Awal pertemuan

Pagi ini Zaid sudah siap untuk segera berangkat menuju rumahnya. perjalanan yang cukup jauh harus ditempuh Zaid. Zaid berangkat seorang diri.

"Kemana Bos?" tanya satpam yang berjaga di perusahaan.

"Pulang."

Satpam itu tersenyum. dalam hati satpam itu merasa bersyukur artinya selama Zaid pergi karyawan perusahaan tidak harus lembur, Satpam memiliki kekasih yang bekerja di perusahaan, kekasihnya sering tidak bisa menikmati malam minggu karena Zaid sering mengajak karyawan bagian perencanaan untuk lembur tanpa mempertimbangkan akhir pekan.

Zaid melihat Satpam itu tersenyum.

"Silahkan menikmati masa senggang dan ingatkan kekasih mu untuk terus memiliki ide rancangan produk baru."

"Siap Bos." satpam merasa malu karena Zaid berhasil membaca pikirannya.

Zaid tahu selama ini karyawannya mengeluh jika diajak lembur saat akhir pekan, Zaid merasa kesepian jika harus menghabiskan akhir pekan seorang diri di perusahaan, karena itu Zaid sengaja mengajak mereka lembur dan memberikan karyawannya makan enak serta uang lembur yang langsung dibayar saat mereka pulang.

"Aku berangkat." Zaid mengirim pesan kepada Harun.

Zaid segera ke parkiran dan melaju dengan mobil sport nya.

Setengah jam perjalanan Zaid menghentikan kendaraannya karena bertemu lampu merah. Zaid melihat seorang gadis yang melintas didepannya memakai jas seperti miliknya yang dibuang Harun. gadis itu hanya menggunakan celana jins pendek selutut, rambut pendek sebahu yang dibiarkan begitu saja.

Zaid memperhatikan kemana gadis itu pergi, Zaid melihat gadis itu memasuki toko pakaian bekas ekspor. setelah 60 detik lampu merah berubah menjadi hijau, Zaid segera melajukan kendaraannya mencari jalan untuk berbelok dan segera ke toko yang dimasuki gadis yang memakai jasnya.

"Saya hanya sanggup bayar dua ratus ribu, kalau kamu setuju terima uang ini dan tinggalkan jas itu." ucap pemilik toko menawar jas yang dikenakan Zia.

"Mustahil jas ini hanya laku dengan harga dua ratus ribu, aku juga sudah jalan kaki hampir satu jam menuju toko ini. tapi dari pada aku pulang dan mencari toko lain tidak ada ruginya kalau aku terima uang dua ratus ribu ini." batin Zia.

Zia segera melepas jas yang ia pakai, Zia sengaja memakai jas itu untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai baju kaos lengan pendek.

"Sayang kenapa kau menjual jas ku? maaf pak, kami tidak jadi menjual jas ini." Zaid menahan jas yang diserahkan Zia kepada pemilik toko.

Zia terkejut dan terpana melihat Zaid yang menahan jas, yang baru ia lepas.

"Kami permisi dulu pak." Zaid merangkul pundak Zia dan menggiringnya keluar toko.

Zaid memasukkan Zia kedalam mobil sport nya. membawa Zia ikut bersamanya.

"Ya tuhan aku memang berharap bertemu laki-laki kaya, tapi bukan suasana seperti ini. aku ketahuan mengambil milik orang lain dan menjualnya, bagaimana jika rumah ku terjual untuk menebus kesalahan ku? Oh tidak, apa yang harus aku lakukan? kemana aku akan dibawa? tenang Zia, tenang. nikmati dulu duduk di mobil mewah ini. jika mobil ini berhenti maka kamu bisa menyerang pria ini." Zia berucap sendiri dan menenangkan pikirannya yang kalut.

"Apa kau sudah menjual cincin yang ada di jas ini?"

"ti, tidak. aku menyimpannya di rumah." jawab Zia dengan suara gemetar.

"Dimana rumah mu?"

"Aku tidak bisa membawa Om kerumah, kita janjian saja. turunkan aku disini. aku akan pulang dan mengambil cincin itu."

Zaid tertawa mendengar Zia yang memanggilnya dengan sebutan Om.

"Apa aku terlihat tua?"

"Tidak, aku terbiasa memanggil seperti itu."

