Legenda Dunia Kultivasi
Rintik hujan mulai turun membasahi jalanan diwilayah Kota Jakarta. Orang-orang yang berada dijalanan malam itu segera mencari tempat untuk berteduh dari hujan.
Hujan deras yang disertai angin kencang membuat para pengendara dimalam itu memperlambat laju kendaraan mereka untuk menghindari kecelakaan.
Didalam gedung kantor lantai tujuh seorang pekerja berusia 30-an terlihat tengah mengerjakan tumpukan berkas diatas mejanya. Sebenarnya tumpukan berkas dimeja bukanlah pekerjaan milik pria itu melainkan para seniornya.
Akibat tumpukan pekerjaan milik para seniornya membuat pria itu terpaksa bekerja lembur sampai jam 9 malam. Bukan dengan sukarela dia mengerjakan tumpukan berkas itu, melainkan dia terpaksa melakukannya karena diancam oleh para seniornya.
Dihari pertamanya bekerja pria itu dijebak oleh para seniornya yang mengatakan ada tradisi untuk para pekerja baru dimana mereka harus mengerjakan sisa pekerjaan seniornya.
Pria itu yang tidak mau memiliki masalah dikantor barunya hanya bisa menurut karena tak ingin kalau mendapatkan penilaian buruk yang berakibat dia dipecat.
"Hah... Kalau bukan karena aku ingin bertaubat, sudah aku bakar semua tumpukan kertas sialan ini." Dengan malas pria itu mengetik sendirian didalam ruangan yang lampunya sudah dimatikan.
Meski memiliki penampilan biasa saja seperti pekerja kantor pada umumnya, identitas pria itu yang sebenarnya cukup ditakuti oleh para pejabat dan pebisnis besar diKota Jakarta.
Orang-orang yang mengenal identitas sebenarnya pria itu biasa memanggilnya dengan sebutan Mata Elang. Nama aslinya Arya Wijaya seorang pembunuh bayaran yang memutuskan untuk pensiun dan memilih bekerja seperti orang pada umumnya.
Saat tengah melamun Arya Kusuma teringat kembali alasan yang membuatnya pensiun dari pekerjaannya dulu sebagai pembunuh bayaran. Dikatakan bahwa tak ada satupun korbannya yang pernah lolos dari maut setelah berhadapan dengan Arya Wijaya. Hal ini yang membuat biaya untuk jasanya terbilang cukup mahal.
Kejadian itu terjadi satu bulan lalu ketika dia mendapat pekerjaan dari seorang pejabat yang ingin melenyapkan saingan calon pemilihan Walikota Jakarta.
Pekerjaan Arya Wijaya awalnya berjalan lancar dan ia berhasil membunuh target dengan harga 250 juta rupiah. Namun aksinya malam itu tak sengaja dilihat oleh seorang pelayan di rumah tersebut.
Arya Wijaya yang tidak ingin ada saksi mata langsung menghabisi pelayan tak bersalah itu sesuai dengan aturan dasar pembunuh bayaran.
Tetapi setelah menyelidiki tentang pelayan yang dia bunuh malam itu, membuat mata Arya Wijaya terbuka ketika mengetahui bahwa pelayan itu merupakan seorang ibu tunggal dari dua anak berusia enam tahun.
Tak mau melihat kedua anak kecil yang kedepannya akan menjalani hidup sepertinya dulu saat ditinggal oleh orang tuanya, Arya Wijaya memutuskan untuk menyumbangkan semua uang miliknya di panti Asuhan tempat kedua anak kecil itu berada.
Setelah kejadian malam itu membuat pembunuh bayaran kelas kakap Arya Wijaya mulai menjauhi pekerjaan kotor tersebut karena selalu dibayang-bayangi perasaan bersalah dari setiap korbannya.
Meski sudah keluar dari pekerjaan lamanya tak sedikit orang masih mencoba untuk menyewa jasa Arya Wijaya karena keterampilannya yang dia miliki. Tetapi Arya Wijaya pasti akan menolak meskipun sering mendapatkan ancaman yang menurutnya tidak terlalu berarti.
Begitu menyelesaikan tumpukan berkas dimeja Arya Wijaya langsung memutuskan pulang karena tidak ingin melewatkan serial anime kesukaannya di televisi.
Arya Wijaya memutuskan membeli makanan terlebih dahulu untuk mengganjal perutnya. Dia berhenti didepan kedai yang menjual ubi rebus sembari menghangatkan tubuh dari angin malam.
Saat tengah menunggu ubi rebus yang dia pesan matang, tak sengaja melihat seorang kakek tua penjual jimat disamping kedai ubi.
Merasa tertarik, sambil menunggu pesanannya jadi, Arya kemudian menghampiri lapak kakek penjual jimat untuk melihat-lihat.
"Silahkan dipilih anak muda aku yakin kamu tak akan menyesal membeli jimat dari lapak daganganku." Kakek tua tersenyum sambil mengelus janggut panjangnya.
Arya hanya mengangguk dan tersenyum kecil menanggapi perkataan kakek tua sebelum kembali memilih jimat untuk dia beli.
