Ilham menjauhkan ponselnya, suara cempreng dari ujung ponsel itu sungguh menyakitkan telinganya. Dia pun menghela napas dan mulai menyahut.
‘’Aku belum pulang Natasha, aku masih di perjalanan. ‘’
‘’ Lama sekali, cepat pulang, ya, aku sudah tidak sabar untuk segera bertemu denganmu. Aku sudah kangen denganmu. ‘’
‘’ Iya, nanti kalau aku sudah sampai rumah, aku janji, aku akan segera menghubungimu. ‘’
‘’ Janji, ya, kalau kamu sudah pulang, jangan lupa menghubungiku! ‘’
Panggilan pun diakhiri.
Sial! aku sedang tidak punya uang! Uangku sudah habis semua. Masa, aku harus minta uang sama Papa, tidak mungkin dan tidak akan pernah.
‘’ Kau belum kembali ke warung! ‘’ seru Mira, melangkah menghampiri Ilham yang tengah duduk di teras rumah.
Ilham pun tersentak, lalu menoleh ke arah Mira.
‘’ Ya ampun, saya lupa, ini ongkosnya. ‘’ ucap Mira lalu menyodorkan uang pada Ilham.
Ilham segera bangkit dari duduknya. ‘’ Tidak usah, Mbak, buat beli susu, saja. ‘’
‘’ Susu? ‘’ Mira mengernyitkan kening.
‘’ Iya, susu buat anak, Mbak. ‘’ Jawab Ilham, lalu tersenyum.
Mira mengangguk mengerti.
‘’ Eh, Mas, sudahlah, terima ini, saya mohon, saya jadi tidak enak karena sudah merepotkan. ‘’
Ilham tampak berfikir sejenak, rahangnya mengeras, lalu menjawab. ‘’ Kalau begitu, sebagai gantinya, besok bayarin saya kopi saja di warungnya Pak Ahmad. ’’
‘’ Besok? ‘’ ulang Mira.
Jadi, besok akan bertemu dengan dia lagi?
Ilham mengangguk pelan. Lalu pamit diri, segera menghidupkan mesin motor dan melajukan motornya. Mira berjingkat, untuk memastikan laki-laki itu sudah tidak tampak dari pandanganya. Setelah itu, Mira berjalan masuk ke dalam rumah lagi dan berjalan menuju kamar sang buah hati.
Mira duduk di tepi ranjang sembari memandang anak semata wayangnya itu yang tengah tertidur pulas. Raka sakit demam, walaupun di rumah ada Sri, tapi tetap saja dia tidak tenang jika mendengar buah hatinya sakit.
Tiba-tiba bulir air mata kembali menghiasi wajahnya yang sendu, perlahan air matanya jatuh menetes. Buru-buru dia segera menyeka ujung matanya. Saat- saat seperti ini, membuat dia kembali teringat dengan mendiang suaminya. Apalagi jika Rafa sedang sakit seperti ini.
'' Mas Fahmi, kenapa kau secepat itu meninggalkan kami. Kenapa kau secepat itu pergi, aku sangat merindukanmu, Mas. Hidup tanpamu, aku sungguh tak kuat, Bagai-bagaimana kalau Rafa sudah besar nanti, aku harus memberitahunya bagimana? Bahwa kau sudah ada di taman syurga. Aku harus bagimana, Mas. ''
Mira bermonolog sendiri, dengan disertai sesenggrukan.
Mira terkadang merasa tidak kuat untuk menjalani hidup tanpa suami disisinya.
Benar apa kata Sri, Rafa hidup dalam kebohongan yang akan membuatnya terus memikirkan Papanya yang tidak kunjung pulang juga. Sebenarnya sudah ada tiga laki-laki yang menyatakan cinta kepadanya. Namun, semuanya tak ada yang bisa membuat Mira mau membuka hati.
Namun jika dia terus-terusan tak melepaskan kepergian Fahmi dari lubuk hatinya dan dari bagian hidupnya, maka dia akan tetap seperti ini terus.
Mira mendesah berat, sembari bangkit dari tepi ranjang dan berjalan keluar dari kamar Raka menuju ruang tamu. Ia mendaratkan tubuh di sofa, sedangkan pikiranya melayang jauh ke dimensi lain.
Apakah kini saatnya, aku harus mencoba membuka hati untuk laki-laki lain? Untuk membina keluarga baru kembali? Dengan orang baru?
Ya, akan kucoba untuk mulai membuka hati.
Lalu, aku harus menikah dengan siapa?
Mira menyerahkan semuanya pada waktu, biar waktu yang menjawab.
Perkara menikah juga tidak mudah yang seperti kita bayangkan. Ia juga tak mau menikah dengan sembarang orang. Yang Ia harapkan bukan lagi untuk bersenang-senang ketika masih SMA atau masa awal-awal menjalin hubungan. Yang Ia harapkan adalah lelaki yang mencintai dirinya sepenuh hati dan tentu saja, dapat mencintai Rafa dengan sepenuh hati pula.
.......
Ilham sudah kembali ke warungnya Pak Ahmad.
‘’ Eh, Bro, kau tidak diapa-apakan dengan suaminya, kan? Wajahmu masih baik-baik saja, kan? ‘’ sergap Angga sembari memegangi pipi Ilham dengan cengengesan.
‘’ Aman, suaminya lagi tidak ada di rumah. ‘’ Balas Ilham, sambil mengangkat sebelah alisnya.
“ Bu Mira itu janda, Mas Ilham. ” sela Pak Ahmad dari dalam.
Ilham segera memandang Pak Ahmad, memastikan bahwa mungkin saja Ia salah dengar. “ Benarkah, Pak Ahmad? Suaminya, Bu Mira sudah meninggal? ”
‘’ Iya, Mas, Kasian Bu Mira, Mas, semenjak di tinggal suaminya, jadi sering sedih. Apalagi anaknya masih kecil, sekitar umur 4 tahun. ‘’ Pak Ahmad bercerita sambil mengelap meja yang tampak kotor, lalu berkata kembali. ‘’ Kalau Mas Ilham suka, langsung dinikahi saja Mas, hitung-hitung dapat pahala menolong Janda. Masih muda, cantik lagi, kurang apalagi coba! ‘’
Ilham bagaikan mendapat sengatan listrik, tak menyangka akan menjadi bahan candaan Pak Ahmad. Angga yang duduk di sampingnya hanya terkekeh mendengar tawaran Pak Ahmad. Lalu menepuk nepuk bahu Ilham.
‘’ Ada- ada saja Pak Ahmad ini, saya sudah punya pacar, Pak, tidak mungkin menikah dengan Bu Mira. ‘’ Balas Ilham.
‘’ Loh, siapa tau jodoh, Mas Ilham! ‘’ jawab Pak Ahmad, terkekeh kembali.
Ilham tak menyangka bahwa wanita yang Ia antar tadi adalah wanita yang sudah ditinggal oleh seseorang yang dicintainya. Wanita yang mengomelinya tadi adalah wanita yang sedang memendam rasa sedih yang begitu dalam.
Setelah puas menggoda, Ilham dan Angga pamit diri hendak pulang. kini gantian Angga yang mengendarai motor di depan, sedangkan Ilham membonceng di belakang. Seketika motor melaju membelah jalanan hendak pulang.
.......
Sesampainya di rumah, Ilham langsung mendaratkan tubuh di hamparan kasur yang sudah dari tadi minta direbahkan dan perlahan mulai memejamkan mata.
Ilham baru saja ikut kopdar motor di luar kota, biasanya kalau sehabis pulang seperti ini, Ia akan berlama lama bermanjaan dengan kasur. Tidak lama kemudian, Ia beranjak dari ranjang, menyambar handuk untuk mandi.
Setelah selesai, Ia baru ingat dengan janji dengan pacarnya. Bahwa kalau sudah sampai rumah Ia akan menghubunginya. Tanpa berlama-lama lagi, dengan rambut yang masih basah, handuk yang masih melingkar di leher, belum berganti baju sehingga sisa air masih menempel pada dadanya yang bidang. Ilham langsung meraih ponsel yang tergeletak di atas kasur.
Sudah ada pesan masuk dari Natasha, ada dua panggilan tak terjawab juga dari Natasa ; pacarnya. Ilham pun menghela berat, cepat-cepat menghubungi Natasa kembali. Tak lama kemudian, terdengar suara sahutan dari ujung sana.
‘’ Kamu sudah pulang, kan? Bisa ya, temani aku ke butiq, sekarang! aku sudah tak sabar membeli tas baru. Nanti jam 12, kamu jemput aku, oke! ‘’
Ilham menggerak gerakan kepala ke kanan dan ke kiri. Memegangi leher menggunakan tanganya. Sebenarnya Ia masih ingin istirahat, mau tidur seharian ini. Tubuhnya sudah minta di rebahkan, sudah sangat lelah, matanya juga sudah ingin terpejam. Namun, mau tak mau ia harus mengiyakan permintaan pacarnya. Sebelum pacarnya itu akan marah- marah tidak jelas. Dengan berat hati, akhirnya Ilham mengiyakan dan jam satu berjanji akan menjemputnya.
Masih ada waktu untuk tidur, Gumamnya.
Tanpa berlama lama lagi, Ilham pun langsung merebahkan tubuh di hamparan kasur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Fazat Tamara Afinnas
sscA
2022-02-18
0
🐣Aruka Syiffa S²🍼
lanjut
2020-11-23
1
Firchim04
Hai author semangat😊
Salam dari "Dosenku Sahabatku" dan "Suamiku Adik Kelasku"
2020-09-17
2