Zaid menghentikan mobilnya dan melihat wajah Zia dengan jelas. wajah yang terlihat ketakutan tapi tetap menggemaskan.

"Nama ku Zaid, jangan memanggilku dengan sebutan Om. karena panggilan itu dapat menggoda iman ku."

"A, aku Zia. baiklah pak." jawab Zia yang masih ketakutan.

Zaid kembali tertawa kecil mendengar Zia memanggilnya dengan sebutan Pak.

Zaid lebih menyukai panggilan ini, karena di perusahaan Zaid sudah biasa dipanggil pak.

"Berikan aku nomor orang tua mu, aku ingin menghubungi mereka."

"Tidak ada, kedua orang tua ku sudah meninggal empat bulan lalu." jawab Zia menatap Zaid penuh balas kasihan.

"Oh, jadi kau anak yatim piatu?"

"Ya."

"Ikutlah dengan ku, aku tidak akan berbuat macam-macam. aku hanya butuh teman untuk bercengkrama."

Zaid segera melajukan mobilnya, Zia melihat Zaid tersenyum kecil.

"Kenapa dia tersenyum? apa dia memiliki niat tertentu? apa aku bisa percaya ucapannya?" batin Zia.

Tiga puluh menit berkendaraan.

"Maaf Om, kita mau kemana?"

Zaid mengangkat alisnya sebelah dan diam tidak menjawab pertanyaan Zia. Zia lupa dengan panggilan yang dilarang Zaid untuk diucapkan. sudah menjadi kebiasaan Zia memanggil laki-laki lain dengan sebutan Om.

"Om, aku mampu menghapal jalan yang kita lalui, jadi jangan macam-macam."

Zaid tetap tidak bersuara.

Zia merasa kedinginan karena Ac yang menyala, Zia melihat jas yang ia kenakan ditempat duduk belakang. Zia mengambil jas itu dan kembali memakainya.

Zaid hanya menoleh sebentar dan kembali fokus menyetir.

"Maaf Om, aku pakai lagi jas ini. aku kedinginan."

Zaid tersenyum dan menepikan mobilnya.

"Kau menyukai jas itu?"

"Tidak, aku hanya butuh pelindung untuk menghangatkan tubuh."

Zaid tersenyum dan mencium bibir Zia. Zia reflek menarik rambut Zaid untuk menghentikan Zaid.

"Aku bukan perempuan murahan, aku hanya ingin semua yang ada ditubuh ku dicicipi suami ku. bukan pria mesum seperi Om."

Zia keluar dari mobil dan membanting pintu mobil.

Zaid merasa bersalah, Zaid juga tidak menyangka kenapa bisa melakukan hal yang tidak baik kepada gadis yang baru ia kenal. Zaid segera keluar mobil dan mengejar Zia yang belum jauh.

"Nona muda maafkan aku, aku berjanji tidak akan mengulang perbuatan seperti itu lagi. kembalilah, ikut bersama ku. aku ingin mengenal mu lebih jauh."

Zaid menahan tangan Zia sebelah. Zia menoleh dan melihat wajah tulus dari Zaid. Zaid benar tampan dan juga tinggi.

"Aku tidak bisa ikut Om, aku harus bekerja."

"Aku akan memberimu pekerjaan dan membayar mu seberapa kamu mau."

"Tidak, aku takut."

"Beri aku kesempatan, aku akan menjaga mu dan tidak akan berbuat macam-macam."

Zia tahu Zaid tidak akan melepas tangannya begitu saja. Zia melihat sekeliling ternyata tidak ada rumah penduduk, hanya ada pohon dan jalan juga sepi.

"Dari pada mati dijalan lebih baik ikut Om ini, setidaknya aku masih bisa melawannya jika hanya dia seorang." batin Zia.

Zia memutar badannya dan berjalan duluan, kali ini Zia seperti membawa Zaid menuju mobil. Zaid tersenyum,ternyata Zia sangat penurut dan juga menggemaskan.

Zaid membukakan pintu mobil untuk Zia. Zaid menekan tombol untuk membuka bagian atas mobil.

"Buka lah jas itu, kau tidak akan kedinginan lagi."

Zia menurut dan membuka jas itu, Zaid mengambil jas itu dan menaruhnya di kursi belakang.

