Melamar Istri Orang

Sashi sengaja meminta cuti selama tiga hari. Dia sudah menyampaikan hal itu kepada rekan kerjanya, Laila. Laila yang akan menyampaikan hal itu kepada atasannya, Fathan Auriga.

Hari ini, Sashi kembali lagi bekerja. Perjalanan hidupnya di tempat kerja tidaklah mudah. Dia sering sekali berbeda pendapat dengan Fathan, Bosnya. Namun, di sisi lain tersiar kabar kalau Fathan menyukai Sashi. Sayangnya Sashi tidak pernah memberikan kesempatan pada duda 40 tahun itu.

Alasannya simpel, Sashi dan Fathan bertolak belakang. Fathan berasal dari keluarga kaya raya yang bisa menunjuk siapa saja untuk menjadi pasangannya. Dia pria sempurna dengan ketampanan yang luar biasa. Hanya saja mengenai status dudanya tak banyak yang tahu penyebabnya apa?

"Apa Bos marah padaku?" tanya Sashi ketika sampai di ruang kerjanya dan melihat Laila sudah datang.

"Sashi, mana bisa Bos Fathan marah padamu. Dia sudah menyukaimu cukup lama. Tidakkah ada kesempatan untuknya bisa mendekatimu?"

Deg!

Mana mungkin Sashi menerima bosnya itu dengan status barunya sebagai istri siri. Sejak awal niatnya untuk bekerja. Walaupun Sashi tahu kalau Fathan menyukainya, tetapi tak sedikitpun terbersit niatnya untuk mengejar cinta duda itu.

"Laila, lupakan Pak Fathan. Kita hanya bekerja dan tidak ada unsur cinta atau apapun di sini," jelas Sashi.

Suara nyaring itu masih bisa didengar bosnya. Sashi tidak menyadari kalau sejak tadi Fathan menguping pembicaraan mereka. Lebih tepatnya tidak sengaja, namun Fathan masih ingin mendengar ucapan pujaan hatinya.

Merasa sudah cukup mendengarnya, Fathan mengetuk pintu ruangan stafnya. Dia berniat untuk memanggil Sashi dan bicara dari hati ke hati.

Tok tok tok.

Laila membuka pintunya. Dia melihat pak Fathan sudah berdiri mematung di sana.

"Pak Fathan?" Laila terkejut. Ini kali pertama bosnya itu mengetuk ruang kerjanya langsung.

"Kenapa, Laila? Apakah kedatanganku mengejutkan?"

"Ti-tidak, Pak. Silakan masuk!"

"Tidak perlu. Aku hanya meminta Sashi untuk datang ke ruanganku sekarang dan bawakan beberapa berkas untuk rapat esok hari. Aku mau mempelajarinya."

Tak perlu mengulang lagi ucapan bosnya karena Sashi juga sudah mendengarnya. Fathan langsung kembali ke ruangannya dan menunggu pujaan hatinya itu dengan cukup sabar. Dia memang pria baik yang tidak memaksakan kehendaknya. Namun, terkadang kesabaran juga ada batasannya seperti Fathan. Dia menyukai Sashi sudah cukup lama. Namun, cintanya tak pernah berbalas sama sekali.

Kini, Sashi sudah berada di hadapan Fathan, bosnya. Walaupun dia duda, ketampanan dan kharismanya tetap terpancar. Dia juga sangat menghormati wanita dan tidak pernah berlaku kasar. Misteri tentang statusnya yang menjadi duda tak banyak orang tahu sehingga beberapa karyawan hanya mampu menerka-nerka saja.

"Ini semua berkas yang Bapak minta." Sashi menyodorkan beberapa map yang tertumpuk rapi di tangannya.

Fathan hanya menerimanya tanpa melihat terlebih dahulu. Urusannya bukan masalah berkas lagi, melainkan hatinya yang sudah bertaut pada Sashi.

"Sashi, saya turut berdukacita atas meninggalnya ibumu."

Ya, Fathan tahu kalau ibunya Sashi meninggal. Itupun atas izin yang disampaikan Laila kepadanya beberapa hari yang lalu.

"Terima kasih, Pak. Kalau memang sudah tidak ada lagi yang Bapak butuhkan, Sashi undur diri untuk kembali bekerja."

Fathan terdiam. Dia masih mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya sekali lagi. Mungkin saja setelah kepergian ibunya, Sashi membutuhkan sandaran untuk sekadar mengobrol atau mungkin membutuhkan pasangan hidup.

"Sashi, maafkan saya. Mungkin ini terlalu cepat. Setelah ibumu tiada, apakah kamu tidak menginginkan kehidupan baru? Maksudku tentang pasangan hidup. Maaf, saya mengetahui semua tentangmu."

Tidak, Pak. Bapak tidak tahu semuanya tentang kehidupanku. Bahkan, tentang pernikahan siriku, Anda tidak tahu.

"Saya setiap hari berusaha hidup untuk lebih baik, Pak. Mengenai pasangan hidup, saya sudah berserah diri. Mungkin ini belum saatnya berjodoh dengan Bapak."

Sashi tidak mungkin mengatakan pernikahan sirinya dengan Puguh. Fathan jelas terkejut jika mendapati kenyataan bahwa pujaan hatinya telah menikah dengan orang lain.

"Sashi, maaf sebelumnya. Saya bukan pria yang suka berbasa-basi. Mungkin selama ini saya terlalu lama menyimpan perasaan padamu. Di usia saya yang tak lagi muda, bukan waktu yang tepat untuk mengatakan cinta atau apapun itu. Yang pasti, hari ini aku melamarmu."

Deg!

Bosnya melamar wanita bersuami. Bukan salah Fathan, dia tidak mengetahui apapun. Sashi jelas menolak lamaran ini.

"Maaf, Pak. Sashi tidak bisa menerima lamaran Bapak."

Deg!

Fathan hampir putus asa. Dia percaya bahwa jodoh tidak pernah tertukar. Sejauh Sashi menolak, kelak kalau keduanya berjodoh, kemungkinan besar mereka akan bertemu lagi. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

"Berikan alasan yang jelas, Sashi! Saya memang tidak berhak untuk memaksamu dalam hal ini. Saya memberikan waktu untuk berpikir. Tidak ada tenggang waktu sampai kamu benar-benar bisa menerimaku."

Fathan nekat. Tidak ada perempuan yang paling tepat untuk mendampinginya kecuali Sashi. Sampai kapanpun, Fathan akan berusaha keras meyakinkan pujaan hatinya.

"Tidak ada alasan yang bisa saya utarakan, Pak. Ini mengenai privasi dan Anda tidak perlu mengawasi kehidupan saya lagi. Sekali lagi, itu cukup mengganggu privasi saya, Pak."

Sashi jelas kesal. Selama ini rupanya bos tempatnya bekerja selalu mengawasi kehidupannya secara mendetail. Sashi takut kalau pernikahan sirinya itu tercium bosnya. Bisa saja pria itu memecatnya sepihak dan Sashi akan kehilangan sumber penghasilannya untuk kehidupan sehari-hari.

Maaf, Sashi. Aku tidak bisa untuk tidak mengawasimu dari jauh. Aku cukup khawatir kalau kamu sampai kenapa-napa. Kamu prioritas hidupku saat ini.

"Maaf, Pak. Kalau memang sudah tidak ada yang dibicarakan lagi, Sashi pamit."

Fathan tidak bisa mengekang Sashi. Semakin bawahannya itu tertekan, makan Fathan akan semakin jauh untuk menggapainya.

Di luar ruangan, Sashi menekan dadanya yang sesak. Andai Fathan tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kehidupannya? Masihkah pria itu mau menerimanya? Bahkan, barusan Fathan telah melamar wanita beristri yang statusnya disembunyikan. Sashi ingin menjerit, namun dia tidak kuasa. Suami sirinya telah menolak talak yang dimintanya.

"Sashi, kamu kenapa?" tanya Laila ketika sudah berada di ruangannya. "Apakah pak Fathan mengatakan hal penting tentang berkas yang kamu bawa?"

Sashi menggeleng.

"Sashi, kenapa cuma menggeleng? Aku butuh jawaban. Siapa tahu berkas yang kukerjakan tadi ada yang salah." Laila masih belum puas dengan jawaban yang diberikan rekan kerjanya itu.

"Belum ada, Laila. Pak Fathan belum membacanya, tetapi dia-"

Sashi menghentikan ucapannya. Perlukah dia mengatakan bahwa pak Fathan melamarnya? Sebenarnya tak masalah juga karena Laila selain rekan kerjanya, dia juga sahabat yang baik untuk Sashi.

"Pak Fathan kenapa? Apa dia memberikan bonus untuk kita berdua?"

"Tidak, Laila. Pak Fathan melamarku."

Laila bukan malah terkejut karena ucapan Sashi barusan. Malah dia tertawa renyah melihat Sashi seperti tertekan seperti itu.

"Loh, kenapa kamu malah tertawa?"

"Bagus, dong! Kan sebentar lagi kamu akan jadi Bu Bos. Jadi, apakah kamu menerimanya?"

Sashi terdiam. Dia tidak mungkin menerima lamaran Bosnya. Apalagi statusnya sekarang sudah bersuami. Laila masih menunggu jawaban rekan kerjanya. Namun, melihat mimik muka yang ditunjukkan Sashi padanya, Laila sudah bisa menyimpulkan jawabannya.

Terpopuler

Comments

🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ

🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ

pak fathan telat melamarnya

2022-10-20

0

Sukliang

Sukliang

enak dg pak bos la, duda
drpd suami siri, suami orang dan karyawan

2022-06-10

0

Al Vi a

Al Vi a

huuhhh ruumiitt rumit

2022-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!