Menelusuri Jalan Hidup Yang Baru

Adakalanya berpamitan itu menjadi alasan utama untuk menanamkan rasa rindu. Namun, acap kali di artikan sebagai salam perpisahan. Akan tetapi, Habib tak mau menganggap kepergiannya ini sebagai sebuah salam perpisahan. Melainkan sebuah kenangan 'tuk masa depan.

Terkesan buru-buru memang apa yang Habib lakukan saat ini. Tapi, ... sebenarnya tidak juga. Sebab, tanpa sepengetahuan siapapun Habib telah jauh-jauh hari memikirkan hal ini.

Bahkan, bisa di bilang sejak awal ia sudah merencanakan hal ini. Tapi, di karenakan ada kendala ketika ia akan melaksanakan niatnya. Alhasil, dia mengulur sementara waktu niatnya itu untuk pergi kuliah ke luar negeri.

Salah satu alasan Habib tak jadi mengutarakan isi hatinya adalah karena kesehatan mamanya. Pauline yang semakin hari semakin terlihat stres dan frustrasi, membuat Habib berpikir untuk berhenti bermimpi kuliah di luar negeri.

Ya, begitulah kira-kira yang terjadi sebenarnya pada Habib kala itu.

...----------------...

UNESA, Surabaya ....

Setibanya Habib di kampus, ia memarkirkan sepeda motornya. Ia berjalan menelusuri koridor kampus. Tak lama kemudian ia bertemu dengan teman-temannya di sana.

“Hai, Bib! Kapan sampai?” sapa Vikal dan Adnan.

“Baru, aja. Kalian udah dari tadi sampainya?”

“Belum lama juga, kok. Eh, jadinya kamu pindah ke universitas mana? Ke negara mana lebih tepatnya?” tanya Adnan.

“Iya, Bib. Kamu mau pergi ke mana setelah memutuskan untuk keluar dari kampus ini?” timpal Vikal pula.

“Belum tau. Nanti, deh aku tanyakan sama rektor. Siapa tau beliau tau universitas yang bagus,” jawab Habib.

“Kabari kita, ya kalo kamu udah tau mau pindah ke mana.”

“Pasti. Yuk, jalan!” Mereka pun melanjutkan langkah menuju kelas.

...----------------...

Seoul, Korea Selatan ....

Do Hyun beserta rekan-rekannya telah berhari-hari mencari kemana gerangan perginya nona mudanya itu. Tapi, lagi-lagi mereka masih belum bisa menemukan keberadaan Mi Kyong saat ini.

“Daleun gos-eseo chaj-aya habnida. Sasil, agassi eodi gass-eo? Dangsin-eun hangsang naleul dangsin-e daehae geogjeonghago geogjeonghage mandeubnida.” gumam Do Hyun yang tak habis pikir akan sikap Mi Kyong padanya.

{Harus kemana lagi aku mencarinya. Sebenarnya, kamu pergi kemana Nona? Kau selalu saja membuatku khawatir dan cemas akan dirimu.}

Pada saat Do Hyun tengah melirik ke sana kemari. Nyatanya ada yang jauh lebih panik dan merasa bersalah dari pada Do Hyun saat ini.

“Cheonghuiya, hogsi uliga geu agassiga domang-gan ttaeleul algo iss-eossdaneun geol nuga almyeon junbidwaessni?”

{Chung Hee, apa kau sudah siap bila ada yang mengetahui kalau kita sebenarnya tau ketika nona muda kabur?}

“Ya, geu yaegi geumanhae! Najung-e hoejangnim-i almyeon uliga wiheomhal sudo iss-eoyo. Algess-eo, heum?”

{Hei, berhenti membahas hal itu! Nanti, kalau ketua tau bisa-bisa kita dalam bahaya. Apa kau paham, hmm?}

Mereka pun kembali fokus untuk mencari Mi Kyong.

...----------------...

“I nal-eun gwangwang-e choejeog-ibnida. Jigeum dangjang yeogiseo naganeun ge joh-eul geoya.” ujar Mi Kyong yang baru saja keluar dari penginapan.

{Hari ini begitu sempurna untuk jalan-jalan. Sebaiknya aku pergi sekarang saja dari sini.}

Suhu yang beberapa hari sebelumnya begitu dingin, kini sudah mulai sedikit menghangat. Jadi, Mi Kyong tidak terlalu cemas bila harus berada di luar untuk waktu yang lama.

Bola matanya memandangi ke segala arah di sekitarnya. Siapa sangka dia akan melihat beberapa antek-antek ayahnya akan berada di sana, juga?

“Ha?! Igeon eottaeyo? Naneun jigeumkkaji chungbunhi meolli tteol-eojyeo iss-eossda. geuleonde wae geudeul-eun ajig naleul chajneun geos-eul meomchuji anhneun geolkka? Jinsim-eulo, ibeon-eneun na-ege hwaga issda!”

{Hah?! Bagaimana ini? Aku sudah pergi begitu jauh dan cukup lama. Tapi, kenapa mereka masih saja belum berhenti mencari ku? Gawat, celaka lah aku kali ini!}

Mi Kyong mengendap-endap berjalan di belakang mereka. Akankah ia berhasil lolos kali ini? Semoga saja Dewi Fortuna masih berpihak padanya.

Baru saja Mi Kyong merasa dirinya berhasil, lalu siapa sangka bahwa ternyata ... itu tidaklah benar.

“Ya, Migyeong! Geogiseo mwohae, heum?”

{Hei, Mi Kyong! Sedang apa kau di situ, hmm?}

Bak kucing yang tertangkap basah mencuri ikan asin. Mi Kyong hendak berlari akan tetapi langkah kakinya terhenti. Sebab, dua pria yang pernah dibodohi olehnya telah beraksi. Alhasil, Mi Kyong tak dapat melarikan diri.

“Ibwa, nal nwajwo!” jeritnya yang tak ingin di bawa pulang.

{Hei, lepaskan aku!}

...----------------...

Lee Joon Woo tampak termenung di atas balkon kamarnya. Dari atas, ia memperhatikan Mi Kyong yang baru saja di seret masuk ke dalam rumah. Joon Woo tak habis pikir, bahwa Mi Kyong selalu saja membuat cemas dan khawatir dirinya.

“Migyeong ... Migyeong! Dangsin-ui ileon haengdong-i iss-eul ppun-ibnida. Haluhaluga dabdabhaji anhge heulleoganeyo.”

{Mi Kyong ... Mi Kyong! Ada-ada saja kelakuanmu ini. Setiap hari tiada hari tanpa membuat ku frustrasi.}

Joon Woo turun ke lantai bawah, ia memeriksa keadaan putri cerobohnya itu dengan seksama. Tatapan matanya tertuju pada putri semata wayangnya.

Joon Woo memberi kode pada antek-anteknya untuk melepaskan Mi Kyong. Serta memberikan mereka waktu berdua saja untuk berbicara.

Do Hyun dan anak buahnya lekas pergi meninggalkan anak dan ayah itu di ruang tamu. Mi Kyong sama sekali tak ingin melirik sedikitpun pada ayahnya.

“Anj-a, naneun dangsin-eul kkujij-ji anh-eul geos-ibnida.”

{Duduklah, Ayah tidak akan memarahi mu.}

Mi Kyong patuh dan tidak membantah. Ia duduk setelah mendapatkan perintah sang ayah. Namun, tetap saja ekor matanya tak beralih menatap balik sorot teduh mata sang ayah.

“Migyeong, algessseubnida. Appahante jeongmal hwanasyeossgessjyo? Hajiman, nal mid-eo. Da ne joh-eun il-iya, yaeya. Yeohaeng jung honja iss-eul ttae munjega balsaenghaji anh-asseumyeon habnida. Gedaga neodo aljanh-a? Abeojiui jeogdeul-eun yeogijeogi dol-adanyeossda. Naneun dangsin-i najung-e huisaengjagadoegileul wonhaji anhseubnida.”

{Mi Kyong, Ayah tahu. Kamu pasti sangat marah pada Ayah, 'kan? Tapi, percayalah. Ini semua demi kebaikan kamu, Nak. Ayah tidak mau kamu tertimpa masalah bila sendirian saat bepergian. Apalagi, kamu juga tahu, 'kan? Musuh Ayah berkeliaran di mana-mana. Ayah tidak mau kamu menjadi korban nantinya.}

“Imi algo issseubnida. Geuleom jeoneun syawoleul halgeyo. Deo isang hal yaegiga eobsjanh-ayo?”

{Sudah tahu. Kalau begitu aku mau mandi. Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, 'kan?}

“Alasseo, syawohaleo ga. Najung-e oesighaja, eung?”

{Baiklah, pergilah mandi. Nanti, kita makan malam di luar, ya?}

Mi Kyong hanya berdehem saja membalas ajakan dari sang ayah padanya.

...----------------...

Setelah cukup lama berbincang dengan rektor, Habib menemukan universitas yang di sarankan oleh rektornya tersebut.

“Gimana, Bib? Apa semuanya sudah beres?” tanya Vikal yang main serobot saja, begitu ia melihat Habib keluar dari ruangan rektor tersebut.

“Alhamdulillah, semuanya sudah beres.” ucap Habib dengan senyum yang mengembang bak bunga yang sedang mekar dengan sempurna.

“Alhamdulillah, aku ikut seneng dengarnya, Bib. Oh, ya. Jadi, kapan kamu akan berangkat ke luar negerinya?” ungkap Adnan pula.

“Emmm ... kalau tidak ada halangan, kemungkinan nanti malam. Lebih cepat lebih baik. Aku tidak mau menunda-nunda lagi untuk hal ini.”

“Iya, bagus, sih. Eh, tapi kamu di sarankan ke universitas mana, Bib?”

“Eee ... di ... ada, deh! Ntar, kalau udah sampai kampusnya aku video call kalian, ya?”

“Ah, kamu curang, nih! Katanya tadi mau kasih tau. Kok, malah di rahasiakan, sih?” protes Vikal.

“Nanti, kalian juga bakal tau, kok. Yuk, kita ke kantin. Aku laper, nih! Belum sempat sarapan karena buru-buru tadi.” ucap Habib sembari memegangi perutnya yang keroncongan.

“Yuk lah! Aku juga laper, nih!” imbuh Adnan.

“Oke, deh. Yuk!” tambah Vikal pada akhirnya, meski ia sempat kesal karena ulah Habib yang main rahasia-rahasia-an dengannya.

...----------------...

Bandara Juanda, Surabaya ....

Kedatangan Habib di bandara ternyata sudah di tunggu oleh kedua temannya. Siapa lagi kalau bukan Adnan dan Vikal?

“Adnan, Vikal ...! Pa, Ma. Aku ke sana dulu, ya? Mau ngasih mereka kenangan.” ujar Habib pada orang tuanya.

“Iya, Sayang. Pergilah, Nak.” ucap Pauline dan Halim bersamaan. Halim mendekap erat tubuh kekasih hatinya itu dengan lembut.

Habib berlari menghampiri teman-temannya atau lebih tepatnya sahabat karibnya.

“Ad, Kal. Kalian udah lama di sini?”

“Iya, kita sengaja nungguin kamu di sini. Takutnya, nanti kamu kangen lagi sama kita. Ya, gak, Ad?”

“Hehehe ... bisa aja kamu, Kal.” celetuk Habib sambil terkekeh.

“Jadi, sebenarnya kamu mau ke negara mana, sih, Bib?” tanya Vikal yang sudah cukup menahan rasa penasarannya.

“Iya, Bib. Please, bilang ke kita. Kamu sebenarnya mau pergi ke mana, hmm?” imbuh Adnan yang ikut menimpali juga.

“Korea Selatan. Gimana, tertarik gak kalian ke sana nanti kalau liburan, hmm?” goda Habib pada kedua sahabatnya itu.

“Wah, yang sering di sebut negeri ginseng itu, ‘kan?” Habib mengangguk atas penuturan Vikal dan Adnan padanya.

“Wah, aku mau liburan ke sana. Pasti di sana banyak cewek-cewek cantik, deh, Bib. Yakin, kamu bakalan tetap konsentrasi belajar, hmm?” goda Vikal sembari menyikut Habib.

“Apaan, sih kamu, Kal. Kalau Habib aku sih yakin dia bakalan tetap fokus belajar. Nah, kalo kamu ... aku, sih kok gak yakin, ya?” tutur Adnan pada Vikal.

“Ya, udah teman-teman. Aku pamit dulu, ya! Ingat, belajar yang rajin kalian di sini. Oke?” Itulah pesan yang disampaikan oleh Habib pada kedua sahabatnya sebelum ia benar-benar meninggalkan semuanya.

Habib melambaikan tangannya pada papa dan mamanya. Serta tak lupa pula ia lambaikan tangan pada kedua sahabatnya yang telah setia padanya selama ini.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

taburan like 👍

2022-10-27

0

Bayangan Ilusi

Bayangan Ilusi

Vikal mah ga jauh2 dari cewek pikirannya😂

2022-10-11

1

Bayangan Ilusi

Bayangan Ilusi

Vikal mah ga jauh2 dari cewek pikirannya😂

2022-10-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!