Meskipun sadar dan tidak percaya bahwa jimat-jimat itu memiliki kemampuan khusus tetapi nyatanya Arya tetap merasa tertarik.
Kini ada dua jimat ditangan Arya dia bingung untuk membeli salah satu diantara mereka sebab bentuk kedua jimat itu cukup menarik dimatanya.
Menyadari kalau pemuda dihadapannya sedang kebingungan saat memilih, kakek tua kemudian mengusulkan kepadanya untuk membeli saja keduanya tapi langsung ditolak mentah-mentah oleh pemuda itu.
Kakek tua lalu mengeluarkan sebuah jimat kalung dengan liontin batu Giok dari balik pakaiannya untuk ditunjukkan kepada Arya.
"Anak muda... Karena kamu adalah pembeli pertamaku malam ini aku akan menjual jimat pribadiku kepadamu dengan harga 200 ribu saja. Apa kamu mau membelinya?"
"200 ribu? Ayolah Kek, itu hanyalah sebuah jimat kalung biasa, dan liontin Giok yang ada disana aku tau hanyalah batu biasa."
Arya tertawa kecil mengetahui bahwa kakek tua itu hanya ingin menipunya untuk membeli jimat palsu yang terbuat dari bahan murah dengan harga cukup tinggi.
Kakek tua yang menyadari kalau pemuda dihadapannya tidak mudah untuk ditipu kemudian mengarang cerita kalau jimat itu memiliki kemampuan untuk mengubah takdir pemiliknya.
Dia kemudian memberi penawaran menarik kepada Arya dengan memberinya harga 150 ribu saja untuk jimat Giok tersebut dan tentu saja langsung dibeli oleh pemuda itu.
Arya kemudian mengambil pesanan ubi rebusnya yang sudah matang dan melanjutkan perjalanannya pulang dengan tergesa-gesa.
Sementara itu kakek tua yang berhasil menipu Arya dengan jimat palsu buatannya tertawa kencang karena untung cukup besar malam ini. Kakek tua itu sebenarnya menemukan batu mirip batu Giok saat berjualan di pantai dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai liontin kalung Giok yang akan dijualnya.
Ditengah perjalanan Arya terus memperhatikan liontin batu Giok kecil dilehernya dan sesekali tersenyum karena merasa kalau dirinya cukup keren meski habis ditipu oleh seorang Kakek tua.
Langkah Arya terhenti ketika hendak melewati penyebrangan jalan bersama dengan penggunaan jalan lain dilampu merah.
Saat tengah menunggu firasat Arya menjadi tidak enak. Lehernya mendadak terasa dingin, tetapi Arya berpikir itu hanya karena angin dingin saja.
Tanpa pernah Arya duga ketika tengah menyeberangi jalan seseorang dari arah berlawanan tiba-tiba menghunuskan sebilah pisau kepada dirinya. Arya sebenarnya dapat menghindar dengan mudah tetapi jika dia menghindar maka pasti akan mengenai orang lain di dekatnya.
Pada akhirnya Arya memutuskan untuk menerima sebuah tusukan dari pria asing itu dijantung hingga membuat tubuhnya ambruk sebelum tewas bersimbah darah.
Semua orang yang ada disekitar tempat kejadian menjadi panik dan berlarian, tak sedikit orang yang langsung menangkap pria asing itu serta mencoba untuk menyelamatkan Arya meski hal itu percuma saja.
Sebelum Arya benar-benar menghembuskan nafas terakhir memori masa lalu dan setiap kejadian penting semasa hidupnya. Arya hanyalah seorang anak hasil dari hubungan gelap sepasang kekasih yang ditelantarkan saat baru lahir dipinggir jalan ketika salju turun.
Beruntung ada seorang wanita tua yang waktu itu mau memungut dan mengasuhnya. Tetapi sayang hidup wanita tua itu tidak berlangsung lama setelah sekelompok orang datang untuk merampok di rumahnya dan membunuhnya.
Kejadian itu yang menjadi titik balik dikehidupan Arya dimana saat usianya kala itu masih menginjak 17 tahun, Arya harus kehilangan sosok nenek angkatnya dan juga melakukan pembunuhan pertamanya dengan menghabisi para perampok itu.
Sampai saat ini Arya masih menyalahkan dirinya sendiri, jika dia waktu itu pulang dari sekolah lebih cepat maka mungkin saja dia masih sempat untuk menolong nenek angkatnya.
'Kalau dipikir-pikir aku bahkan belum pernah sekalipun berkencan dengan seorang gadis.'
Arya tersenyum kecil merasa dirinya terlalu bodoh karena memikirkan hal semacam itu ketika hendak mati. Sebelum menghembuskan nafas terakhir untuk pertamakali Arya berdoa kepada Dewa untuk diberi kesempatan merubah takdir meski mustahil.
Tepat setelah Arya menghembuskan nafas terakhirnya, liontin Giok yang ada dileher Arya memancarkan sinar hijau redup sebelum batu Giok itu menghilang secara misterius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Karya Sujana
pendatang baru hadir
boooom
2023-05-05
0
Harman LokeST
njuuuuuuuuuut
2022-08-13
1
Nani 2017
awal yg mengasyikan...
2022-07-24
1