Erika menatap adegan didepannya dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. Wajahnya menunjukkan lebih dari satu ekspresi. Marah, tidak ikhlas, dan bingung. Perasaan itu kini bercampur aduk didalam hatinya.
Hans datang ke pemakaman Evan dengan ditemani oleh Erika. Dan apa yang terjadi disana, benar - benar membuat Erika kalut.
Erika marah saat melihat Clara menghambur kearah Hans, dan langsung menangis tersedu - sedu didada Hans. Dia juga tidak ikhlas melihat suaminya dipeluk wanita lain.
Sekali lagi, Erika paham bahkan sangat paham. Ini adalah suasana duka. Meninggalnya Evan pasti meninggalkan rasa sedih yang mendalam dihati Clara. Bisa saja Clara terlalu terbawa suasana, sehingga dia lepas kontrol. Tapi tetap saja, hati Erika tak rela melihat wanita lain didalam dekapan suaminya.
Sekarang, dia bingung harus bersikap seperti apa. Rasanya seperti ada kaca transparan dihadapannya. Bisa melihat Hans dan Clara, tapi tak bisa mendekat.
Dihirupnya udara sebanyak mungkin, supaya otaknya bisa berpikir lebih jernih.
Banyak hal berkecamuk dipikirannya. Sedekat apakah mereka? Apakah skinship seperti ini adalah hal biasa dalam pergaulan di kantor? Ataukah dirinya yang terlalu kolot?
(skinship \= kontak fisik)
Dibukanya satu per satu file-file didalam ingatannya. Hans tak pernah absen bercerita tentang pekerjaan dan teman - temannya. Atau adakah informasi yang terlewat olehnya?
Meski diruntut satu demi satu, tak sedikitpun Erika mendapat gambaran tentang kedekatan Clara dan Hans.
Begitu sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga Erika tak sadar kalau Hans melihat kearahnya.
****
Jujur, Hans sendiri cukup terkejut melihat reaksi Clara saat bertemu dengannya. Dia tak pernah menyangka Clara bakal menangis sesenggukan didadanya. Sepertinya dia lupa kalau ada keluarganya, keluarga Evan dan juga banyak orang lain disana.
Hans merasa, tak seharusnya berpelukan dengan seorang wanita yang notabene "bukan siapa - siapa". Dia benar - benar merasa tak enak dengan situasi yang tak menyenangkan ini.
Bagaimana nanti pandangan orang - orang terhadap dirinya? Apa yang akan muncul dipikiran Erika? Tidak. Hans tak mau menimbulkan prasangka yang bukan - bukan. Apalagi membuat istrinya merasa tak nyaman.
Tanpa bermaksud menyinggung, pelan - pelan dilonggarkannya tangan Clara yang masih terus menangis tersedu - sedu sambil memeluknya.
Pandangannya langsung mencari sosok Erika. Orang yang dicarinya malah memandang kearah lain, dan bibirnya tertutup rapt. Tak ada senyum, apalagi kata - kata.
Mengenal Erika sejak SMA, membuat Hans mengerti betul apa yang ada di kepala Erika saat ini. Diamnya Erika saat ini berarti dia sedang berpikir sambil menjaga hatinya. Dan terlihat jelas sekali, Erika sedang meredam emosi.
Erika tak akan pernah mempermalukan dirinya. Dia lebih memilih diam daripada harus marah - marah didepan umum.
****
Hans mengemudikan mobilnya menuju arah pulang rumah. Erika sepertinya tak berkeinginan mengeluarkan suara. Pandangannya lurus kearah jalanan dan terdiam.
"Semua tak seperti yang kamu pikirkan, Moms." akhirnya Hans berbicara lebih dulu.
Biar bagaimanapun, Hans menyadari bahwa tak seorang wanita pun yang suka suaminya dekat dengan wanita lain. Apalagi melihat didepan mata, suaminya berpelukan dengan wanita lain. Rasanya pasti sangat tidak menyenangkan.
Erika menoleh. Dia tak langsung menjawab.
"Ceritakan bagaimana hubunganmu dengannya, Kak."
Hans terdiam sesaat.
"Hubungan yang mana? Kami tidak ada hubungan apapun." tanyanya kemudian.
"Semuanya. Aku ingin tau seberapa banyak kalian harus bekerja sama selama dikantor. Seberapa sering kalian bertemu. Dan bagaimana interaksimu dengannya?" Erika menjelaskan.
Hans menghela napas dan berpikir akan memulai cerita dari mana. Dia merasa tak ada yang spesial dengan Clara. Hubungan mereka biasa - biasa saja. Hanya sebatas rekan kerja.
