Raya dan Hani keluar dari tempat makan tersebut sambil tertawa saja, dan sudah tidak membahas masalah tadi. Hani hanya kesal dengan Raya yang tidak bisa jujur dengan hatinya sendiri dan malah mementingkan perasaan orang lain.
Sedangkan Raya yang memang dari awal hanya ingin menikmati masa sekolah tanpa masalah dan kasus yang tidak penting, seperti bertengkar dengan teman hanya karena masalah laki-laki. Dia hanya menganggap apa yang terjadi tadi karena Hani begitu sayang padanya.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat pemberhentian bus kota yang ada di sebrang sekolah, sambil membicarakan beberapa hal tentang baju yang akan di pakai di acara perpisahan sekolah nanti serta make up yang tidak pernah di pakai sama sekali dengan Raya.
"Besok aku dandanin ya biar kamu tambah cantik Ra, " ucap Hani sambil menunjukkan beberapa gambar make up dari dalam buku majalah yang sedang di pegang.
" emang sekarang aku nggak cantik" tanya Raya sewot.
" biar tambah canti Ra, bukan berarti kamu jelek, ada kata tambahnya resek." sahut Hani sambil menepuk pundak Raya.
Raya hanya tersenyum mendengarkan ocehan Hani sambil sekali-kali mengelus pipinya yang masih terasa perih, karena sebenarnya kulit Raya sangat sensitif jadi agak terasa perih dan gatal di bekas tamparan Hani tadi.
setelah mereka duduk Rasyid dan Gunawan menghampiri mereka, tapi Rasyid pergi lagi sebelum sampai duduk disana.
" muka mu kenapa Ray, kayak habis kena tonjok gitu?" tanya Gunawan sambil memperhatikan pipi Raya.
" habis berantem sama Gua." jawab Hani sewot
" beneran Ray, kamu berantem?. Raya si pendiam berantem sama babon yang kayak drum bodol gini?" tanya Gunawan sambil mengejek Hani.
" Resek emang ya thu mulut, Gua cabein tau rasa." omel Hani sambil menutup majalah yang dia pegang tadi dan menyerahkannya ke Raya.
"suka suka ini mulut nggak ganggu orang, kalau nggak suka ya tutup ja tu kuping, susah amat." sahut Gunawan.
" pantes di tolak terus sama Raya, kelakuan lo kayak dakjal" seungut Hani sambil nunjuk muka Gunawan yang sudah merah padam.
" eh Raya thu bukan nolak, dia thu cuman gengsi sama kasian dengan sahabatnya yang juga di tolak terus sama sahabat gua si Rasyid." ejek Gunawan sambil memelet kan lidahnya ke arah Hani.
Raya yang mendengar itu hanya diem ja sambil membolak-balikan majalah yang sedang di pegang. kalau dia juga ikut mengomentari obrolan absruk mereka, maka pada akhirnya dia yang akan memukul kepala si resek Gunawan.
Tak beberapa lama Rasyid datang ke arah mereka dan duduk di samping Raya, dengan membawa batu es dalam cup minuman dan juga mengeluarkan sabu tangan dari dalam saku celana sebelah kanan, lalu membukus batu es tersebut dengan sabu tangan warna biru kombinasi yang sama persis dengan milik Raya yang telah Raya simpan dari zaman SMP, mereka beli sabu tangan itu bersama ketika akhir waktu SMP.
Tanpa banyak kata Rasyid memberikan sapu tangan yang telah di isi batu es itu kepada Raya dan menyuruhnya mengompres pipi Raya yang memerah tadi.
" pakai dulu, nanti kamu alergi." kata Rasyid, lalu dia mengambil kertas dalam tasnya dan sibuk kembali dengan urusannya.
" makasih sahut Raya." sambil mengompres pipinya.
Rasyid hanya tersenyum dan kembali membaca kertasnya.
Hani yang melihat itu tersenyum sambil merasa sakit hati dan bersalah dengan kisah cinta mereka yang lebih mementingkan sahabatnya dari pada cinta mereka.
sedangkan Gunawan lansung mengambil sapu tanga tersebut.
" sini biar aku ja yang ngompresin." rebut Gunawan.
" gak usah resek Gun, ini beneran sakit." tolak Raya sambil bergeser ke dekat Hani.
" ya tau, sini biar aku bantu." kata Gunawan. "aku thu perhatian nggak kayak si batu es yang malah sibuk sendiri." sindir Gunawan ke arah Rasyid.
"eh resek, yang lo bilang si es batu itu yang nyariin Raya obat, bukan lo. yang malah cuman ngomel ja." ejek Hani.
akhirnya Hani dan juga Gunawan bertengkar lagi dengan masalah yang berbeda, dan tidak beberapa lama Hani pulang karena jemputannya sudah datang.
"aku pulang duluan ya Ra," pamit Hani sambil mengambil majalah yang berada di pangkuan Raya.
" iya" sahut Raya sambil melambaikan tanga ke arah Hani.
Gunawan kembali menatap Raya, " Ray, pulang bareng aku ja yuk. aku bawa motor" ajak gunawan.
" kalau kamu bawa motor ngapain nunggu disini" sahut Raya, bukannya menerima ajakan malah bertanya, tentang keberadaan Gunawan di sini.
Gunawan hanya nyengir sambil menjawab." ya kan mau ngajakin kamu pulang bareng."
" bawa helm 2?" tanya Raya.
" 1, ngapain aku bawa 2 helm segala?" tanya Gunawan bingung.
" kalau gitu pulang sendiri ja kamu" sahut Raya.
" hah"
" kalau kamu bawa helm 1 ngapain ngajak aku pulang bareng, lalu lintas ada peraturanya bambang..." sewot Raya.
mendengar penjelasan itu Gunawan hanya tersenyum, lalu pamit pulang tidak lupa juga dia, mengancam Rasyid untuk menjaga Raya, dan jangan sampai Raya lecet sedikit pun. mendengar peralatan Gunawan yang aneh Rasyid hanya tersenyum saja lalu kembali mengambil sabu tangan yang di pegang Raya untuk mengompres pipinya yang mulai berkurang isinya dan mengisinya kembali dengan es batu lagi. setelah kembali terisi es batu, Rasul kembali memberikannya ke Raya.
" makasih" kata Raya yang hanya sebuah gerakan bibir saja.
Rasyid hanya tersenyum sambil menatap Raya dan bertanya apa yang terjadi kepada kedua pipinya.
" pipinya kena apa Ay?, kamu ada salah makan atau kebentur?" tanya nya.
" nggak pa-pa kok Id, cuman salah paham ja tadi sama anak-anak terus nggak sengaja ke tampar" jawab Raya menjelaskan.
" kalai ke tampar itu cuman sebelah Ay. kalau dua-duanya gini namanya sengaja." sahut Rasyid masih dengan gaya santainya.
" itu apa? " Raya mencoba mengalihkan pembicaraan dengan bertanya tentang kertas yang di pegang Rasyid.
" ini sambutan buat acara perpisahan besok" jawab Rasyid sambil menyerahkan lembaran tersebut.
Raya menerimanya dan membaca sekilas kertas itu, lalu menyerahkan kembali ke Rasyid, " jadinya kamu yang sambutan besok?, bukannya kamu nggak mau datang ke acara karena masih harus ngurus paspor dihari yang sama?" tanya Raya.
" iya, aku usahain urusannya selesai sebelum hari perpisahan, biar bisa lihat kamu cantik pakai baju perpisahan kita nanti" jawab Rasyid.
Setelah Rasyid menjawab itu, angkutan umum yang mereka tunggu datang Rasyid lalu mengambil tas Raya membawa nya di bahu sebelah kiri dan membuang cup bekas batu es ke tong sampah disana lalu membiarkan Raya masuk duluan ke dalam angkutan tersebut.
suasana didalam bis tersebut cukup sesak sehingga Raya sempat terdorong dan hampir membentur tiang besi tempat berpeganga Rasyid. tapi untungnya dengan sigap Rasyid menghalangi besi itu dengan tangannya lalu menarik Raya ketempat yang lebih aman.
setelah berjalan beberapa menit bi itu berhenti dan beberapa orang mulai turun, sehingga bis tidak sepadat sebelumnya.
setelah beberapa orang keluar dari bis tersebut, Rasyid melihat tempat duduk kosong agak jauh dari tempat mereka berdiri,Rasyid berjalan menggandeng Raya ke arah kursi tersebut, mempersilakan Raya duduk, lalu menyerahkan tas milik Raya yang di pegangnya tadi dan berdiri di depan Raya sambil berpegangan menghadapi Raya.
ketika melihat kebawah, Rasyid tidak sengaja melihat tali sepatu Raya yang mulai terlepas. Yang jika di biarkan nantinya akan berbahaya ketika turun dari bis ini. Rasyid tiba-tiba berjongkok.
Raya yang melihat Rasyid berjongkok merasa kaget, lalu bertanya, " kenapa Id?" kagetnya.
Rasyid hanya tersenyum lalu mengikat tali sepatu Raya dan kembali tegak kembali setelah selesai.
" lain kali hati-hati" nasehat Rasyid sambil mengelus kepala Raya dengan sayang. dan kembali menatap kedepan.
di perlakuakan seperti itu kedua pipi Raya yang memang sudah merah karena tamparan Hani, bertambah merah karena bahagia dan malu bercampur menjadi satu di hatinya.
***
Kadang cinta tidak butuh kata manis yang mengumbar janji. Cinta hanya butuh perlakuan manis yang menegaskan janji.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Kaisar Tampan
semangat kak. singgah juga ke novelku simpanan brondong tampan
2022-07-05
2