"Iya"
Beberapa jam kemudian pemakaman sudah selesai Tino datang untuk menjemput Anisa.
"Ayo pulang lagian ini sudah mau hujan"
Tanpa menunggu jawaban Anisa Tino menarik tangan Anisa dan masuk kedalam mobil
2 bulan kemudian
Hoek...hoek...
Anisa terus merasa mual dan pusing entah itu hamil atau penyakit lainnya. Karena tubuhnya sudah lemas Anisa pun pingsan. Betapa terkejutnya Tino melihat Anisa sudah pingsan di lantai
" Astaga Anisa Anisa kau kenapa." tanpa tunggu lama Tino membawa Anisa ke rumah sakit.
Beberapa menit kemudian Anisa terbangun dan dia merasa aneh dimana dia berada?
( Aku dimana?)
"Mas kenapa aku ada disini?" tanya Anisa
"Kamu tadi pingsan." jawab Tino dengan wajah datar
"Selamat ya pak bu sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua" ucap seorang dokter
Entah apa yang harus Anisa lakukan bahagia kah atau sedih karena dia takut jika bayi yang ada dalam kandungannya bukanlah bayi laki laki. Tapi berbeda dengan Tino dia langsung menanyakan apakah anaknya laki laki atau perempuan.
"Maaf pak kalau itu harus menunggu sampai kandungannya berusia 4 bulan keatas." jawab dokter
" baik kalo begitu kami permisi bu" ucap Anisa.
4 bulan kemudian
Dengan keadaan perutnya yang sudah agak besar Anisa berjalan menuju mobil karena hari ini usia kandungannya menginjak 5 bulan dan saatnya dia melihat jenis kelamin anaknya.
"Anisa cepatlah." Dengan tidak sabar Tino ingin segera melihat jenis kelamin anaknya
Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Tino sampai di rumah sakit. Mereka berjalan menuju ruang khusus usg.
"Selamat siang dok." ucap Anisa
"Siang bu silahkan masuk dan berbaring lah kita akan melihat jenis kelamin bayi nya ya." ucap dokter sambil tersenyum ramah
"Dok apa jenis kelamin anak saya?" Tanya Tino
"Bisa kita lihat disana ada bayi berjenis kelamin perempuan pak bu." ucap dokter sambil melihat layar usg
Betapa terkejutnya Anisa karena bayi yang ada dalam kandungannya bukanlah bayi laki laki melainkan bayi perempuan. Dia sudah ketakutan karena ancaman Tino di pertama dia meminta seorang anak laki laki.
Setelah selesai usg mereka pulang. Tino melajukan mobilnya dengan sangat cepat Anisa hanya bisa menahan tangis karena dia sudah bisa melihat betapa marahnya Tino karena mengetahui anaknya bukan lah laki laki. Sesampainya di rumah Tino langsung saja membanting benda yang ada dihadapannya.
Arrrgghhh!!!
"Anisa!!!" teriak Tino dengan tatapan membunuh
"Hikss hikss maafkan aku mas ini sudah takdir anak kita perempuan tapi dia sehat tidak ada kelainan apapun." ucap Anisa sambil terus menangis karena ketakutan
Brukk!! Anisa tersungkur kelantai karena dorongan Tino , tendangan kaki Tino tepat di perut Anisa. Anisa menjerit kesakitan dan Tino mengabaikan rasa sakit Anisa. Dia malah terus menyiksa Anisa dengan cara menampar dan memukul perut Anisa.
Tanpa dia sadari anisa yang sudah pingsan dengan muka lebam dan berdarah begitu juga dengan perutnya dibawah keluar darah yang mungkin akan mengakibatkan bayinya meninggal.
Setelah melihat itu Tino tersadar " Astaga " tanpa menunggu lama Tino membawa Anisa kerumah sakit. Setelah lama menunggu akhirnya dokter yang menangani Anisa pun keluar ruangan.
"Maaf apakah anda dengan suaminya bu Anisa?" tanya dokter kepada Tino
" iya benar dok" jawab Tino
"Maaf pak karena banyak nya luka kami tidak bisa menyelamatkan bayi nya dan keadaan ibu nya juga sangat tidak baik" jelas dokter
( karena ini yang aku inginkan biarkan saja mereka berdua mati karena aku tidak menginginkan mereka) gumam Tino
Dokter berlalu pergi begitu juga dengan Tino yang melangkahkan kakinya ke tempat administrasi.
" Saya mau membayar semua biaya perawatan Anisa sampai dia pulih dan bilang padanya jangan pernah datang lagi kerumah saya karena saya sudah tidak membutuhkan dia." ucap Tino yang sontak membuat petugas disana sangat terkejut.
"Baik tuan silahkan ini total semua biayanya."
Setelah selesai membayar semua biaya rumah sakit Anisa, Tino langsung meninggalkan Anisa begitu saja. Setelah beberapa hari tak sadarkan diri akhirnya Anisa pun membuka matanya dan reflek langsung mengusap perutnya yang kini sudah datar karena sang bayi tidak bisa di selamatkan. Betapa terkejutnya Anisa saat dia mengusap perutnya dia histeris dan terus menanyakan keberadaan bayinya sambil menangis.
"Dok dimana bayi saya dok! Dimana !" teriak histeris Anisa
"Maaf bu bayi nya tidak bisa kami Selamatkan." jawab dokter
"Dan satu lagi bu,tadi pak Tino menitipkan pesan bahwa ibu jangan lagi kerumahnya karena ibu sudah tidak dibutuhkan lagi." ucap dokter yang menerima ucapan dari petugas administrasi tadi.
Setelah mendengar ucapan dokter tadi, hati Anisa semakin sakit karena siksaan dari Tino memang benar benar kejam dari mulai membuat dirinya seperti menjadi pembantu bahkan menyiksa sampai bayi nya pun tidak bisa diselamatkan. Disaat Anisa sedang menangis dan berteriak terus menerus karena masih belum bisa menerima kenyataan, Angel dan orang tuanya masuk kedalam ruang rawat Anisa.
"An hikss hikss maafkan aku an aku tidak bisa menjadi sahabat yang baik. Bahkan aku tidak bisa melindungi mu an hikss hikss." Angel menangis dan terus merasa bersalah karena tidak bisa menjaga sahabatnya itu.
"Sayang Anisa anak ibu, jangan terus menangis nak ibu memang tidak bisa mengembalikan bayimu tapi ibu berjanji akan membuat hidupmu jadi lebih baik sayang. Tenanglah jika kau terus begini maka suamimu akan sangat bahagia karena tujuan dia adalah membuatmu menjadi seperti ini. Berjuang lah nak untuk terus hidup dan menjadi lebih baik karena di depan sana kebahagiaan sedang menunggu mu." ucap Rika yang sudah Anisa anggap seperti ibunya sendiri itu membuat dirinya menjadi sedikit tenang.
"Nak kamu adalah anak ayah juga, sepulang dari sini kamu akan tinggal bersama kami. Biarkan ayah yang akan mengurus surat perceraian mu dengan Tino, jadi kamu tenanglah karena sekarang kami yang akan menjagamu." ucap Dimas
"Aku sangat beruntung masih punya kalian. Apa kalian benar benar menyayangi ku?" Tanya Anisa sambil menahan tangisnya. Dan pertanyaan itu dijawab dengan anggukan dan pelukan yang penuh dengan kasih sayang.
3 hari kemudian Anisa sudah diperbolehkan pulang karena kondisi nya sudah semakin membaik. Anisa pulang kerumah Angel dan sekarang itulah rumahnya.
"Anisa kemarilah ayah ingin berbicara denganmu." Anisa pun mengangguk dan segera mendekat kepada seseorang yang sudah dia anggap sebagai ayahnya itu.
"Anisa ayah sedang mengurus perpisahan mu apa kamu memberi ayah wewenang untuk hal ini? Ayah bertanya karena ini adalah hak mu ayah tidak bisa berbuat apa apa tanpa seizin mu nak." ucap Dimas sambil menatap kearah Anisa
"Ayah .. Sekarang kau adalah ayahku apapun yang kau lakukan untukku pasti itu yang terbaik untukku kan? Jadi ayah tidak usah meminta izin ku lakukan lah yah karena ayah lebih tau mana yang terbaik untukku." jawab Anisa.
"Baiklah ayah akan urus secepatnya hal ini karena ayah tidak mau anak ayah terus terjebak dalam hal pahit seperti ini." ucap Dimas dan langsung mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.
"Angel jika semuanya sudah selesai aku akan hidup mandiri aku akan mencari pekerjaan karena aku tidak mau merepotkan ayah dan ibu lagi." ucap Anisa kepada sahabatnya itu.
"Kenapa seperti itu kamu sama sekali tidak merepotkan kami an jangan pergi dari sini ini kan rumah mu ini keluargamu." jawab sahabatnya itu dengan perasaan sedih karena dia akan hidup terpisah lagi dengan Anisa.
"Sudahlah Angel jadi bersedih seperti itu sesering mungkin aku akan pulang kesini oke." Anisa meyakinkan sahabatnya itu jika dia akan sering kerumahnya.
"Baiklah nanti kamu bicara kepada ibu dan ayah juga tentang hal ini." ucap Angel dan dijawab dengan anggukan Anisa
Setelah beberapa bulan kemudian Anisa resmi bercerai dari Tino. Dia pun meminta izin untuk hidup mandiri karena dia ingin menjemput kebahagiaan nya.
"Baiklah jika itu kemauanmu tapi ingat ini adalah rumahmu dan keluarga mu kapanpun kau bisa kembali." ucap sang ayah yang dijawab dengan anggukan Anisa.
1 minggu kemudian Anisa yang sedang bersiap untuk pergi ke luar rumah ini dan melakukan aktivitasnya yang baru, dia sangat bersemangat karena bisa hidup dengan tenang dan bebas.
"Angel,ayah,ibu aku berangkat dulu doakan aku supaya aku dapat kebahagiaan ku dan kehidupan yang baik." ucap Anisa sambil memeluk mereka.
"Hati hati sayang jangan lupa pulang." ucap Rika dengan hati yang masih belum merelakan Anisa pergi.
Anisa pun melangkahkan kaki nya dengan senyuman nya Anisa menatap indahnya dunia. Sambil berjalan diapun berfikir bahwa dia akan bekerja apa karena dia hanya lulusan smp. Rezeki memang tidak kemana tanpa sengaja dia melihat tulisan di dinding luar rumah yang sangat besar. Disana tertulis bahwa dirumah itu sedang dibutuhkan asisten rumah tangga, Anisa pun langsung menekan bel agar bisa masuk dan bekerja disana.
"Ada apa dek? Ada yang bisa bapak bantu?" tanya pak satpam
"Saya Anisa pak tadi gak sengaja liat tulisan di depan katanya disini lagi cari asisten rumah tangga ya? Apa boleh saya menjadi asisten rumah tangga disini?" ucapan Anisa sedikit membuat pak satpam kaget karena Anisa belum cukup umur untuk bekerja.
"Tapi dek kamu masih sangat muda untuk bekerja apalagi pekerjaan ini berat,apa kamu yakin?" tanya pak satpam
"Saya yakin pak" jawab Anisa yang langsung membuat pak satpam mengantar Anisa kepada nyonya besar di rumah itu.
"Maaf nyonya jika saya mengganggu, tapi ini ada orang yang mau bekerja sebagai asisten rumah tangga yang nyonya butuhkan." ucap pak satpam dengan hormat dan menunduk.
"Baiklah langsung terima saja dan antar dia ke bi Ratni biar dia tau apa saja tugasnya." Yulia menjawab tanpa melihat siapa orang yang melamar pekerjaan dirumahnya.
"Baik nyonya."
"Ayo dek kesini." pak satpam langsung mengantar Anisa menuju dapur karena bi ratni sedang ada di dapur.
"Bi Ratni ini asisten rumah tangga yang baru dan nyonya menyuruh saya mengantar kesini." tanpa lama lama pak satpam segera pergi ke tempat biasa dia berjaga dan meninggalkan Anisa.
Setelah beberapa kali menekan bel keluar seorang satpam yang bertanya kepada Anisa.
"Bi perkenalkan nama saya Anisa Fadilah biasa dipanggil Anisa. Mungkin bibi kaget karena saya masih sangat muda untuk bekerja tapi saya bisa kok bi dan nyonya juga sudah menerima saya." Anisa memperkenalkan diri sambil mencium tangan bi Ratni karena dia sangat menghargai orang yang lebih tua darinya.
"Kenapa kamu bekerja nis seharusnya kamu masih sekolah. Ibu dan ayah kamu memangnya tidak memarahimu?" bi Ratni bertanya karena memang dia tidak tau kalau Anisa sudah menjadi anak yatim piatu dan hanya dengan bekerja satu satunya cara agar Anisa bisa bertahan hidup.
Dengan Mata yang berkaca kaca Anisa pun menjawab pertanyaan bi Ratni "Ibu sama ayah Anisa sudah meninggal bi sudah lama jadi Anisa tidak bisa melanjutkan sekolah karena Anisa ga punya uang jadi Anisa memilih bekerja saja biar Anisa bisa melanjutkan kehidupan Anisa."
Setelah mendengar penjelasan Anisa, bi Ratni langsung memeluk Anisa dia sangat kasihan dengan kehidupan Anisa dan dia juga merasa bersalah karena sudah membuat Anisa sedih dengan menanyakan tentang orang tuanya.
"Maafkan Bibi nis bibi tidak tahu, kalau kamu mau kamu boleh menganggap bibi sebagai ibu kamu. Kamu boleh menangis mengadu dan meminta kasih sayang seorang ibu kepada bibi nis. Jangan merasa sendiri an lagi ya sekarang ada bibi." entah apa yang terjadi tapi mereka langsung saja merasa saling sayang sebagai anak dan ibu walaupun ini adalah pertemuan pertama mereka.
"Iya bi. Anisa mau karena Anisa tidak bisa kalau harus memendam rasa sakit ini sendirian. Terimakasih bi sudah mau menganggap Anisa sebagai Anak bibi." Anisa dan bi Ratni pun saling berpelukan karena terharu.
"Sudahlah ayo bibi jelaskan Apa saja pekerjaan kamu dan dimana kamar tidur kamu." ucap bi Ratni dan langsung menjelaskan tugas Anisa terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Salma Syam
jadi pingin nangis
2022-05-27
1