"Darma, ternyata kamu juga ada di sini?" tanya pak Dirga.
"Ini rumahku," jawab pak Darma.
"Rumahmu? Sejak kapan kamu pindah kesini?" tanya pak Dirga penasaran.
"Sudah 10 tahun lalu. Kita memang sudah lama kehilangan kontak. Sejak kamu pergi dari tempat lama kita," kata pak Darma.
"Benar, kamu sama sekali belum berubah."
"Sama. Kamu ke sini, ada urusan apa?" tanya pak Darma.
"Kamu lihat sendiri, ini iringan pengantin. Putraku akan menikah, sepertinya alamatnya di sini."
"Benarkah? Putriku juga hari ini akan menikah dan kami sedang menunggu calon mempelai pria. Sampai detik ini belum datang juga," kata pak Darma sedih.
" Kok bisa samaan ya? Jangan-jangan mempelai yang kalian tunggu itu kami?" tanya pak Dirga kaget.
"Benarkah? Coba tanya pengantinnya," kata pak Darma.
"Dimas, apa benar ini rumah calon mertuamu?" tanya sang ayah.
"Iya ayah. Kita sudah terlambat," kata Dimas. "Ayah mertua, Dimas minta maaf karena terlambat."
"O, tidak apa-apa. Ternyata kita akan jadi besan. Sama sekali tidak pernah menyangka akan bisa terjadi," kata pak Darma sambil tersenyum senang.
"Apa kita tidak di suruh masuk?" tanya pak Dirga menyindir.
"Lupa-lupa. Ayo, silahkan masuk. Pak penghulu sudah lama menunggu," kata pak Darma.
Seluruh keluarga pak Dirga bergegas masuk. Diikuti semua orang yang hadir di acara akad nikah Winda dan Dimas.
Dimas duduk di samping Winda yang sudah lama menunggu. Diikuti kedua saksi nikah. Pak penghulu segera memulai prosesi akad nikah. Dimas pun segera mengucap ijab kabul pernikahan.
Saya terima nikah dan kawinnya Winda Alicia binti Darma Hermanto, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang 10 juta dibayar tunai.
"Sah."
"Sah."
"Selamat kalian telah resmi menjadi suami istri," kata pak penghulu.
Pak penghulu segera meminta Dimas untuk membaca janji setelah akad nikah yaitu sighat taklik talak suami sebelum membacakan doa untuk kedua pengantin baru.
Setelah selesai membaca Sighat taklik talak suami diharapkan suami akan lebih berhati-hati agar tidak terjadi talak di kemudian hari.
Doa pernikahan telah dibacakan oleh pak penghulu. Dan mereka kini resmi menjadi suami istri baik secara agama maupun secara negara.
Setelah semua acara selesai, Dimas dan keluarga memboyong Winda untuk dibawa ke rumah mereka. Winda berpamitan pada ayah dan ibunya dan juga pada saudara-saudaranya yang lain terutama Zaki.
"Zaki, tolong jaga ayah dan ibuku untukku."
"Baik mbak. Mbak Winda tidak perlu khawatir. Kamu pikirkan saja diri kamu sendiri," nasehat Zaki.
Winda masuk kedalam mobil yang khusus diperuntukan bagi pasangan pengantin baru tersebut. Tak ada pembicaraan apapun selama perjalanan. Padahal jarak perjalanan mereka cukup jauh.
Mobil berhenti di depan rumah baru Dimas. Sementara mobil yang membawa keluarga Dimas juga ikut berhenti disana. Dan mereka masuk bersama ke dalam rumah Dimas. Mereka duduk beristirahat sebentar untuk melepas lelah sambil berbincang.
"Dimas, apa tidak sebaiknya kalian tinggal saja dulu di rumah kami?" tanya ibu Dimas Bu Sapna.
"Ibu, mereka itu pengantin baru, jangan ganggu mereka. Mereka butuh waktu berdua saja. Karena mereka bilang tidak akan berbulan madu. Jadi biar mereka berbulan madu di rumah mereka sendiri tanpa kita," kata pak Dirga sambil tersenyum.
"Betul kata ayah Bu. Sebaiknya kita pulang saja sekarang," tambah Lilis.
"Dimas, jaga istrimu baik-baik. Ibu tidak bisa ikut bantu menjaganya. Kalau ada masalah jangan langsung bertengkar, bicarakan baik-baik. Itulah gunanya hidup berumahtangga. Saling memahami dan saling pengertian karena menyatukan dua orang yang berbeda memang banyak kendalanya," nasehat sang ibu.
"Iya Bu. Dimas akan mencoba melakukan apa yang ibu katakan," jawab Dimas.
"Kakak, kami tidak ingin pernikahan kakak gagal untuk yang kedua kali. Ingat, perbanyak komunikasi," tambah Lilis sok dewasa.
"Betul kata adikmu Lilis. Berarti sudah waktunya adikmu dinikahkan juga," kata sang ayah.
"Ia juga ya pak. Lilis mana calon suamimu? Atau mau ibu jodohkan saja sama anak teman ibu?"
"Nggak mau. Lilis nggak mau dijodohkan. Lilis mau menikah dengan orang yang Lilis cintai," jawab Lilis kesal.
"Lalu kapan itu?" tanya Dimas sambil tertawa.
"Nanti lah kak. Klo udah ketemu aku kasih tahu kalian," jawab Lilis tersenyum.
"Aku tunggu saja, siapa lelaki yang tidak beruntung itu," kata Dimas mengejek.
"Maksud kakak apa? Dia yang beruntung mendapatkan aku," jawab Lilis sambil memukul kakaknya.
Winda hanya diam melihat keharmonisan keluarga Dimas. Dia senang bisa memiliki keluarga seperti mereka sekarang. Hanya saja, semua ini hanyalah sementara bagi Winda. Jadi Winda tidak ingin terlalu masuk ke dalam keluarga Dimas.
"Sudah-sudah, ayo kita pulang. Winda, ibu dan ayah pulang dulu. Jika Dimas berani menggertakmu, bilang saja pada ibu. Ibu yang akan memukulnya untukmu," kata Bu Sapna sambil tersenyum.
Winda hanya tersenyum saja tanpa bersuara.
"Anak ibu, dia atau aku?" tanya Dimas.
"Dua-duanya anak ibu."
Akhirnya mereka pulang dan rumah Dimas tampak sepi. Keduanya tampak sangat dingin. Berbeda jauh dari suasana ketika keluarga Dimas berkumpul. Winda juga tidak ambil pusing, demikian juga dengan Dimas yang sudah infil dengan Winda sejak awal.
Winda duduk tak bergeming meski Dimas sudah kembali ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian dan beristirahat sejenak. Dimas baru teringat Winda ketika dia hendak turun untuk mengambil air minum yang sudah habis di kamarnya.
Dimas benar-benar lupa jika ada Winda di rumahnya.
Bagaimana aku bisa lupa jika ada wanita itu di rumahku? Apa yang akan terjadi jika dia mengadu pada ayah dan ibuku? Bagaimana jika mereka tahu hubungan kami yang sebenarnya?
Dimas panik saat mengingat Winda sekarang adalah istrinya yang sudah dia nikahi secara sah, baik secara agama maupun secara hukum negara.
"Kenapa masih disini? Pergilah ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian," kata Dimas.
"Saya tidak tahu kamar yang mana yang harus aku tempati," jawab Winda dingin.
"Tentu saja di kamarku. Bukankah kamu istriku sekarang?" kata Dimas. "Ikut aku."
Winda berjalan mengekor suaminya yang tanpa menoleh sedikitpun untuk sekedar melihat rupa sang istri.
"Anggaplah rumah sendiri. Aku keluar sebentar," kata Dimas lalu melangkah pergi.
Winda tidak perduli meskipun Dimas tidak memperdulikannya. Yang penting untuk saat ini dia aman dari tangan Bayu sang mantan suami.
Sementara Dimas berjalan menuju ruang kerjanya dan mengabiskan waktu di sana hingga pagi tiba.
Pagi sekali Winda sudah bangun dan memasak untuk Dimas seperti kebanyakan istri yang lain. Namun Dimas kelihatannya tidak senang dengan sikap Winda itu.
Diapun meminta Winda untuk tidak lagi memasak karena dia sudah meminta bibi untuk tinggal di rumah ini dan melakukan tugasnya sebagai asisten rumah tangga. Jadi Winda tidak perlu melakukan apapun lagi.
Dimas sengaja melakukan itu untuk membuat batasan yang jelas diantara mereka. Tidak ada malam pertama seperti janji Dimas pada Bayu, juga tidak ada ucapan selamat bekerja ataupun selamat datang diantara mereka.
Mereka melakukan urusan masing-masing tanpa saling mengganggu.
Menyapa pun tidak pernah, apalagi berbincang seperti layaknya suami istri. Winda menyadari posisinya saat ini dan menerima semua perlakuan Dimas padanya. Dimas pun berharap semua akan cepat berakhir.
Akankah semua akan cepat berakhir seperti harapan Dimas?
Otor bawa karya baru teman yang bagus untuk kalian karya dari Uma_Bie berjudul Dendam dan Cinta Sang Bodyguard kepoin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Senajudifa
winda cari aman y
2022-06-18
1
lovely
dasar dunia halu nikah ga saling kenal 🥴
2022-06-17
1
Ranran Miura
Gila si Bayu, minta dikebiri keknya
2022-05-23
1