"Dan kamu akan mencabut nyawaku untuk pertukaran itu? itu sebabnya dulu aku pernah melihatmu? lalu kamu juga sempat bilang kalau kita sudah bertunangan?" tanya Andrea, buka suara setelah keheningan beberapa saat.
Kening pria itu berkerut. "Menurut kamu bagaimana?"
"Dari ceritanya aku-"
Pria itu tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya. "Ya ampun, kamu ini lemot banget."
Andrea cemberut mendengar ejekan pria di depannya. "Bagian mana yang salah?"
"Dengar ya-" pria itu berdehem dan menatap serius Andrea. "Bagian aku mencabut nyawa kamu."
"Tadi katanya- selain itukan kamu-" tunjuk Andrea.
"Tidak, tidak secepat itu. Setelah membuat perjanjian tanpa sengaja aku menyaksikannya dan-" Pria itu menghentikan kalimatnya. "Dan itu tidak berhasil, ibu kandung kamu keturunan keraton yang memiliki pelindung di setiap anak perempuan kelahiran pertama."
"Bude dong seharusnya."
"Bude yang mana?" Pria itu bangun dan duduk menghadap Andrea.
"Bude yang sekarang ini. Pemilik rumah ini, dan membiayai hidup aku, mama dan Andre." Andrea membentangkan tangannya lebar-lebar.
"Oh bukan. Bude satunya, bude yang meninggal sewaktu masih bayi."
"Ah iya, mama pernah cerita, aku juga pernah ke makamnya." Angguk Andrea.
"Nah karena bude kamu meninggal sewaktu masih bayi yang seharusnya mendapat pelindung, dia berpindah tapi tidak dengan anak selanjutnya karena ketetapan peraturan. Keturunan perempuan pertama. Jadinya turun ke cucu perempuan pertama."
"Aku dong!" tunjuk Andrea pada dirinya sendiri.
"Aku memiliki pelindung?"
"Ya, mau aku kenalin?" pria itu menunjuk salah satu sudut tembok kamarnya di dekat pintu.
Andrea menggeleng takut. "Enggak, jangan sekarang. Aku belum siap!" Andrea menurunkan jari telunjuk pria itu.
"Perjanjian itu menjadi tidak sah karena adanya pelindung kamu dan adik kamu pun juga dilindungi. Jadinya hanya anak ketiga yang tidak memiliki pelindung."
"Jadi keguguran itu karena-"
"Karena tumbal, untungnya belum ada nyawa jadi aku meminta alam untuk menggugurkan kandungan ibumu sebelum terjadi hal tidak diinginkan, iblis tidak akan puas jika belum mendapat target, takutnya mereka ingin adik kamu dan kamu."
"Wow, aku baru dengar cerita seperti ini... aku..." Andrea bicara terbata-bata, dia tidak tahu harus bagaimana bereaksi mendengar cerita tidak masuk akal itu.
"Karena itulah kamu menjadi kekasih, tunangan dan belahan jiwaku."
Andrea mengangkat kepalanya. Beberapa hari lalu pria ini menemuinya dan bicara terus terang siapa dirinya lalu menjadi kekasih, tunangan dan belahan jiwa Andrea tanpa menceritakan hal detail. "Bagaimana aku bisa menjadi kekasih kamu?"
"Suatu hari nanti kamu akan tahu."
"Tapi aku bingung- wait, wait. otakku benar-benar error dapat informasi di luar nalar gini." Andrea memijat keningnya.
Pria itu memalingkan wajah. "Anak tumbal yang selamat biasanya menjadi malaikat pencabut nyawa dan satu-satunya cara ia kembali menjadi manusia dengan menikahi mantan tumbal."
"Kamu anak tumbal yang selamat? bagaimana caranya?"
"Ratusan tahun yang lalu aku diculik dari rahim dan ditumbalkan oleh seseorang. Setelah bertahun-tahun menjadi budak jin, aku berhasil menyelamatkan diri."
"Bukankah kalau kamu menjadi tumbal menjadi hantu apa ya itu namanya?"
"Aku tidak tahu sebutan manusia. Tapi aku juga pernah mendengarnya, hantu? Aku rasa itu terlalu halus untuk menyebut anak seperti kami."
"Kalau tidak salah, anak belum lahir yang diculik itu seharusnya tidak bisa tumbuhkan?"
"Memang. Aku tidak tumbuh dewasa sampai kabur dan menjadi malaikat pencabut nyawa." Pria itu mengelus rambut Andrea. "Para bidadari menolong orang-orang seperti kami menjadi malaikat pencabut nyawa."
"Jadi malaikat pencabut nyawa bukan bagian dari jin neraka ya?" Andrea bertanya ngasal.
"Hei! Apa kamu tidak pernah membaca buku agama!"