Mereka melanjutkan perjalanan, Zia sangat menikmati perjalanan ini, apalagi pemandangan alamnya juga cantik, Zia melihat hamparan sawah yang luas, saat melewati bangunan Zia membaca merek dan nama daerah yang mereka lalui.

Setelah lama berkendaraan, Zia merasa memasuki area hutan yang belum disentuh manusia, masih terdapat banyak pohon ukuran besar dan jalan tertutup cahaya matahari.

Zia melihat pagar tinggi didepannya. pagar itu terbuka sendiri. jalan sedikit menurun dan kembali menemukan jalan yang datar. Zaid menghentikan mobilnya. Zia menoleh ke kanan dan melihat rumah mewah bertingkat dengan cat berwarna putih, rumah itu dipenuhi kaca putih sehingga bisa melihat isi didalam rumah itu.

"Kita sudah sampai, ayo turun."

"Tunggu." Zia menahan tangan Zaid.

Zaid menoleh dan melihat wajah Zia.

"Ini rumah Om?"

"Iya."

"Ada siapa saja di rumah?"

"Hanya kita berdua dan ada beberapa orang pelayan."

"Berapa lama kita disini?"

"Selama yang kau mau."

"Aku tidak bisa lama, aku harus bekerja."

"Lihatlah kedalam, lakukan pekerjaan yang bisa kau lakukan dan minta gaji kepada ku jika sudah selesai bekerja."

"Om jangan mesum."

"Tenang, aku sudah janji."

Zia tersenyum melihat Zaid, senyum yang sangat tulus dan terlihat menggemaskan.

"Berapa lama lagi aku ditahan?"

Zia tersadar, ternyata dari tadi tangannya menahan tangan Om Zaid. Zia segera melepas pegangan tangannya dan tersenyum cantik.

Zaid keluar dari mobil begitu juga dengan Zia.

Zaid langsung menuju lantai dua. meninggalkan Zia ditengah rumah.

Tiga orang pelayan rumah menghampiri Zia.

"Halo nona cantik, selamat datang. mari kami antar kekamar."

"Tidak usah, aku harus bekerja. Om Zaid sudah memberiku izin untuk bekerja."

Ketiga pelayan perempuan itu heran dengan jawaban Zia.

"Tidak ada pekerjaan untuk nona, istirahatlah." ucap salah satu pelayan yang lebih tua.

"Tidak, aku harus menemukan pekerjaan, aku ingin membuktikan ucapan Om mesum itu."

Ketiga pelayan itu tersenyum mendengar Zia menyebut Zaid dengan Om mesum.

Zia meninggalkan mereka dan berkeliling sendiri di rumah yang luas itu. semua tampak terawat dan juga bersih. Zia bingung harus melakukan apa.

Zia menemukan ketiga pelayan itu di dapur.

"Aku mau masak, aku juga lapar."

"Nona tidak usah masak, kami sudah siapkan."

"Jangan panggil aku Nona, nama ku Zia, panggil saja Zia."

Walaupun sedikit ragu, ketiga pelayan itu patuh dan mencoba menyebut nama Zia.

"Ikut saya Zia, saya akan mengantar mu ke ruang makan."

Zia tersenyum dan mengikuti pelayan itu.

Zia duduk di kursi makan yang tidak terlalu besar, hanya ada enam kursi.

Kedua pelayan datang membawakan hidangan untuk disantap Zia.

"Wah, kenapa bisa masak sebanyak ini?"

Zia kagum dengan hidangan yang disajikan pelayan rumah itu, banyak aneka lauk yang bisa disantapnya.

"Ya tuhan apa ini nyata? kenapa rasanya aku berada di alam dongeng, bertemu pria kaya, ganteng dan dirumahnya aku diperlakukan seperti seorang putri. semoga ini bukan awal kehancuran hidup ku. aku ingin ini menjadi nyata dan awal kebahagian ku." Zia berdoa didalam hatinya.

"Silahkan dimakan."

"Baiklah, terimakasih."

Zia tanpa malu langsung makan hidangan yang sudah mereka sajikan. Zia makan dengan lahap, apalagi Zia sudah lama tidak makan enak. semua hidangan terasa lezat. Zia ingat Om Zaid belum makan.

"Maaf apakah hidangan ini masih ada?"

"Semua ini hanya untuk Zia, untuk tuan Zaid kami sudah siapkan."

