanehan kembali terjadi ketika Arya mulai merasakan sakit kembali, tetapi kali ini dia merasa seluruh tubuhnya yang sakit seperti terkena banyak luka sayatan.
"Aduh! Aduh! Apa yang terjadi?!" Arya berusaha memberontak dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Arya merasa bingung ketika bisa merasakan sakit padahal dia berpikir sudah mati.
Disaat Arya meronta lebih jauh, dia tersadar bisa membuka matanya dan menemukan dirinya sedang berbaring sambil menghadap tanah.
"Aku belum mati?" Arya tidak bisa percaya dengan hal ini, dia kemudian mencoba membetulkan posisinya menghadap kesamping tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit dan sulit digerakkan.
Saat Arya berhasil menghadap kesamping dia dikejutkan dengan apa yang dilihatnya. Wajah pucat seorang wanita yang tidak bernyawa dengan sebilah pedang menancap dipunggung, kini dengan jelas dapat Arya lihat.
Belum sempat Arya berpikir lebih jauh lagi, beberapa orang pria dengan penampilan garang datang kearahnya hingga membuatnya langsung kembali memejamkan mata.
"Aih! Sayang sekali Ketua menyuruh kita menyerang desa ini dan membunuh seorang wanita secantik ini..."
"Diamlah, jangan mengeluh terus. Kita harus segera membakar tempat ini dan kembali menuju markas, atau nanti malah mendapat hukuman dari Ketua."
Salah satu dari mereka kemudian mencabut pedangnya dari jasad wanita cantik itu, namun sebelum pergi dia melihat kearah Arya dan menusuk tubuhnya hingga menembus perut.
"Apa yang kau lakukan?" Salah satu dari mereka menanyakan tindakan yang dilakukan oleh pria itu saat menusuk tubuh seorang bocah yang kelihatan sudah tidak bernyawa.
"Tidak, aku berpikir anak dari wanita cantik ini masih hidup. Sepertinya aku salah..."
Pria itu berpikir Arya masih hidup tetapi dia berpikir kalau dirinya salah kemudian mencabut pedangnya kembali sebelum pergi menyusul dua rekannya.
Begitu ketiga orang itu telah pergi, Arya yang sudah menahan rasa sakit ketika ditusuk kemudian membuka mata dan mengerang kesakitan.
Saat mendengar kalau wanita cantik dihadapannya adalah ibunya dari pembicaraan ketiga pria tadi, Arya sebetulnya merasa sangat kebingungan.
Meski dengan kondisi tubuh penuh luka Arya memaksakan diri untuk bangkit dan berdiri. Dengan mata telanjang Arya dapat menyaksikan bekas kejadian berdarah yang terjadi di desa tersebut.
Semua warga desa mulai dari kecil sampai tua didesa itu dibunuh secara kejam. Rumah mereka semua dibakar hingga membuat kobaran api besar yang membakar seluruh desa.
Arya kemudian segera berusaha menyelamatkan diri agar tidak terbakar hidup-hidup dalam kobaran api yang membumbung tinggi ke langit.
Setelah berhasil keluar dari kobaran api, dengan kaki kecilnya Arya berusaha menjauh sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Tetapi setelah menjauhi desa yang terbakar Arya dapat merasakan pandangannya kembali menjadi gelap dan tubuhnya terasa lemas, hingga membuatnya ingin jatuh.
Seorang pria tua dari kejauhan melihat Arya langsung melesat, dan hanya butuh satu tarikan nafas dia sudah berada di lokasi Arya kemudian menangkap tubuh anak itu sebelum akan jatuh ke tanah.
Pria tua itu kemudian memeriksa keadaan Arya dan menemukan jika anak itu mengalami luka yang cukup parah hingga membuatnya dalam keadaan sekarat.
"Sepertinya aku sudah terlambat, hanya anak ini saja yang tersisa... Anak yang malang..."
Pria tua itu lalu menggendong tubuh kecil Arya kemudian menghilang dari lokasi itu hanya dalam hitungan detik saja tanpa meninggalkan jejak.
Arya yang tak sadarkan diri dibawa oleh pria itu menunju sebuah rumah kayu di bukit. Sesampainya di sana pria tua itu kemudian membaringkan tubuh kecil Arya untuk diobati.
Dari telapak tangan pria tua itu tiba-tiba muncul sebuah sinar keemasan. Sinar itu tidak lain adalah energi Qi yang akan digunakan untuk menyembuhkan semua luka Arya.
Saat sedang dalam proses pengobatan Arya dapat merasakan sekujur tubuhnya mulai terasa hangat yang membuat dirinya merasa tenang hingga tanpa sadar akhirnya tertidur pulas.
Pria tua yang sedang mengobati Arya menemukan bahwa Dantian milik anak itu mengalami kerusakan parah akibat terkena tusukan pedang, hingga membuatnya menggelengkan kepala sambil merasa kasihan.
"Anak ini... Sayang sekali Dantian miliknya pecah, masa depannya akan benar-benar suram..."
Dantian sendiri merupakan bagian penyimpanan energi Qi yang biasa dimiliki oleh para Pendekar. Tanpa Dantian maka seseorang dimasa depan tidak dapat menjadi seorang Pendekar dan hanya akan menjadi warga biasa.
Oleh sebab itulah pria tua itu merasa kasihan terhadap Arya karena dimasa depan anak itu akan mengalami kehidupan yang menyulitkan.
Tanpa kekuatan maka seseorang sudah bisa dipastikan akan menjadi seorang pecundang dan mendapat diskriminasi di dunia yang mementingkan kekuatan.
Setelah menyembuhkan luka Arya dan mengganti pakaiannya, pria tua itu kemudian beranjak pergi meninggalkan Arya agar beristirahat sementara waktu sebelum nanti akan dia tanya apa yang terjadi di desa itu.
Pria tua itu kemudian keluar dari ruangan tempat Arya berada dan memilih untuk meminum secangkir teh sembari menunggu anak itu bangun.
"Manusia memang sangat suka membunuh satu sama lain hanya untuk kekuasaan sesaat..." Gumam pria tua setelah melihat sebuah desa kecil terbakar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Idris
nyimak
2022-10-08
3
aiden 01
njut thor
2022-08-27
3
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt
2022-08-13
2