"Tidak. Aku tidak mau membacanya." Andrea menjatuhkan badan dan menaikan selimutnya hingga ke dada. "Aku tidak mau menjadi seperti papa. Dia rajin sholat dan mengaji tapi dia dengan mudahnya menyakiti mama bahkan selingkuhannya, si perempuan murahan itu memakai jilbab! Bahkan dia bilang, 'seharusnya kamu sama mama kamu sudah ikhlas kalo papa kamu sudah sama tante' Lucu kan!" Andrea meniru ucapan selingkuhan papanya.
"Jangan begitu, yang salah bukan agama tapi manusianya-"
"Dia bahkan menjadikan aku tumbal! Bagaimana bisa aku tidak membencinya dosanya banyak banget sama aku, menumbalkan aku, membuang aku bahkan selingkuh? kadang aku bertanya dimana Tuhan?" Andrea menekan matanya dengan punggung tangan untuk menahan tangis.
Pria itu menghela napas panjang. "Terus kamu mau nolong aku gak?"
"Tolong apa?"
"Menjadikan aku manusia kembali."
"Kalau kamu menjadi manusia, kamu punya pekerjaan gak? Uang saja kamu gak punya, tidur bahkan maksa masuk kamarku seperti sekarang ini."
"Jangan meremehkan malaikat pencabut nyawa!"
"Memang ada ya keajaiban gitu. KTP, akta lahir bahkan kartu keluarga saja bahkan tidak punya."
"Kamu ini realitas sekali ya."
"Di dunia ini uang nomor 1!" Andrea menarik selimutnya hingga menutupi wajah.
Pria itu menghela napas. "Aku malaikat pencabut nyawa, hidupnya jauh lebih lama dari manusia. Aku bisa melakukan segalanya, pengalamanku jauh lebih banyak dari manusia."
"Hanya gitu saja. Pengalaman kamu hanya mencabut nyawa banyak orang!"
"Aku juga belajar hal-hal yang dilakukan manusia karena pada dasarnya aku juga manusia." Pria itu membuka selimut di wajah Andrea. "Kalau kita berdua mengubah status tunangan kita menjadi menikah, aku akan membiayai hidup kamu. Tidak hanya itu, aku akan membiayai kuliah kamu."
Andrea merenung. "Serius? Aku ingin jadi dokter lho."
"Jangan bohong!" pria itu menatap lurus Andrea. "Aku tahu kalau kamu ingin menjadi desainer."
"Kamu buka buku gambar ku ya?!" seru Andrea.
"ANDREA! KAMU BICARA DENGAN SIAPA?" seru mama Andrea dari lantai satu.
"ANDREA LAGI BELAJAR AKTING BUAT TUGAS SEKOLAH!" seru Andrea sambil menurunkan suaranya. "Kamu ngapain buka buku-buku ku?"
"Aku hanya ingin mencari majalah atau komik malah dapat buku gambar doang."
Andrea menepuk jidatnya. "Aiiiihhhh."
"Kalau aku menjadi manusia, aku akan membiayai sekolahmu ke Paris."
"Bohong. Bagaimana caranya kamu punya uang sebanyak itu?"
"Mudah. Aku tampan dan memiliki badan bagus, menjadi artis atau model bisa kok."
Andrea mencemooh. "Serius?"
"Serius. Demi menjadi manusia kembali." Pria itu menaikan jari tengah dan telunjuknya membentuk peace. "Kamu mau menolong aku 'kan?"
"Sebelumnya aku ingin bertanya, darimana kamu menemukanku?"
"Menemukanmu?"
"Menemukanku kalau aku ini mantan tumbal, tidak mungkin kebetulan, kan?"
"Oh." Pria itu mengangguk mengerti. "Mudah, karena saat papa kamu mencari keris atau apalah itu bersama temannya. Aku melihat mereka karena salah satu teman papa kamu masuk daftar hitam ku."
"Teman papa yang suka main perempuan?"
"Ah, yang jalannya timpang itu? bukan! satu lagi yang matanya sipit."
"Aku tidak tahu."
"Orang itu pulangnya meninggal kecelakaan karena kecapekan." Malaikat pencabut nyawa itu memiringkan kepalanya. "Jadi, kamu ikhlas 'kan menjadi tunangan ku?"
Andrea menelan ludahnya. "Tapi beneran ya membiayai sekolah mode ku nanti di Jepang."
"Jepang? Bukan paris?"
"Pengennya jepang. Aku pengen membuat baju lucu-lucu juga di sana." Kedua mata berbinar saat mengingat pakaian lucu di Jepang.
Malaikat pencabut nyawa itu mengangkat tangannya untuk berjabat tangan. "Sepakat!"
"Oke." Andrea membalas jabatan tangan si malaikat pencabut nyawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments