Jalan kota yang sangat ramai dan padat oleh kendaraan yang lalu lalang, yang saling menyalip, menekan klakson, sibuk dengan tujuanya masing-masing.
Katub mata Ilham yang sedang mengendari motor sudah naik turun. Kantuk yang sedang menerjangnya, kini membuatnya harus singgah di sebuah tempat untuk mendaratkan lelah.
Sementara Angga yang berada di atas boncengan, menepuk nepuk pundak temanya itu memberi kode untuk berhenti di suatu tempat. Ketika pandangan Angga tertuju pada warung langgangan mereka, Angga semakin menjadi jadi menepuk pundak Ilham. Ilham langsung paham dengan apa yang dipinta oleh temanya itu. Ia segera memelankan gas motor, menurunkan handgrip, lalu mengarahkan motornya menepi.
Tak jauh dari warung itu berada, berdiri bangunan dengan lantai dua, tertulis di depan gedung itu ‘' B-media ‘’ adalah gedung penerbitan buku. Ilham memarkirkan motornya di parkiran sebelah gedung itu. Setelah keduanya melepas helm, keduanya berjalan beriringan menuju warung.
Warung dengan ukuran kecil, jika dilihat dari kejauhan, tampak tidak menggugah selera. Namun ketika sudah mencoba makan di situ, yakin siapa saja pasti akan ketagihan.
Warung itu memang biasa untuk makan karyawan dari B-Media dan beberapa orang dari luar yang singgah untuk melepaskan penat. Seperti Ilham dan Angga misalnya, keduanya memang sudah sering makan di tempat itu dan mereka sudah kenal baik dengan sang pemilik warung.
Pak Ahmad adalah Bapak- Bapak pemilik warung tersebut. Usianya 35 tahun, sudah lebih dari 4 tahun beliau mendirikan warungnya di situ.
‘’ Pak Ahmad, bagimana kabarnya? ’’ sapa Ilham sambil mendaratkan tubuh di bangku panjang dan melepas tasnya yang sedari tadi tersampir di bahu.
‘’ Sehat Nak Ilham, habis dari mana ini? ‘’ sahut Pak Ahmad dari dalam.
‘’ Biasa, Pak, hobby anak muda, Kopdar. ‘’ balas Ilham sambil menaikan sebelah alisnya.
‘’ Pantas saja, kelihatan tidak segar begitu, masih kelihatan pada ngantuk! ‘’ kata Pak Ahmad terkekeh. ‘’ Ngopi dulu Mas, biar ngantuknya hilang. ‘’
‘’ Iya ini Pak Ahmad, semalaman tidak tidur, acara sampai subuh. ‘’ timpal Angga kemudian.
‘’ Sebentar saya buatkan kopi dulu, untuk Nak Angga dan Nak Ilham. ‘’
Tidak lama kemudian, Pak Ahmad meletakan dua cangkir kopi yang masih mengepul panas di atas meja. Aromanya menembus hidung mereka membuat ingin cepat meminumnya. Pak Ahmad sudah kembali dan menaruh makanan di atas meja setelahnya. Ilham dan Angga mulai menyantap makan siang, mengunyahnya dengan lahap. Sekitar 15 menit, mereka telah menghabiskan makananya.
Setelah itu, Ilham mengambil sebungkus rokok dari dalam sakunya.Lalu menghisapnya dengan penuh kenikmatan. Sesekali meminum kopi di sampingnya. Diikuti oleh Angga yang melakukan hal yang sama.
Sementara itu, seorang wanita dengan make up yang tidak terlalu mencolok, menambah kesan cantik natural memancar dari wajahnya. Sedang berjalan dengan langkah tergesa-gesa menuju warung Pak Ahmad. Dia adalah karyawan yang bekerja di penerbitan B- media.
‘’ Pak, bisa anterin saya pulang? ‘’ pinta wanita itu pada Pak Ahmad saat sudah sampai.
‘’ Maafkan saya Bu Mira, motor saya sedang di pakai oleh anak saya. ’’ jawab Pak Ahmad.
Pak Ahmad lalu bertanya, ‘’ Memangnya ada apa, Bu? Kok sepertinya buru- buru sekali! ‘’
‘’ Anak saya tiba- tiba sakit, Pak! saya harus segera pulang! ’’ jawab wanita itu sembari menatap layar ponsel, tanganya tampak bergetar.
Wanita itu adalah Mira. Ia harus segera pulang karena tiba-tiba mendapat kabar kalau Rafa sakit. Sedangkan Ia tidak membawa mobil hari ini. Sebenarnya bisa saja Ia memesan ojek online, namun Ia sudah ingin cepat-cepat segera pulang. Ia sudah cemas sekali. Berharap Pak Ahmad atau anaknya bisa mengantarnya, namun mereka tidak bisa.
‘’ Rumahnya di mana, Mbak? ‘ ’seru Ilham tiba-tiba dari bangkunya, sambil menghisap rokoknya. Tampaknya Ilham mendengarkan perbincangan antara Mira dan Pak Ahmad tadi.
‘’ Jalan Anggrek, Mas, perumahan Bina Agung. Tidak jauh dari sini, sekitar 15 menit. ‘’ jawab Mira tidak terlalu fokus, tanganya masih bergetar memegang ponselnya.
‘’ Yasudah, kalau begitu, ikut dengan saya saja. ‘’ Balas Ilham, meletakan rokok di asbak.
Mira terperanjat, lalu melirik ke arah sang empu suara. Dilihatnya laki-laki itu yang sudah berdiri.
‘’ Hati-hati, Bu, sama dia, sukanya modus. ‘’ goda Angga, sambil tertawa kecil.
Ilham melirik ke arah Angga, sembari menatap tajam dan buru-buru meninggalkan tempat duduknya.
‘’ Iya Mas, tolong anterin saya, ya, anak saya mendadak sakit soalnya, saya buru- buru sekali. ‘’ pinta Mira pada Ilham.
Ilham hanya mengangguk dan berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya di samping gedung itu. Tidak lama kemudian, Ilham menghampiri Mira, lalu Mira pun naik. Ilham menekan klakson dan mengangguk pelan ke arah Angga dan Pak Ahmad. lalu keduanya pun bergabung dengan kendaraan yang lalu lalang.
‘’ Mas, boleh ngebut sedikit tidak! Saya khawatir sekali soalnya dengan anak saya. ‘’ pinta Mira di atas boncengan, sambil memegangi bahu Ilham.
Ilham hanya mengangkat jempol, memberi kode siap dengan permintaan Mira.Tanganya mulai mengangkat handgrip dengan semangat. Motor melaju dengan kencang, Mira yang ada di belakang beberapa kali mengerjap, rambutnya berkibaran diterpa angin.Tanganya menepuk nepuk bahu Ilham dengan keras, sebagai isyarat bahwa itu terlalu kencang.
Ilham tak mempedulikanya, Ia semakin ganas mempermainkan gas motor. Lampu hijau sudah tampak dari kejauhan. Ilham langsung menatap lurus ke depan, dalam hitungan 10 detik Ia harus sampai di traffic light itu.
Satu, dua, tiga.... sepuluh.
Lampu berganti kuning, tepat saat mereka sudah sampai di trafic light. Ilham pikir masih bisa menembus jalanan. Ia pun langsung gas pol menembus jalanan yang masih sepi, sebelum lampu berganti merah.
Keduanya berhasil melewati maut.
Tangan Mira berpegangan erat pada bahu Ilham. Matanya terpejam, menenggelamkan wajah pada punggung Ilham. Ilham segera memelankan gas, mengamati Mira dari balik spion dengan senyum tertahan. Keduanya pun memasuki sebuah kawasan perumahan sesuai dengan arahan Mira sebelumnya.
‘’ Mas! kamu tidak sayang dengan nyawa apa, hah! Tadi lampu sudah berganti kuning! main serobot saja, kalau sampai ada mobil atau Bus yang sedang lewat bagimana! ’’ kata Mira panik.
‘’ Sudah? ‘’
‘’ Sudah! ‘’
‘’ Sudah protesnya! ’’ jawab Ilham lagi sambil tersenyum.
Mira mendengus kesal, lalu menggeleng kepala. Mencoba mengatur napasnya yang tidak teratur itu. Karena tadi, hampir saja jantungnya mau lepas.
‘’ Eh, Mas, berhenti di rumah yang catnya abu-abu, ya, itu rumah saya. ‘’ Kata Mira, sambil menunjuk rumah yang terletak di kanan jalan.
Ilham kembali mengangguk, melajukan motor dengan pelan. Mereka telah sampai.
‘’ Kau ini masih muda! masa depanmu masih panjang. Apa baiknya kau kebut kebutan seperti tadi, terus, lampu sudah berganti kuning, masih saja diterjang. Das... ’’ Jelas Mira tanpa henti setelah turun dari atas motor.
‘’ Itu dipanggil suaminya, Mbk! ‘’ Ilham segera memotong pembicaraan.
Mira mendelik ke arah laki-laki itu, sembari berjalan masuk ke dalam rumah dengan menggeleng kepala. Ilham di atas motor hanya tersenyum puas. Namun Ia cepat- cepat menguasai diri. Ia turun dari motor, lalu melihat lihat sekeliling rumah. Duduk di teras rumah itu tanpa dipersilahkan masuk oleh sang pemilik rumah.
Tiba- tiba terdengar bunyi panggilan masuk dari ponselnya. Ia segera merogoh saku dan mengeluarkan ponsel dari sana, ditatapnya layar ponsel terlebih dahulu. Dengan pelan, Ia mencoba mendekatkan ke telinga.
‘’ Sayang, kamu sudah pulang belum? ‘’
Kata suara seorang wanita dari sebrang sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Zendixs 123
widih....makin penasaran sama Ilham...
2023-07-27
0
Arsalan Adya Kenzie
kirain jomblo 🤭
2022-08-27
0
Ern_sasori
yahhhh tak kira
2022-05-01
0