"apa yang kamu rasakan sekarang ada yang sakit?". Tanya kenza panik
"hanya mual dan pusing saja mas". Lirih fatim menjawab pertanyaan kenza
"ya sudah kamu istirahat dulu ya akan aku buatkan teh hangat untukmu". Kenza berjalan keluar menuju dapur.
"hmm".
Dokter sudah datang dan langsung memeriksa fatim. Kenza dari tadi sudah khawatir sama istrinya takut terjadi apa-apa.
"tuan tidak perlu khawatir istri anda tidak apa-apa sekarang istri anda sedang hamil". Dokter tersenyum menjelaskan perihal keadaan fatim.
Sontak umi halimah dan kenza tersenyum bahagia mendengar kabar bahka fatim sedang hamil. Kenza tak berhenti-henti mengucap syukur.
"untuk lebih jelasnya anda bisa bawa istrinya ke rumah sakit untuk di periksa lebih lanjut, kalau gitu saya permisi assalamualaikum".
"wa'alaikumussalam".
Kenza langsung memeluk istrinya dengan wajah yang menandakan kebahagiaan, umi halimah tak kalah bahagianya karna sebentar lagi akan menjadi nenek. Umi halimah beranjak pergi dari tempat duduk ingin memberi kabar bahagia ini kepada suaminya dan akan menelfon hafka memberitahu.
**************
Hafka sedang berkemas untuk pulang, hari ini lumayan lelah memutuskan segera pulang dan istirahat.
Drrtts.
Drrtts
Drrtts.
Terdengar suara panggilan hafka melihat siapa yang menelfon ternyata uminya, hafka menggeser tanda warna hijau.
"assalamualaikum umi, apa kabar?". Hafka menjawab telfon sang ibu.
"wa'alaikumussalam nak alhamdulillah umi baik, umi ada kabar gembira". Jawab halimah serius.
"kabar gembira apa umi?" tanya hafka.
"kakak ipar kamu sedang hamil, umi senang sekali bentar lagi umi punya cucu". Senyum halimah melebar sangat senang.
"Masya Allah alhamdulillah kalau gitu umi, bentar lagi hafka punya ponakan heheheh". Hafka tak kalah senangnya mendengar kabar tersebut.
"iya, kamu gimana disana baikkan?". Tanya halimah.
"alhamdulillah hafka baik umi, ini hafka mau pulang umi baru selesai kerja".
"ya sudah hati-hati ya dijalan". Ucap halimah
"iya umi, ow ya abi gimana kabarnya umi?". Tanya hafka membuat halimah bingung untuk menjawab, kalau bohong pun tidak mungkin lebih baikkan memberi tau.
"abi lagi gak enak badan nak tapi kamu tenang saja keadaan abi sudah membaik tadi juga udah diperiksa dokter hanya kelelahan saja". Jelas halimah agar anaknya tidak panik.
"abi sakit umi? hafka pulang aja ya umi". Hafka panik mendengar kalau abinya sakit, karna dia sangat menyayangi yusuf abi tercinta.
"tidak usah, abi udah membaik kok kamu tidak perlu pulang ya kasihan orang-orang yang membutuhkanmu". Halimah menenangkan hafka yang khawatir.
"alhamdulillah kalau abi sudah membaik, kalau ada apa-apa telfon hafka ya umi!".
"iya nak, udah dulu ya asslamaualaikum".
"wa'alaikumussalam". Sambungan telefon pun terputus.
Hafka berjalan memasuki mobil akan pulang. Mobil pun melaju menuju rumah pamannya.
~
~
~
Di tengah jalan.
Verli menghentikan mobilnya, wanita itu terlihat frustasi kini hatinya bercampur aduk membayangkan apa yang baru menimpanya itu. Kekasih yang dari dulu bersamanya sekarang malah bersama wanita lain. Banyak rintangan dan lika-liku dari hubungan mereka yang sudah dilewati kini harus kandas begitu saja gara-gara seorang ketiga dari hubungan mereka.
"Aaarggt!! Kenapa dia begitu tega padaku apa salahku, aku gak akan pernah membiarkan dia merebut radir dariku akanku balas perbuatannya nanti dasar pel*k*r". Verli kesal dan marah.
Tok.
Tok.
Tok.
Ada orang yang mengetuk kaca mobil verli dari luar dua orang laki-laki dengan wajah yang menyeramkan seperti preman.
Verli melihat sekilas dan keluar dari mobil tanpa curiga seditpun, mungkin karna hatinya sedang galau sekarang.
"siapa kalian kenapa ngetuk kaca mobilku?". Tanya verli pada kedua laki-laki itu.
"hai nona cantik serahkan semua yang kau punya kepada kami setelah itu kami akan melepaskanmu". Para lelaki ini mencoba untuk mengambil apa yang verli punya.
"apa maksud kalian pergi sana gak usah ganggu aku, pergi!!". Tekan verli meminta para preman itu untuk pergi dengan nada sedikit takut.
"hahahaha serahkan dulu semua yang kau punya dan kami akan melepaskanmu, disini sepi kau teriak gak akan ada yang dengar". Jawab para preman itu sambil terkekeh.
"gak, pergi kalian pergiii!!! Dasar gak tau malu kalau mau uang itu kerja sana jangan ngambil barang orang". Verli ketakutan mencoba masuk mobilnya namun tangannya ditarik oleh salah satu preman hingga terjatuh.
"auuwwg!!". Verli mencoba untuk bangun namun para preman mencoba menyakitinya.
"tolong, tolong ada penjahat tolong saya". Teriak verli mencoba membeka diri namun tenaganya kurang kuat dibanding dengan para preman itu.
Ciitt.
Suara mobil berhenti tepat dibelakang mobil verli. Seorang laki-laki keluar dari mobil.
"kalian jangan berani sama perempuan, pergi sebelum polisi datang ke sini". Hafka baru turun dari mobil mencoba menyelamatkam verli.
Hafka selalu lewat jalan itu agar lebih cepat sampai rumah, jalan alternatif agar tak krna macet tapi memang jalan itu cukup sepi sekali.
"siapa kau mau jadi pahlawan hahahah". Tertawa kedua preman itu.
"Lepaskan dia kalau kalian tidak mau kena masalah, kalau mau uang kerja jangan malah mengambil hak orang lain ingat dosa". Ucap hafka.
"ceh gak usah sok ceramah di depan kami, dosa ya dosa kami masalahmu apa".
"udah sikat sekalian aja dia, kalau bisa dapat dua kenapa harus satu hahahah". Ucap preman yang lain.
Niuw.
Niuw.
Niuw.
Terdengar suara sirine mobil kepolisian yang hampir dekat dengan mereka. Kedua preman tadi ketakutan dan pergi meninggalkan verli dan juga hafka. Gak lama suara itu berhenti, namun mobil kepolisan tak datang. Ya tadi sebelum hafka turun dari mobil dia sengaja memutar alarm dengat menggunakan suara sirine kepolisian agar para preman itu pergi. Hmm cerdas ya hafka berfikir dulu sebelum bertindak. Jadi dia tidak mengotori tangannya untuk melukai orang lain.
"makasih karna kami sudah menolongku". Ucap verli sambil berdiri dan membersihkan bajunya yang sedikit kotor.
"iya sama-sama kalau gitu saya pergi dulu ***.......". belum hafka menyelesaikan biacaranya udah dipotong sama verli.
"tunggu dulu, kau yang dirumah sakit waktu itu kan". Tanya verli.
siapa ya apa dia mengenalku, aku lupa dirumah sakit waktu kapan?. Gumam hafka dalam hati.
"hei kau dengar aku bicara kan, kalau di ajak bicara tuh hadapnya kesini bukan kebawa terus". Ucap verli kesal dari tadi hafka hanya diam.
"apa anda yang waktu itu gak sengaja saya tabrak dirumah sakit!". Hafka baru ingat setelah mendengar suara verli. Hafka selalu menjaga pandangannya dengan yang bukan mahrom pantas dia gak begitu jelas melihat wajah verli.
"hmm baru ingat ternyata, bisa gak kalau bicara tuh hadap ke depan bukan malah kebawa!".
"maaf tidak baik saya melihat yang bukan sepantasnya saya lihat, anda bukan mahrom saya. Saya hanya ingin menjaga pandangan saja. Lain kali kalau mau keluar tutuplah aurat apa pantas seorang muslimah keluar dengan hanya berpakaian seperti ini? Jadilah muslimah yang taat". Tutur hafka mencoba menjelaskan kepada verli.
emang salah ya dengan pakaianku perasaan enggak, orang tuaku aja gak pernah mempermasalahkan pakaianku kenapa kau ngatur sekali!!" Ucap verli dengan kesal.
"anda kan seorang muslim pasti tau lah kewajibannya apa kalau seorang perempuan?."
" iya tau pakai hijabkan."
"kalau sudah tau kenapa tidak dilaksanakan itu kan suatu kewajiban, hmm sudahlah saya mau pulang gak baik berdiri begini disini terus-terusan kita bukan mahrom. Permisi assalamualaikum."Hafka berjalan kembali ke mobilnya meninggalkan verli.
"hei namamu siapa? aku belum tau namamu." Verli memanggil hafka kembali.
" anda tak perlu tau siapa nama saya, lebih baik anda pulang dari pada nanti preman itu kembali."Ucap hafka mengemudikan mobilnya pergi meninggalkan verli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments