Evan yang biasa menyandang dana bagi Clara sudah tak ada. Mau tak mau, Clara harus terus bekerja keras demi memenuhi gaya hidupnya yang terlanjur tinggi. Mulai dari perawatan, pakaian, tas, sepatu, makanan bahkan acara arisan sosialita. Semuanya itu membutuhkan dana yang tak sedikit.
"Setelah Evan tak ada, aku baru tahu kalau ternyata gajiku sangat sedikit." keluh Clara saat membaca kertas pembaharuan kontrak yang disodorkan oleh Hans.
"Gaji segini tak cukup untuk memenuhi kebutuhanku kak Hans." Clara menghembuskan napas putus asa di tempat duduknya.
"Tentu saja tak cukup kalau gaya hidupmu seperti sekarang." jawab Hans santai.
"Makan, baju, mobil, jalan - jalan itu semua kebutuhan. Belum lagi shopping, manicure pedicure, aaaah....pokoknya banyak." kata Clara lagi.
"Pilihannya cuma dua...."
"Apa? Apa?" Clara begitu bersemangat sampai matanya berbinar - binar.
"Pertama adalah bekerja keras."
Dan bahu Clara langsung melorot begitu mendengar solusi pertama.
"Yang kedua, carilah laki - laki seperti Evan." tambah Hans kemudian.
Kamu sama sekali tak menolongku" omel Clara kesal pada atasannya.
"Lima detik." Hans mengetuk mejanya dengan telunjuk.
"Ha? Apa maksudmu?"
"Lima detik dari sekarang." kali ini mata laki - laki itu mengarah ke kertas perjanjian diatas meja.
Clara pun menandatangi kontraknya.
Terlepas dari semua kelakuan centil Clara, Hans berpikir sepanjang kinerja Clara bagus dan menguntungkan perusahaan. Why not?
Apalagi setelah mendengar keluh kesah Clara, Hans makin yakin perjanjian ini akan sama - sama menguntungkan. Clara membutuhkan dana, perusahaan membutuhkan skill-nya. Cukup fair bukan?
Clara yang ambisius dan pintar mencari omset plus membutuhkan dana untuk kehidupan sosialitanya. Baiklah. Hans hanya perlu memasang target tinggi, disertai iming - iming bonus. Pasti Clara akan mengejarnya.
****
Selanjutnya, hari - hari berlalu seperti biasa. Permasalahan di hari pemakaman Evan pun seolah terlupakan.
Hans sibuk dengan pekerjaannya sepanjang hari. Atau sekali waktu dia akan menghabiskan waktu senggang bersama anak dan istrinya.
Tak seorang pun, baik Hans dan Erika membahas soal Clara. Bahkan menyebut namanya pun tak pernah. Mungkin saja karena mereka berusaha saling menjaga perasaan masing - masing, atau alasan lainnya.
Tak ada yang berubah pada perilaku Hans terhadap Erika, begitu pula sebaliknya. Hans masih tetap hangat, dan perhatian.
Ditengah - tengah kesibukannya, dia tetap menyempatkan diri untuk menghubungi Erika. Panggilan telpon singkat atau sekedar pesan - pesan pendek, tak pernah absen dalam keseharian mereka.
Lalu Erika? Ya. Erika beberapa saat benar - benar melupakan bagaimana menyebalkannnya seorang Clara. Anggap saja, waktu itu Clara khilaf karena terlalu sedih.
Hari - harinya begitu padat untuk terus mengingat - ingat seorang Clara.
Disela - sela mengurus anak dan suami, Erika masih harus menjalankan bisnis online-nya yang makin berkembang dan menangani beberapa urusan lainnya. Benar - benar istri yang cakap. Dia selalu berusaha memastikan semua berjalan benar pada tracknya.
Anak - anak dan suami yang terawat dengan baik tetap menjadi prioritas utamanya.
Erika pun masih sanggup mondar mandir menangani beberapa keperluan yang berhubungan dengan kantor Hans. Semua itu tak lepas dari bantuan orang kepercayaan dan beberapa karyawan yang loyal padanya.
Aaah... mari kita tinggalkan sejenak Erika dengan rutinitasnya.
Bagaimana dengan Hans yang waktunya lebih banyak dihabiskan dikantor? Proyek - proyek besar kian berdatangan, membuatnya makin sibuk.
Tok... tok... tok...
Suara ketukan di pintu menghentikan aktivitas Hans memeriksa beberapa laporan dan proposal proyek.
"Masuk!" jawab Hans singkat.
"Haaiiiii....Kak Hans, yuk lunch." suara ceria Clara terdengar seiring pintu dibuka dan suara langkahnya mendekat.
"Oh, kamu." kata Hans kemudian sambil menghela napas dan sedikit mengubah posisi duduknya supaya otot - ototnya sedikit relax.
"Aaah...Kak Hans, kok jawabnya gitu?" Clara bertanya dengan suara manja.
"Aku sudah bawa bekal." tolak Hans halus. Hans memang terbiasa membawa bekal makan siang, sehingga memberinya alasan yang tepat untuk menolak Clara.
Berkali - kali ditolak, berkali - kali pula Clara mengajak Hans lunch atau pun dinner. Pantang menyerah sampai mendapat apa yang diinginkannya. Itulah Clara.
"Kak Hans, kenapa kamu tak pernah mau makan keluar?" tanya Clara sambil matanya melirik ke kotak bekal di dekat rak file.
"O'ya, ada perlu apa kesini?" bukannya menjawab, Hans malah balik bertanya dengan raut wajah datar.
"iiiish... jutek bener sih? Bukannya seneng diperhatikan." sungut Clara.
Clara cemberut dan menyibakkan rambut panjangnya kebelakang.
Ups!! Mata Hans tak sengaja melihat belahan bajunya yang rendah, sehingga menampakkan sedikit gundukan indah didalamnya.
Biar bagaimanapun, Hans adalah pria normal. Sexy! Itulah yang terbersit di pikiran Hans saat melihat benda berenda warna hitam dibalik blouse putih tipisnya.
Suara notifikasi ponsel mengalihkan perhatian Hans dari pemandangan indah dihadapannya. Mata Hans beralih ke nama yang tertera di layar ponselnya. Tanpa permisi dan nampak acuh dengan reaksi Clara yang sedikit tak suka.
"Ya Moms?"
...........
"Iya, Moms. Aku mau makan sekarang. See you soon."
..........
"Istrimu perhatian sekali" sindir Clara, begitu Hans menyelesaikan panggilannya.
"O'ya Clara. Apa kamu ada pakaian yang lebih bagus dari yang kamu pakai hari ini?" Clara sedikit tercengang karena pertanyaan Hans benar - benar tidak nyambung dengan sindirannya.
"Hah? Apa bajuku jelek?" Clara nampak sedikit merajuk dan nampak berpikir sejenak.
Tiba - tiba matanya berbinar, entah apa yang mendadak muncul dipikirannya.
"Memangnya kita mau kemana? Apa kamu menyuruhku belanja baju? Baju couple-kah?" Clara begitu bersemangat mengajukan pertanyaan absurd.
Kasihan Clara, mungkin saja hati kecilnya sedang ingin pergi shopping, sehingga yang terkoneksi adalah belanja baju.
"Next time, pakailah pakaian yang lebih rapi. Dan jangan pernah ke kantor dengan pakaian sexy seperti hari ini. Apalagi saat bertemu dengan client. Aku tak mau mereka salah sangka dengan apa yang kamu jual dan apa yang kamu tawarkan" Hans berkata to the point tanpa menghiraukan pertanyaan Clara yang konyol.
Memang terdengar ketus, tapi Hans melakukannya demi kesejahteraan dirinya sendiri dan kesehatan matanya. Dirinya yang sehat jasmani dan rohani tak bisa memungkiri betapa nikmatnya suguhan dihadapannya.
"Kak Hans..., menurutmu aku lebih cantik pakai baju apa?" kali ini wajah Clara nampak sedikit malu - malu dengan sedikit semburat merah di pipi.
"Astaga! Pertanyaan konyol macam apa ini?" Hans tak habis pikir.
Maksud hati mau menegur. Kenapa yang muncul pertanyaan semacam ini?
"Iya, Kak Hans...kamu suka aku pakai pakaian model apa? Warna apa?" lagi - lagi pertanyaan Clara membuat Hans ingin menepuk jidatnya keras - keras.
Bagaimana tidak? Clara yang biasanya cerdas, mendadak tak bisa menangkap maksud perkataan Hans. Lalu ekspresi apa pula yang sedang ditunjukkan oleh Clara padanya. Hans tak bisa menebak jalan pikiran Clara hari ini.
"Fix! Hari ini dia gila!" Hans menyimpulkan dalam hati.
Hans tak menyadari, bagaimana Clara merasa berbunga - bunga karena dia menganggap larangan Hans adalah bentuk posesif Hans kepadanya.
Begitulah yang dilakukan Evan padanya dulu, setumpuk larangan bersamaan dengan rasa cemburu dan perhatian. Ya. Clara merindukan perhatian itu.
Sampai jumpa di episode selanjutnya.
Mohon dukung Author supaya lebih semangat dalam berkarya, dengan cara
Like
Comment
Favorite
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Runa💖💓
Typo Kak
Seharusnya sindir Clara😊😊
2022-09-02
1
Mamahe 3E
waahh bibit2 pelakor niih...
ga bisa diberi ati deh..
pokoknya say no to pelakor
2022-08-09
1
💋ShasaVinta💋
fix Clara dah gila di tinggal pacar
2022-07-24
1