"Oh, pantas saja semuanya lauknya ditaruh di piring kecil, ternyata ini khusus untuk ku. baiklah aku akan habiskan semuanya."

Ketiga pelayan itu tersenyum mendengar ucapan Zia. Zia benar-benar menghabis semua hidangan yang disajikan. Zia menyusun piring yang sudah kosong.

"Biarkan kami yang membersihkan meja."

"Tidak, aku ingin bekerja." Zia menyusun piring kotor keatas meja dorong yang digunakan pelayan saat membawakannya hidangan.

"Maaf aku lupa, apa mbak-mbak sudah makan?" sangking fokusnya makan Zia lupa mengajak pelayan di rumah itu untuk makan bersamanya.

"Kami sudah makan, kami memiliki majikan yang baik, kami tidak akan kelaparan." jawab salah satu dari mereka.

"Oh syukurlah, berarti Om mesum itu orang baik." batin Zia.

"Saya saja yang cuci piring kotor ini." Zia mendorong meja itu dan membawanya ketempat pencuci piring.

Selesai mencuci piring Zia keluar rumah dan menyapu halaman belakang yang hampir dipenuhi daun yang berguguran.

Satu jam Zia menyapu, keringat Zia juga sudah bercucuran.

"Gila, halaman seluas ini bagaimana mau bersih."

Zia melihat kebelakang masih ada daun yang berjatuhan.

"Aku tidak sanggup lagi menyapu. tanganku juga sudah kaku."

"Kenapa memaksa diri?." Zaid datang menghampiri Zia

Zaid mencium bau keringat Zia yang tidak sedap.

"Kenapa bekerja sampai berkeringat sebanyak ini? aku tidak punya baju perempuan di rumah."

Zia teringat dia datang tanpa persiapan apapun.

"Aku pinjam baju mbak di rumah ini saja."

"Tidak usah, biar aku suruh mereka membelikan pakaian untuk mu. berapa ukuran mu?"

Zia langsung tanggap menutup tubuh bagian depannya dengan kedua tangannya.

"Biarkan aku bicara dengan mbak itu, aku tidak mau menyebutkannya."

Zaid tersenyum mendengar jawaban Zia. Zaid memanggil salah satu pelayan di rumah menggunakan walkie talkie yang ada ditangannya.

Salah satu pelayan datang menghampiri mereka.

"Bicaralah dengannya, sebutkan apa yang kau butuhkan," Zaid meninggalkan Zia bersama pelayan.

Zia menyebutkan semua yang ia perlukan, pelayan itu mencatat nya dengan rinci. setelah selesai pelayan itu pergi meninggalkan Zia.

Zia merasa gerah dan perlu menyegarkan diri. Zia melihat tempat mandi berbentuk kolam kecil airnya mengalir seperti air sungai terlihat jelas aliran air masuk dan keluar dari kolam itu.

"Mau apa?" tanya Zaid yang melihat Zia mendekati kolam kecil yang biasa ia gunakan untuk berendam sebentar.

"Aku mau mandi."

"Baju ganti mu belum ada."

"Biar saja, aku bisa memakai handuk."

"Tapi..." belum sempat Zaid melanjutkan ucapannya.

Zia sudah melompat menceburkan dirinya kedalam kolam yang terlihat dasarnya.

"Aaa."

Zia berteriak dan keluar dari kolam kecil itu. Zia berlari dan memeluk tubuh Zaid.

"Dingin Om."

Zaid tertawa mendengar ucapan Zia.

"Kau gadis nakal, lihat pakaian ku jadi basah."

"Kenapa tidak memberitahu ku jika air di kolam itu sangat dingin, padahal ini sudah mau tengah hari."

"Salah sendiri kenapa menceburkan diri."

Zaid merasakan tangan dan tubuh Zia gemetar karena dingin. Zaid menghubungi pelayan dan meminta mereka membawakan handuk. Pelayan segera datang dan memberikan handuk yang diminta Zaid.

Zaid mengusap kepala Zia dengan handuk dan menyelimuti punggung Zia.

"Tolong siapkan air mandi hangat dikamar tamu, aku akan membawa nona ini kerumah."

Pelayan itu mengangguk dan segera menyiapkan air hangat untuk Zia mandi.