Hans menceritakan bahwa seharusnya interaksi mereka sangatlah jarang, mengingat jabatan mereka yang berbeda jauh. Clara seorang staff marketing, sedangkan Hans adalah Asisten Direktur Utama.
Namun, dibalik penampilannya yang terkesan glamour dan manja, ternyata Clara jago dalam memenangkan proyek - proyek besar. Oleh karenanya, Clara seringkali berdiskusi dengan Hans. Baik saat meminta tanda tangan persetujuan, maupun sekedar deal harga.
Hans juga menceritakan, bagaimana awalnya dia memandang sebelah mata seorang Clara yang pesolek. Seiring berjalannya waktu, Clara menunjukkan bagaimana cekatannya dia mengurus penjualan beserta setiap detil administrasi didalamnya. Dan semuanya dilakukan dengan sangat baik.
Hingga yang terakhir, Hans menceritakan bagaimana sikap Clara terhadap para laki - laki yang bisa dibilang agak terlalu "bebas". Dan mungkin saja berpelukan seperti tadi adalah hal yang biasa dalam pergaulan Clara dan circle-nya.
Jadi, apakah Kak Hans bermaksud mengatakan kalau Clara suka nempel sana sini? Bukan hanya dengan Kak Hans saja? (Erika)
Dari cara Hans bercerita, Erika bisa merasakan kejujuran disana. Baiklah, Erika mengerti. Anggap saja kejadian tadi hanyalah sebuah kecelakaan. Bagi Hans, wanita muda itu hanyalah sebuah asset perusahaan. Karyawan muda dan berbakat.
Hans menyudahi cerita tentang Clara. Keduanya hening untuk waktu yang agak lama.
"Mom, kalaupun aku memperlakukannya dengan baik. Itu hanya sekedar apresiasi. Tidak kurang. Tidak lebih." suara Hans terdengar lembut.
Erika menatap Hans dalam - dalam, mencoba menemukan kesungguhan didalam sana.
"Maaf, kalau kamu merasa tak nyaman dengan situasi tadi." kata Hans dengan tulus.
Tak ingin memperpanjang masalah, Erika tersenyum.
"Aku mengerti. Semua bukan salah Kak Hans. Situasinya memang tidak memungkinkan untuk menyingkir." jawabnya sambil tertawa pelan, mencoba mencairkan suasana.
Hans terlihat lega mendengar suara tawa Erika.
"Sudah waktunya makan siang, kita makan dulu." ujar Hans sambil membelokkan mobilnya dan berhenti di restoran favorite Erika.
Mereka berdua pun turun dari mobil. Kalau dilihat dari jauh, mereka tampak begitu serasi dan mesra.
Sepuluh tahun lebih pernikahan dan empat belas tahun saling mengenal, tak melunturkan kemesraan mereka. Bergandengan tangan memasuki restoran.
Saat memesan makanan, Hans diam - diam memperhatikan mimik wajah Erika. Terlihat Erika sudah berhasil menetralkan perasaannya.
Seperti biasa, Erika selalu lebih banyak mengalah pada Hans. Mengingat semua itu, hati Hans menghangat. Digenggamnya tangan Erika lembut, lalu menatap hangat kearah Erika.
Erika mengangkat kepalanya.
"Mom, pegang janjiku. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu dan juga anak - anak."
Melihat kesungguhan di mata Hans, hati Erika terasa sejuk.
"Aku tau...."
"Apapun yang kulakukan, semua yang terbaik demi perusahaan. Kamu tahu sendiri, bagaimana loyalitasku terhadap perusahaan kan?" ujar Hans lagi.
Erika tersenyum manis dengan wajah tulus menjawab
"I trust you."
(Aku percaya kamu)
Biarlah kali ini dia percaya pada Hans. Toh pada kenyataannya, Hans tadi tidak membalas pelukan Clara. Harapan Erika adalah cukup sampai disini dan tidak akan ada lagi kasus - kasus yang membuatnya kembali salah paham.
Sampai jumpa di episode selanjutnya
Tolong dukung Author supaya semangat dalam berkarya dengan cara
Like
Comment
Vote
Jangan lupa klik favorite untuk mendapatkan notifikasi setiap ada update baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
꧁𝙉Ⓐノ𝙎ム꧂💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Hai kak aku mampir
2022-08-18
1
💋ShasaVinta💋
kali ini? biasanya akan jadi aawal dari lain kali 🙂. trust me 👍
2022-07-09
3
💋ShasaVinta💋
kaga' lah... mana ada skinship sampe pelukan gitu.. sedih sih iya.. tapi gak juga harus peluk laki' orang
2022-07-09
1