Tidak teras ini adalah ujian hari terakhir dari beberapa rangkaian ujian yang panjang untuk menempuh akhir pendidikan SMA selama tiga tahun ini. Siswa-siswi yang telah menyelesaikan ujian sekolah pun berbondong-bondong keluar dari ruang ujian masing-masing dengan muka lega dan penuh rasa cemas karena tinggal menunggu hasil ujian keluar bulan depan.
Beberapa siswa berjalan beriringan sambil menceritakan soal ujian yang bisa dan yang tidak bisa di jawab dengan benar ataupun asal pilih yang penting terisi dan tidak kosong saja. tidak kecuali Raya yang berjalan dengan beberapa temannya sambil menceritakan beberapa soal di ujian terakhir hari ini.
" Ra, tadi bisa jawab semua nggak?" tanya teman Raya yang berdiri di sebelah kirinya.
" ada beberapa soal yang aku masih ragu tadi, jadi kira-kira ja mana yang paling mendekati. Soalnya agak bingung untuk di pahami." jawab Raya. " kamu sendiri gimana May?" tanya Raya balik kepala Maya.
" aku sich jawab semua dong, Maya gitu lho" sombong maya sambil membusungkan dadanya.
" alah May orang kamu ja tadi jawaban nomer 20 sampai 30 nanya aku ja, kok songong." sewot Hani yang berdiri di sebelah kanan Raya.
Mendengar itu Raya tertawa sedangkan Maya hanya nyengir kuda sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal.
" ya elah Han, biarin gua sombong dikit ngapa.." cengir Maya sambil senyum.
" lah sombong tidak pada tempatnya." celetuk Raya. "kalau mau sombong coba belajar May, jang nyontek." jawab Raya sambil merangkul Maya dan Hani untuk berjalan lebih cepat.
Mereka masih tertawa sambil berjalan menuju gerbang sekolah dan menceritakan rencana perpisahan nanti. Setelah sampai gerbang sekolah Maya pulang duluan karena sudah di jemput sedangkan Hani dan Raya masih duduk di depan gerbang sekolah tersebut dan sedikit bercerita.
Hani dan Raya duduk di kursi dekat gerbang sekolah yang memang di sediakan untuk para murid menunggu jemputan ataupun angkutan umum.
Tiba-tiba "plak, plak." Hani menghadap Raya dan menampar pipi kanan dan kiri Raya sambil menangis. Lalu membenamkan wajahnya di antar tangan dan menunduk.
Raya yang syok hanya diam dan bingung melihat kearah Hani. Sambil mengelus punggung Hani dan mencoba menenangkan, agar tangisan Hani tidak menarik perhatian banyak orang di sekitar gerbang sekolah, walaupun sebenarnya sekolah sudah mulai sepi, namun masih ada beberapa siswa-siswi yang masih berlalu lalang untuk menunggu kendaraan umum maupun jemputan.
" kamu kenapa sich, Han? tanya Raya sambil mencoba menenangkan Hani.
" Kamu suka kan sama Rasyid?" tanya Hani tiba-tiba.
" maksudnya gimana?" tanya balik Raya yang masih bingung dengan kelakuan temannya satu ini.
"kamu sebenarnya juga suka kan sama Rasyid?" tanya Hani lagi
Raya hanya diam sambil mengerutkan keningnya, setelah itu dia paham arah pembicarakan Hani.
" kita ngobrol di tempat makan sebrang sekolah aja yuk, disini masih rame, nggak enak di lihat orang." ajak raya sambil berdiri dan menarik tangan Hani.
Hani hanya menurut saja sambil sesekali mengelap ingus dan air mata yang mulai mengalir ke pipinya dengan menggunakan tangan. Mereka berjalan bergandengan melewati zebra cross di depan sekolah dan sedikit berjalan ke arah selatan kearah tempat bakso yang sering mereka jadikan tempat nongkrong sepulang sekolah.
Setelah sampai ke tempat tersebut Raya lalu memesan 2 bakso dan 2 es teh untuknya dan Hani. setelah itu dia duduk disamping Hani menghadap ke arah jalan sambil melihat beberapa orang yang hilir mudik melakukan aktifitas mereka masing-masing.
" jadi?" tanya Raya sambil mengajar satu alisnya.
" aku tau kamu juga suka sama Rasyid kan?" tanya Hani sambil mengambil tisu dan mengelap air matanya yang masih terus mengalir.
" lalu?" sahut Raya meminta penjelasan.
" tapi kamu selalu diam ja kalau aku cerita aku suka sama Rasyid.." sewot Hani. "aku cerita karena aku tau kamu dekat dengan dia dan kamu selalu mendengar semua ceritaku." Hani mengambil jeda sambil sesegukan. " kamu selalu kasih nasehat begini dan begitu, padahal yang aku ceritain itu juga orang yang kamu suka juga."
Hani menghentikan ceritanya sambil masih sesegukan dan mencoha menormalkan nafasnya yang mulai sesak karena terlalu lama menangis. Raya hanya tersenyum mendengar Hani mengeluarkan semua yang ada dalam hatinya.
"harusnya kamu thu marah sama aku, Ra." lanjut Hani sambil menarik nafas. " yang cerita suka sama Rasyid nggak cuman aku kan masih ada yang lain juga?" tanya Hani sambil menatap Raya.
Raya hanya mengangguk sambil tersenyum.
" terus kamu ngasih nasehat yang sama ke mereka kayak ke aku juga?". tanya Hani lagi.
Raya hanya kembali mengangguk untuk menjawab pertanyaan hani tersebut.
" hati kamu thu di buat dari apa sich kok bisa-bisanya dengerin orang curhat tentang orang yang juga kamu suka?" Oke Hani yang memang geram dengan sikap Raya menyembunyikan semuanya selama ini.
" cuman 5 orang kok." jawab Raya santai.
" 5?" tanya Hani sambil mengangkat telapak tangannya menunjukkan kelima jarinya.
ketika Raya ingin menjelaskan, pelayan datang membawakn pesanan mereka tadi, akhirnya raya menyuruh Hani untuk makan dulu mengisi perut dulu, karena setelah selesai ujian pasti mereka lapar.
" makan dulu ja ya Han. Nanti kita lanjut lagi ngobrolnya." kata Raya sambil mengangka saus dan kecap ke dalam mangkuk baksonya.
selang 10 menit berlalu Hani meletakan sendoknya yang hanya di aduk-aduk saja sedari tadi. sedangkan Raya masih terus menikmati semangkuk bakso di depannya.
setelah selesai Raya kembali menatap hani dan "masih mau marah lagi atau nampar aku lagi nggak?"
tanya Raya sambil mengelap mulutnya dengan tisu dan membereskan meja di depannya agar tidak terlalu kotor.
" boleh?" tanya Hani sambil menaikkan alisnya
" boleh" jawab Raya santai.
tanpa menunggu lagi Hani lalu menampar Raya kembali beberapakali dengan sekuat tenaganya. Raya yang mendapat itu hanya tersenyum sambil mengelus pipinya yang terasa panas.
"sudah tenang, dan mau dengar alasanku?" tanya Raya santai.
Hani hanya mengangguk sambil meminum es teh did depannya.
" sebenarnya aku suka sama dia sudah lama, dari waktu SMP dulu, mungkin." Raya mencoba menjelaskan. " kami satu kelompok saat MOS (masa orientasi siswa) dulu, dan kami akrab sejak itu." jelas Raya sambil menarik nafas. " dan hanya sebatas itu, tidak ada apapun di antara aku dan dia. jadi,..." Raya memberi jeda sebentar mencoba menenangkan hatinya "aku tidak ada hak apapun untuk melarang orang lain suka sama dia, dan tidak juga bisa melarang orang bercerita tentang dia ke aku. Aku akan menjadi pendengar yang baik untuk mereka dan akan berikan solusi terbaik yang aku punya." jelas Raya sambil menatap ke arah Hani " pernah nggak aku kasih solusi kamu ke arah yang nggak baik tentang cinta mu ke dia?" .
Hani hanya menggelangkan kepalanya sambil kembali mengusap air matanya yang kembali mengalir.
"jadi kalau pun aku juga suka sama dia biar aku ja yang tau, dan jangan menyakiti yang lain, termasuk dia." jelas Raya.
" tapi dia juga suka sama kamu Ra." geram Hani.
" nggak usah ngarang kamu" jawab Raya cuek.
" semua orang juga tau dia suka kamu tapi dia ngalah sama Gunawan si resek itu. karena Gunawan udah terang-terangan ngejar kamu dari awal kita masuk sekolah ini." jelas Hani lagi
Raya mengerutkan keningnya sambil gelang-gelang kepala. " mana mungkin dia suka juga sama aku, nggak usah ngaco kamu Han."
" matamu buta apa gimana coba. setiap Gunawan mulai buat gara-gara sama kamu dia selalu ada buat nolongin kamu, jadi pengawal setia kemanapun kamu pergi, setiap duduk dikelas selama tiga tahun ini juga selalu dia pilih duduk dekat kamu. biar apa coba?" jelas Hani panjang lebar.
" terus kalau kamu tau dia sukanya sama aku ngapain kamu masih ngejar dia cantik?" tanya Raya sambil bercanda.
" ya kan aku nggak tau kalau kamu juga suka sama dia" sewot Hani.
Raya hanya tersenyum melihat temannya ini sudah mulai bisa sewot lagi, artinya dia sudah kembali bisa menenangkan dirinya.
" terus kamu tau aku juga suka sama dia dari mana?" tanya Raya yang merasa tidak ada seorang pun yang tau tentang itu.
Hani mengambil kertas dari tasnya " ini" tunjuk Hani sambil melatakkan kertas tersebut di atas meja dan menyodorkannya ke arah Raya.
Raya mengambil keras tersebut, kertas puisi yang dia posting 2 bulan lalu untuk website sekolah yang di sana berisi tentang kisah cinta yang tersembunyi dan terselip nama Rasyid.
"aku tau karena aku juga suka nulis, Ra." jelas Hani, "tapi aku sadarnya telat" lanjut hani sambil nyengir kuda.
"cuman kamu kan yang tau?" tanya Raya agak panik.
"ya kalau dia peka harusnya dia juga tau ya Ra." jawab Hani cuek sambil mengangkat bahunya.
Hani menarik nafas panjang dan mencoba menetralkan hatinya, "semoga ada jalan buat kalian ya Ra, kamu sama dia thu cocok banget. tapi.." Hani menjeda kalimatnya untuk menggoda Raya.
" tapi apa?" tanya Raya sewot.
" sama-sama gengsi" ejek Hani sambil tertawa.
Raya hanya diam mendengar semua penjelasan Hani, dan masih ragu dengan kata-kata hani tentang Rasyid yang juga suka padanya.
" ayok pulang Ra, thu para pengawal setia kamu udah jalan keluar gerbang pasti bakal nyariin kamu, kalau kamu nggak ada di tempat biasa nunggu pasti udah kayak orang kehilangan anak thu mereka." ajak Hani sambil pergi ke arah kasir untuk membayar makanan mereka tadi.
****
biarkan aku mencintaimu dalam diamku, walaupun aku tau cinta ini akan bertambah besar ketika aku menyimpannya rapat di relung hatiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments