Hari pernikahan antara Dimas dan Winda telah tiba. Pernikahan yang berlangsung di kediaman keluarga besar Winda itu terlihat sederhana dan hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja. Juga tidak akan ada pesta seperti permintaan Winda.
Didalam sebuah kamar, Winda tampak tenang dan tanpa ekspresi menjelang detik-detik akad nikah. Sepupunya yang bernama Zaki Al Fatih, menemaninya sambil terus mengulang pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang di tanyakan sejak Winda memutuskan menerima pernikahan ini.
"Mbak Winda, apakah keputusan mbak Winda ini sudah final?" tanya Zaki cemas."Tidakkah mbak Winda ingin mempertimbangkannya lagi? Mumpung belum terlambat."
"Zaki, kamu tahu aku tidak ada pilihan lain. Meskipun terpaksa, aku harus tetap menjalaninya."
"Kenapa mas Bayu bersikap sangat kejam pada mbak Winda? Kenapa dia tidak melepaskan mbak Winda untuk selamanya?" tanya Zaki kesal.
"Awalnya, aku mengira karena dia sangat mencintai aku. Akan tetapi, setelah hari itu dia memaksaku dengan ancaman dan dia menunjukan sisi kejamnya, aku berniat lepas selamanya darinya," jawab Winda sambil menghela nafas.
"Maksud mbak Winda? Pernikahan ini bisa membantu mbak Winda?" tanya Zaki penasaran.
Winda menghela nafas panjang sambil melihat sepupunya yang sangat dekat dengannya.
"Mungkin, ini jalan terbaik bagiku menikahi pria pilihan mas Bayu agar aku bisa bebas darinya. Walaupun, itu hanya sementara. Setelah itu, aku akan berusaha memikirkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya," kata Winda penuh harap.
"Kasihan sekali kamu mbak Winda. Seharusnya paman tidak terlalu banyak menuntut dan menerima semua pemberian mas Bayu. Jika mereka tahu, apa yang diberikan mas Bayu adalah hutang bagimu, aku yakin mereka akan menyesal telah menerima semua kebaikan mas Bayu," kata Zaki sambil menghela nafas.
"Sudahlah Zaki, aku tidak ingin membuat mereka bersedih dan kecewa. Dimata mereka, Bayu bagaikan malaikat penolong, yang sudah mengikhlaskan uangnya untuk membantu operasi ayah dan membantu usaha ayah agar tidak bangkrut."
"Zaki ngerti mbak. Mbak Winda rela menerima semua perlakuan mas Bayu karena kondisi paman. Lalu, apa rencana mbak Winda?"
"Kemarin, aku sudah tanda tangan surat pernyataan. Saat aku menikah dengan sahabat mas Bayu, semua pemberiannya akan dianggap lunas. Jadi aku harus memanfaatkan kesempatan ini," jawab Winda.
Zaki hanya mengangguk mendengar penjelasan dari Winda. Mereka juga harus memainkan trik untuk menghadapi sifat Bayu yang selalu ingin menguasai seluruh hidup Winda. Dicintai dengan sepenuh hati sebenarnya anugerah. Tetapi jika sudah melampaui batas, tak ada bedanya dengan dipenjara.
Sementara, jam sudah menunjukan pukul 10 pagi. Acara akad nikah akan segera dilakukan. Winda segera berjalan menuju tempat berlangsungnya acara diikuti Zaki.
Winda mengenakan kerudung yang menutupi sebagian wajahnya hingga tak jelas terlihat. Sementara pak penghulu dan saksi sudah siap tinggal menunggu pengantin pria datang.
Akan tetapi hingga waktunya tiba, tidak ada tanda-tanda kedatangan iringan pengantin pria. Padahal ayahnya Winda sudah menyuruh orang untuk menjemput iringan pengantin pria di luar komplek.
Semua tampak gelisah dan panik, terlebih Bayu. Bayu mengawasi semua kejadian dari tempat lain dengan menggunakan kamera tersembunyi. Sebenarnya Bayu ingin sekali datang, tetapi apakah pantas seorang mantan suami hadir di pernikahan mantan istrinya.
Bayu berusaha menghubungi Dimas, namun ponsel Dimas sedang tidak aktif. Bayu merasa kesal dan marah. Dia melempar apa saja yang ada didekatnya. Bayu memang terlalu sensitif jika menyangkut Winda.
Tidak hanya Bayu yang merasa cemas tetapi juga semua anggota keluarga Winda. Mereka cemas jikalau pengantin pria tidak akan datang. Ini akan menjadi hal yang sangat memalukan bagi keluarga besar Winda.
"Winda, kapan pengantin prianya datang? Coba kamu hubungi?" tanya tante Arti sambil berbisik pada Winda.
Winda tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan tante Arti karena Winda sama sekali tidak tahu nomor yang mesti dihubungi.
"Winda, kenapa kamu malah diam saja? Harusnya kamu juga panik calon suamimu belum datang?" tanya tante Arti lagi.
"Tante, tunggu sebentar lagi, mungkin mereka lagi terjebak macet di jalan," jawab Winda santai.
"Winda, kasih tahu nomor yang bisa dihubungi. Biar tante yang telepon dia," tanya tante Arti.
"Tante, kita tunggu saja. Dia pasti datang," jawab Winda.
Sementara pak penghulu, juga sudah tampak gelisah karena ketidakhadiran sang pempelai pria yang belum juga datang, sedangkan mereka sudah ada janji dengan pasangan pengantin lain.
"Pak, maaf ya. Kapan mempelai prianya datang. Kami masih mempunyai janji dengan pasangan lain," kata pak penghulu pada ayah Winda.
"Tunggu sebentar lagi pak. Mungkin menantu saya sedang terjebak macet," jawab pak Darma ayah Winda.
"Baiklah, kita tunggu sebentar lagi," jawab pak penghulu.
"Terima kasih pak, santai saja dulu" kata pak Darma sambil tersenyum getir.
Pak Darma sungguh sangat panik. Kali ini kehormatannya di pertaruhkan.
"Winda, ikut ayah sebentar," perintah pak Darma.
"Baik ayah."
Winda berdiri dan mengikuti langkah sang ayah ke ruang sebelah. Ayah berdiri sambil memegangi kepalanya. Winda sadar, ayahnya pasti sangat pusing saat ini.
"Ayah, jangan terlalu banyak berpikir. Nanti ayah bisa sakit. Ingat penyakit ayah," kata Winda cemas dengan penyakit lambung ayahnya.
"Winda, mana calon suami kamu? Kenapa hingga saat ini dia belum juga datang. Apakah benar akan ada yang menikahi kamu atau kamu sedang memainkan kami?!" tanya pak Darma marah.
"Ayah, Winda memang akan menikah. Jika memang hari ini dia tidak datang, anggap saja Winda sedang sial karena telah percaya padanya."
"Winda, ayah tidak masalah kamu menjadi janda. Jangan pernah berpikir ayah malu memiliki anak seorang janda. Jadi ayah mohon jangan terlalu bermimpi kamu secepat itu menikah lagi," kata pak Darma sambil menghela nafas.
Pak Darma sungguh berpikir jika Winda terlalu banyak bermimpi, dia akan menikah dan meninggalkan status jandanya.
"Winda, berterus terang lah pada ayah, jika sebenarnya kamu hanya berhalusinasi. Kita bubarkan saja acara hari ini," kata pak Darma sedih.
"Ayah, sudah Winda bilang. Memang hari ini Winda akan menikah. Jadi ayah jangan berpikir macam-macam. Aku sama sekali tidak berkhayal ada yang menikahi Winda."
"Kalau begitu, ayah harus bagaimana? Kamu juga tidak mau menghubungi dia, apa itu masuk akal? Apakah kamu tidak memiliki nomor calon suamimu yang bisa dihubungi?" tanya pak Darma mulai curiga.
"Ayah, aku..."
Belum selesai Winda menjawab pertanyaan ayahnya, diluar terdengar suara gaduh. Pak Darma dan Winda saling berpandangan. Mereka bergegas keluar dan melihat apa yang terjadi.
Sebuah mobil warna merah berhenti tepat di depan rumah Winda. Beberapa orang turun dari mobil mewah itu. Pak Darma terkejut melihat siapa yang datang.
"Dirga? Kenapa kamu bisa datang ke rumahku?" tanya pak Darma sambil menyambut kedatangan pak Dirga yang juga kaget melihat pak Darma ada disitu.
Mereka berpelukan. Sepertinya mereka adalah teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
Lalu apa urusan pak Dirga datang ke rumah pak Darma?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nona_Sulung
aku mampir lagi kakak...
aku kirim koin 😉
2022-06-11
1
Nona_Sulung
ternyata bayu hanya terobsesi dan winda 😬
2022-06-11
1
Aumy Re
kukirim setangkai mawar buatmu thor
biar tambah semangat 😊
2022-05-26
1