Zaid mengendong Zia dan membawanya kekamar tamu.

"Mandilah dan jangan keluar kamar sebelum baju ganti mu datang."

Zia mengangguk patuh.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Sandrie

Sandrie

wah Zaid belum apa-apa udah romantis bener,,ah jadi baper🤭🥰

2022-07-13

0

lihat semua
Episodes
1 Mencari Pekerjaan
2 Makan enak
3 Gara gara Jas
4 Awal pertemuan
5 Melani kembali
6 pendek dan miskin
7 Zia merasa jelek
8 Bertemu Melani
9 Kerumah Zia
10 Tunangan
11 Bertemu keluarga Zaid
12 Permasalahan
13 Mencari solusi
14 Bertemu Paman
15 coretan author
16 Pendaftaran pernikahan
17 Berangkat
18 Mabuk perjalanan
19 Perjanjian
20 Bertemu keluarga Pak Ngah
21 Ketahuan Ali
22 Perbedaan hidup
23 Belanja
24 Bos dan Asisten
25 Belajar masak
26 Lamaran
27 Malam terakhir dengan status bujang, gadis
28 Kembali kekota
29 Berkunjung ke rumah ortu Zaid
30 Pingsan
31 Menghindar dari Melani
32 Siasat Melani
33 Serly ketahuan
34 Zia kelelahan
35 Melihat Paman
36 Berangkat ke Qatar
37 Tertidur dipinggir jalan
38 Bertemu Melani dan Serly
39 Melihat perempuan seperti Tante
40 Dodi Ketahuan
41 Masalah dengan Rianti selesai
42 Intan yang tersimpan
43 Kesepakatan Zia dan Zaid
44 Bertemu Paman
45 Mengenang awal pertemuan
46 Kemarahan Melani
47 Mengunci langkah Melani
48 Fitnah
49 Keke mendapatkan Harun
50 Bertemu Melani
51 menginap di rumah Keke
52 Tekad Melani
53 Gajian
54 Melani dan Kevin
55 Syukuran
56 Zia kesal
57 Menunggu Zaid pulang
58 Bertemu ibu Melani
59 Cemburu
60 Melihat laut
61 Rianti ketahuan
62 Motor baru
63 Vitamin untuk Zaid
64 Bertemu Melani lagi
65 Kebahagian sesaat
66 promosi novel baru
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Mencari Pekerjaan
2
Makan enak
3
Gara gara Jas
4
Awal pertemuan
5
Melani kembali
6
pendek dan miskin
7
Zia merasa jelek
8
Bertemu Melani
9
Kerumah Zia
10
Tunangan
11
Bertemu keluarga Zaid
12
Permasalahan
13
Mencari solusi
14
Bertemu Paman
15
coretan author
16
Pendaftaran pernikahan
17
Berangkat
18
Mabuk perjalanan
19
Perjanjian
20
Bertemu keluarga Pak Ngah
21
Ketahuan Ali
22
Perbedaan hidup
23
Belanja
24
Bos dan Asisten
25
Belajar masak
26
Lamaran
27
Malam terakhir dengan status bujang, gadis
28
Kembali kekota
29
Berkunjung ke rumah ortu Zaid
30
Pingsan
31
Menghindar dari Melani
32
Siasat Melani
33
Serly ketahuan
34
Zia kelelahan
35
Melihat Paman
36
Berangkat ke Qatar
37
Tertidur dipinggir jalan
38
Bertemu Melani dan Serly
39
Melihat perempuan seperti Tante
40
Dodi Ketahuan
41
Masalah dengan Rianti selesai
42
Intan yang tersimpan
43
Kesepakatan Zia dan Zaid
44
Bertemu Paman
45
Mengenang awal pertemuan
46
Kemarahan Melani
47
Mengunci langkah Melani
48
Fitnah
49
Keke mendapatkan Harun
50
Bertemu Melani
51
menginap di rumah Keke
52
Tekad Melani
53
Gajian
54
Melani dan Kevin
55
Syukuran
56
Zia kesal
57
Menunggu Zaid pulang
58
Bertemu ibu Melani
59
Cemburu
60
Melihat laut
61
Rianti ketahuan
62
Motor baru
63
Vitamin untuk Zaid
64
Bertemu Melani lagi
65
Kebahagian sesaat
66
promosi novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!