Zia selesai mandi dan mengenakan handuk, Zia ingat Zaid melarangnya keluar kamar sampai baju yang dibelikan pelayan datang.
Zia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, setelah rambut nya terasa kering, Zia merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang belum pernah ia rasakan.
"Wah, kasur tamunya saja seempuk ini. apa lagi kasur milik Om Zaid."
Zia tertawa membayangkan dirinya tidur dikamar Om Zaid. Zia teringat bagaimana ciuman dari Om Zaid tadi pagi.
Deg.
"Kenapa ya, Om Zaid bisa mencium ku? apa dia laki-laki mesum? tapi kalau dia mesum, tidak mungkin dia minta maaf. tadi saat aku kedinginan Om Zaid tidak membalas pelukan ku. apa dia laki-laki baik? Oh Om Zaid, semoga saja kamu memang laki-laki baik dan bisa membawa ku dari kehidupan yang sulit ini." Zia bicara seorang diri sambil berguling ke sana kemari.
Zia tertidur.
"Kenapa gelap sekali?"
Zia mencari Hp yang ia selipkan dibawah bantal. Zia menghidupkan senter Hp dan mencari kontak lampu yang ada di kamar nya.
Zia menghidupkan lampu di kamarnya.
"Sudah jam 18. pantas saja aku merasa sangat lapar. Om Zaid kemana ya, apa dia lupa kalau aku ada kamar ini dan belum makan? Mbak yang membelikan baju juga belum datang, apa mereka semua melupakan ku?"
Zia masih menggunakan handuk dan nekat keluar kamar dengan membalut seluruh tubuhnya menggunakan alas kasur yang tersimpan di lemari kamarnya.
Tidak ada orang diruang tamu, lampu juga tidak dihidupkan. Zia menghidupkan senter Hp nya. pergi ke dapur untuk mencari makan malam.
Zia membuka semua bagian lemari yang ada dapur. tidak ada tanda-tanda makanan disimpan di sana. Zia pergi ke ruang makan, meja makan juga kosong. Zia duduk di kursi dan memakan buah pisang yang ada di atas meja.
"Om?"
"Ada orang di rumah?"
Zia memanggil berharap mendapat respon dari orang yang berada di rumah.
"Kemana semua orang? kenapa tidak ada yang menyahut? rumah juga gelap."
Zia menghabiskan satu pisang dan mengambil minuman di kulkas, banyak aneka minuman di kulkas, Zia mengambil botol air mineral dan meminumnya.
"Apa semua orang pergi? dan aku tinggal sendiri di rumah ini?"
Zia mulai khawatir dan merasa takut. Zia mencoba mencari kontak lampu, menelusuri dinding rumah itu dengan berjalan pelan. Zia menemukan kontak lampu dan menyalakannya. lampu diruang tengah hidup, Zia melihat sekeliling tidak ada tanda-tanda orang berada di rumah.
Zia duduk diruang tengah menunggu kehadiran penghuni rumah. Zia tidak sabar dan segera berjalan menuju pintu untuk keluar rumah. Zia ingat Kamar Om Zaid berada dilantai atas, Zia menghentikan langkahnya dan melihat lantai atas yang gelap. Zia tidak berani keatas apa lagi saat ini dia hanya mengenakan handuk dan selimut yang membungkus badannya.
Dari kaca rumah Zia melihat halaman yang gelap dan terlihat menyeramkan, Zia tidak berani keluar dan memilih masuk kekamar nya.
"Kemana semua orang?" apa ini akhir dari hidupku?"
Zia mulai menangis, walaupun air matanya mengalir Zia kembali membuka lemari berharap menemukan sesuatu yang bisa melindungi tubuhnya. Zia mengunci pintu kamar dan melihat semua isi lemari yang ada di kamar nya.
Zia menemukan celana panjang dan baju kaos yang sudah lama tidak digunakan. Zia memakai celana dan baju itu. Zia merasa kurang percaya diri karena baju dan celana yang ia gunakan kebesaran ditambah Zia tidak menggunakan pakaian dalam.
Zia memilih duduk di kasur. baterai Hp Zia juga sudah merah.
Jam 20, Zia mendengar suara mobil berhenti.
"Zia?"
Zaid memanggil Zia dengan suara lantang, Zaid tahu Zia belum memakai apapun dan juga belum makan.
"Dikamar Om." jawab Zia.
Zaid segera kekamar Zia, mengetok kamar Zia dan menjulurkan tas belanja yang ia bawa.
"Segera pakai dan keluar."
"Baik."
Zia membuka tas, segera memakai pakaian dalam dan baju tidur yang ada di tas itu.
Zia keluar kamar. Zaid langsung meraih tangan Zia dan membawanya keluar rumah.
"Om, Aku lapar."
"Aku tahu, aku membawa mu untuk pergi makan keluar."
"Kemana semua orang?"
"Masuk lah." Zaid membukakan pintu mobil untuk Zia. Zaid segera melajukan mobilnya. jalanan terasa sunyi dan menyeramkan.
Setelah beberapa lama berkendaraan mereka mulai melihat rumah penduduk yang diterangi lampu.
"Om, kenapa aku ditinggal sendiri?"
"Selagi kamu berada di rumah, kamu akan aman. rumah itu memiliki sensor keamanan. akan ada petugas yang datang jika sensor berbunyi."
"Kenapa lampu tidak hidup?"
"Tadi sore semuanya keluar, pelayan yang membelikan pakaian untuk mu mendadak diserang orang tidak dikenal, sekarang semuanya sedang di rumah sakit menjaganya. sebentar lagi akan ada petugas yang datang menghidupkan semua lampu."
"Apa daerah ini rawan kejahatan?"
"Sepertinya."
"Kenapa Om membangun rumah ditempat yang sangat terpencil?"
"Rumah itu hanya untuk menghilangkan rasa jenuh, Aku hanya datang sesekali kerumah itu. ini juga kunjungan pertama ku setelah kepergian kedua orang tua ku ke Qatar. biasanya kami selalu pergi bersama."
"Apa Om pernah membawa wanita lain?"
"Tidak."
Zia mendadak salah tingkah mendengar jawaban dari Om Zaid.
Mereka sampai di rumah makan sederhana di daerah itu. tidak ada pelanggan yang makan. Zia turun duluan dan segera memesan makan malam untuknya.
"Om mau makan apa?"
"Kamu saja, aku tidak lapar."
Zia segera duduk, Zaid menyusul dan duduk didepan Zia.
Pemilik rumah makan menghidangkan pesanan Zia.
"Mau minum apa dek?"
"Jeruk panas ada Buk?"
"Ada, Om nya mau dibuatkan juga?"
Zia menoleh kearah Om Zaid.
"Mau minum jeruk panas Om?"
"Boleh."
Zia melihat raut wajah Om Zaid penuh beban dan terlihat khawatir.
"Om, apa yang membuat Om khawatir?"
"Tidak ada, cepat habiskan makan mu."
Zaid melihat ponselnya dan fokus mengetik sesuatu.
Jeruk panas pesanan Zia sudah datang, Zia melanjutkan makan malam nya tanpa menghiraukan Zaid yang sibuk dengan ponselnya.
Zia telah selesai makan menghabiskan jeruk panasnya.
"Om, habiskan minumnya dan berikan aku uang untuk membayar makan dan minum ini."
Zaid tersenyum mendengar ucapan Zia.
"Biar aku yang bayar."
Zaid tidak menghabiskan minumannya dan segera membayar makan minum mereka.
Mereka kembali memasuki mobil dan pulang kerumah. mereka sampai dihalaman rumah, sekarang halaman rumah terlihat terang bahkan tampak cantik dengan hiasan lampu bulat yang berjejer menerangi sekeliling rumah.
"Om besok pagi aku mau pulang."
"Baiklah, aku akan mengantar mu."
"Aku juga ingin uang, tadi aku sudah menyapu halaman rumah."
"Berapa gaji yang kau inginkan?"
Zia tampak berpikir, Zia takut jika meminta terlalu banyak. tapi Zia memerlukan uang, Zia juga tidak tahu kapan akan bertemu Om Zaid lagi.
"Bolehkah aku meminta banyak?"
"Berapa? sebutkan saja."
"Mm,. aku butuh uang lima juta Om."
"Aku tidak punya uang kes sebanyak itu. boleh aku transfer saja?"
Zia mengangguk.
"Om tidak marah, aku meminta uang sebanyak itu?"
"Tidak, aku sudah janji. uangnya besok pagi aku transfer. boleh?"
"Baiklah."
Zia tersenyum dan segera keluar dari mobil.
Zaid melihat Zia yang berjalan didepan mobilnya.
"Kenapa disaat hati ku mulai terbuka kamu hadir Melani? dan sekarang kamu bekerja di perusahaan ku."
Tadi sore saat Zaid selesai mengurus administrasi dan biaya rumah sakit untuk pelayannya, Harun memberi kabar jika pihak HRD menerima karyawan baru dan ditempatkan di bagian perencanaan, karyawan baru itu adalah Melani.
Melani sudah bercerai dan sekarang menetap di kota tidak jauh dari perusahaan Zaid. Harun juga menyampaikan bahwa Melani meminta nomor ponsel Zaid.
Tadi saat Zia makan Melani mengirim pesan, menyapa Zaid, menanyakan keberadaannya dan kapan Zaid masuk kekantor.
Zaid membalas pesan Melani, menyebutkan dirinya sedang cuti dan belum tahu kapan kembali.
Zaid tahu dia tidak mungkin menghindar untuk bertemu Melani. Zaid berencana mengenal Zia dan mendekatinya, tapi Zaid ragu. Zaid takut hatinya kembali menerima Melani dan menyakiti Zia.
Zaid memilih menjalani semua ini dengan pikiran jernih dan tidak mau bertindak gegabah.
Zaid melihat Zia yang masih berdiri didepan rumah.
Zaid segera keluar dari mobilnya.
"Kenapa tidak masuk?"
"Takut, Om kenapa lama di mobil?"
"Tadi memikirkan sesuatu."
Zaid membuka pintu rumah dan mempersilahkan Zia masuk. mereka bicara sambil berdiri diruang tengah.
"Om, mobilnya tidak dimasukkan di garasi?"
"Nantik ada yang memasukkan. malam hari ada tim keamanan yang berjaga, jangan khawatir. sekeliling rumah juga sudah ditembok dan dipasang alat keamanan."
"Oh. apa rumah selalu dijaga saat Om tidak di rumah?"
"Ya, tapi penjagaannya tidak terlalu ketat dan tidak banyak orang. penjagaan diperketat saat kami berkunjung saja. pelayan di rumah ini juga menetap disini saat kami berkunjung. jika kami tidak disini mereka hanya datang sekali seminggu untuk membersihkan rumah ini"
"Artinya rumah ini sering kosong?"
"Ya, apa kamu takut tidur sendiri?"
"Belum tahu, aku coba dulu."
"Sebaiknya tidak usah mencoba, kita tidur sekamar saja. aku janji tidak akan mengganggu mu dan berbuat hal yang tidak baik."
"Om janji? Aku tidak mau dirugikan."
"Aku janji dan aku tidak akan merugikan mu."
"Baiklah."
Zaid tersenyum dan meraih tangan Zia, membawanya kelantai atas untuk tidur di kamar nya.
Zia tidak merasa takut terhadap Om Zaid, Zia percaya Om Zaid orang baik dan akan menepati janjinya.
Zia melihat kasur Om Zaid yang lebar.
"Om, Zia tidur di kasur ya. ingat janji Om."
"Iya, kamu tenang saja. gosok gigi dulu baru tidur."
Zia mengangguk dan pergi kekamar mandi, Kamar mandi Om Zaid sangat luas dan fasilitasnya juga mewah. ada dua sikat gigi dikamar mandi, Zia memilih satu dan menggunakannya.
Zia keluar dari kamar mandi dan melihat Om Zaid yang berdiri didepan jendela kamar menghadap keluar. Zia menyusul dan ikut melihat pemandangan diluar.
"Lihat apa Om?"
"Lihat pemandangan yang gelap dan sunyi. biasanya selalu melihat cahaya lampu dan keramaian kota." Zaid tersenyum melihat Zia.
"Berapa usia Om?"
"28 tahun, usia mu?"
"20 tahun."
Mereka saling menatap dan tersenyum.
"Apa rencana mu setelah pulang dari sini?"
"Menunggu panggilan kerja dari Om Suryo."
"Siapa dia?"
"Dia tetangga satu komplek, kami tinggal di perumahan."
"Apa aku bisa berkunjung kerumah mu?"
"Bisa, tapi jangan membawa mobil sport itu."
"Kenapa?"
"Aku takut jadi bahan gunjingan tetangga."
Zia tidak ingin istri paman nya mengetahui jika dia memiliki kenalan orang yang kaya raya.
"Baiklah, aku akan datang dengan mobil lain atau motor."
Zia tersenyum mendengar jawaban Om Zaid.
"Boleh aku minta nomor ponsel mu?"
Zia mengangguk dan membacakan nomor ponselnya.
Zia berencana menyimpan nomor Om Zaid, Zia melihat ponselnya yang tidak mau lagi menyala. Zaid melihat ponsel Zia, ponsel yang sangat memprihatinkan. layar ponsel Zia dipenuhi bekas retakan.
"Om, aku tidur duluan."
"Ya, tidurlah yang nyenyak. besok kita berangkat pagi."
Zia segera berbaring di kasur lebar dan super nyaman milik Om Zaid. Zia bersyukur bisa merasakan dan melihat fasilitas super mewah di rumah Om Zaid.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Tary Alawiyatul Lestary
lnjut
2022-07-03
1