"Aku menolaknya, Laila."
Laila kecewa mendengar penuturan rekan kerja sekaligus sahabatnya itu. Kesempatan emas seperti ini tidak akan datang dua kali, malah Sashi menolaknya. Andaikan posisi Laila berada di posisi Sashi, ada kemungkinan Laila langsung menerimanya.
"Sashi, lihat aku! Ini kesempatan bagus. Kenapa kamu malah menolaknya? Andai saja aku yang dilamar, aku langsung menerimanya tanpa berpikir hal lain. Coba dengarkan aku! Bos Fathan itu paket komplit. Ya, walaupun statusnya duda yang semua orang tidak tahu apa yang menyebabkan beliau menduda. Kurasa aku perlu membawamu ke optik deh," cerocos Laila panjang lebar.
Ini bukan saat yang tepat untuk mengatakan pada Laila bahwa Sashi sudah menjadi istri orang lain. Status pernikahan sirinya itu membuat Sashi tertahan untuk tidak menerima Fathan. Wanita mana yang akan menolak ketika Fathan melamarnya? Laila benar, Sashi harus pergi ke optik untuk memeriksakan kondisi matanya yang rabun karena menolak Fathan.
"Kalau jodoh tak akan ke mana, Laila."
Jelas saja Laila meradang. Kesempatan itu tidak akan datang dua kali, tetapi Sashi masih saja dengan entengnya mengatakan hal segampang itu.
"Sashi! Aku gemes sekali sama kamu. Hal sepenting ini masih saja bergantung pada takdir? Helo, Sashi! Bangun dong. Ini kesempatan bagus dan Pak Fathan itu sedang berjuang mendapatkan kamu. Eh, kamunya ogah-ogahan seperti itu."
Sebenarnya Sashi ingin mengatakan hal penting yang membelenggunya saat ini. Namun, ini belum saatnya. Sashi masih memperjuangkan perceraiannya dengan Puguh. Dia juga tidak mau dicap sebagai orang ketiga dalam pernikahan antara Puguh dan istrinya.
"Laila, sebaiknya kita bekerja dulu. Siang ini aku akan mengajakmu makan siang bersama di restoran. Aku traktir."
"Tidak perlu. Aku yang akan mentraktirmu. Kamu baru saja berduka, aku tidak tega melakukan pemalakan traktiran padamu."
Terkadang Laila cukup menyebalkan, tetapi juga dia selalu bisa bersikap baik dan sangat pengertian. Sesuai kesepakatan ketika makan siang, Sashi mengemudikan mobilnya ke restoran yang tak jauh dari kantornya. Bisa saja keduanya berjalan kaki, namun membutuhkan waktu yang lumayan lama.
"Pesanlah makanan kesukaanmu. Aku sudah berjanji padamu untuk mentraktirmu." Laila mengambil buku menu yang ada di meja kemudian memanggil pelayan. "Mbak, kemarilah!"
Pelayan itu menghampiri meja Laila dan Sashi. Laila lekas memesan makanan dan minuman yang sedikit berbeda dari biasanya.
"Eh, tumben kamu memesan jus? Bukankah minuman favoritmu itu lemon tea sama sepertiku?"
"Aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda, Sashi. Ayo lekaslah pesan!"
"Mbak, aku mau satu nasi goreng spesial dan lemon tea." Sashi mengembalikan buku menunya.
"Saya ulang pesanannya dulu ya, Kak. Cap cay, jus melon, nasi goreng spesial, dan lemon tea. Masing-masing satu, ya?" ucap Pelayan.
"Iya, Mbak," jawab Sashi.
Setelah pelayan pergi, Laila dan Sashi melanjutkan obrolannya. Laila masih belum bisa terima kalau Sashi menolak bosnya yang ganteng dan tajir melintir itu.
"Sashi, apapun alasanmu untuk menolak bos Fathan, aku tetap akan mendukung pak duda itu untuk tetap maju mengejarmu. Sekalipun jabatanku dari staf menjadi office girl, aku tidak peduli."
"Hah, apa hubungannya dengan jabatanmu? Kan pak Fathan tidak ada hubungannya denganmu. Justru bisa saja keesokan harinya aku yang dipecat karena menolak lamarannya."
Deg!
Sashi yang mengatakan, kenapa Laila yang deg-degan ya? Kalau sampai Sashi dipecat, Laila akan demo besar-besaran pada bosnya itu. Urusan hati tidak boleh dicampur adukkan dengan pekerjaan. Harus profesional!
Makanan yang dipesan telah dihidangkan oleh pelayan. Baik Sashi maupun Laila lekas menikmati makan siangnya sebelum waktu semakin mendekati jam masuk kerja. Sashi hampir menghabiskan makanannya ketika sebuah suara menghentikan aktivitasnya.
"Sashi, kamu di sini juga?" tanya Puguh yang mengetahui istri sirinya berada di restoran tak jauh dari perkantoran elite.
Deg!
Yang dikhawatirkan Sashi saat ini bukan suami sirinya itu, melainkan pertanyaan Laila yang macam-macam. Laila tahu kalau selama ini Sashi tidak memiliki kekasih atau teman pria yang sedang dekat dengannya.
"Aku makan siang di sini, Mas. Kamu kenapa bisa sampai sini?" tanya Sashi. Dia memang tidak tahu mengenai pekerjaan Puguh.
"Aku barusan bertemu klien di kawasan perkantoran elite ini. Sebelum aku kembali ke kantor, aku mampir makan siang dulu. Biar sekalian jalan," jawabnya.
"Oh, kalau begitu silakan makan. Aku melanjutkan makanku dulu." Sashi memang belum terbiasa menerima keberadaan Puguh. Bagaimana pun, dia tetap suaminya.
"Boleh bergabung di sini?" tanya Puguh.
Sashi hendak menolak, namun Laila keburu mempersilakan pria itu untuk duduk di tempat yang sama.
"Silakan, Pak. Tidak masalah. Lagi pula kita berdua hampir selesai kok," ucap Laila.
"Terima kasih." Puguh lantas memanggil pelayan kemudian memesan makanan yang sama dengan apa yang dipesan istrinya. Seolah dia mau menunjukkan bahwa apa yang disukai Sashi pasti disukai Puguh.
Sashi merasa tidak nyaman. Dia seperti wanita yang ketahuan berselingkuh dengan pria yang menjadi suami orang. Padahal Puguh juga tidak mengatakan apapun, tetapi Sashi sudah terlihat tidak nyaman dengan keberadaan suami sirinya.
"Sashi, aku ke kasir dulu ya. Kamu tunggu sebentar!" pamit Laila.
Kini hanya berdua saja. Namun, tidak ada pembicaraan penting yang disampaikan sepasang suami istri itu. Sashi masih harus memperjuangkan perihal talak yang diajukan pada suaminya.
"Mas, jangan lupa penuhi permintaanku. Setelah 40 hari meninggalnya ibu, lekaslah ceraikan aku. Aku tidak ingin membuat pernikahan sahmu itu hancur. Aku juga tidak sengaja masuk ke pernikahan kalian," ucap Sashi lirih. Jangan sampai pembicaraannya ini terdengar Laila.
"Aku tidak bisa melakukan itu, Sashi. Aku akan tetap melanjutkan proyek yang sudah berlangsung." Puguh sengaja mengalihkan pembicaraan karena teman wanita istrinya sudah kembali.
Sashi menoleh ke belakang. Dia melihat Laila sudah berada tepat di belakangnya.
Deg!
"La, sudah selesai ke kasirnya?"
"Iya, Sashi. Ayo kita kembali ke kantor dulu. Mari Pak," pamitnya.
"Iya, hati-hati," jawab Puguh.
Laila yang semakin penasaran pada pria tadi berusaha mengorek informasi penting. Dia sangat ingin tahu karena mendadak ada pria yang kenal pada Sashi.
"Sa, kamu jangan marah, ya? Jiwa kepo-ku tiba-tiba meronta-ronta. Kamu tahu kan kalau seorang Sashi itu sulit sekali bisa menerima pria. Barusan kulihat kamu dan pria itu seperti pasangan yang cocok. Apa kalian menjalin hubungan?" tanya Laila ketika berjalan menuju ke tempat parkir. Dia sudah tidak sabar harus bertanya ketika berada di dalam mobil.
"Hanya teman, Laila." Sashi tidak mungkin mengatakan bahwa dia suami sirinya. Bisa-bisa Laila langsung syok dan mendapatkan serangan jantung.
Kurasa ada yang disembunyikan Sashi padaku. Walaupun aku teman dekatnya, tidak mungkin juga aku memaksanya untuk mengaku tentang hubungannya dengan pria itu.
"Baiklah, kali ini aku percaya padamu Sashi. Ingat, lain kali aku akan mengejar pertanyaan sampai penuh satu lembar kertas folio kalau kamu macam-macam."
Sashi tidak mempedulikan ocehan rekan kerjanya itu. Dia sudah masuk ke mobil kemudian diikuti Laila yang duduk tepat di sebelahnya.
"Baiklah, Sashi. Aku tahu dia temanmu, tetapi bolehkah aku bertanya satu hal padamu?"
Pertanyaan Laila membuat debaran jantung Sashi tidak menentu. Akankah pernikahan sirinya itu terendus oleh rekan kerjanya?
"Tanyakan saja. Selagi aku bisa menjawab, aku pasti akan menjawabnya."
"Siapa nama pria itu?" Laila melirik ke arah Sashi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Oyah Oyah
Mampir thor
2022-06-15
0
Sukliang
kepo laila
2022-06-10
0
Ranran Miura
Wkwk pinter bgt ngelesnya 😆
2022-05-12
1