"Kisah tentang malaikat pencabut nyawa?" tanya Aya melihat browsing temannya di komputer sekolah. "Boleh gitu ya pakai komputer sekolah untuk nyari info tentang malaikat pencabut nyawa?"
"Menurut kamu malaikat pencabut nyawa itu gimana?" tanya Andrea.
"Malaikat pencabut nyawa itu malaikat, kan?"
"Terus?"
"Malaikat pencabut nyawa itu berbahaya. Kalau kamu melihat malaikat pencabut nyawa berarti kamu akan mati. Itu kisahnya sih." Aya menaikan salah satu alisnya. "Jangan-jangan yang kamu lihat waktu itu malaikat pencabut nyawa? Innalillahi-"
Andrea menepuk tangannya keras di depan wajah Aya. "Gak usah mikir aneh keles."
"Ye, kan menduga saja."
"Kamu pernah melihat malaikat pencabut nyawa?"
"Naudzubillah mindzalik. Jangan sekarang deh, serem tau." Aya membetulkan jilbabnya. "Jangan-jangan- yang kemaren kamu lihat itu malaikat pencabut nyawa?"
Andrea mengangguk pelan.
Raut wajah Aya berubah sedih. "Ndreaaaa-"
"Gak mati cepat kok."
"Terus?"
"Aku- tapi janji ya jangan tertawa meskipun memang aneh." Andrea menaikan jari kelingkingnya.
Aya menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Andrea. "Janji."
"Ternyata selama ini aku tunangan malaikat pencabut nyawa."
Aya berhenti sejenak untuk mencerna.
"Aku tunangan malaikat pencabut nyawa," ulang Andrea.
"Serius?"
"Serius."
"Gak boleh ketawa ya?"
"Ay-" rengek Andrea.
"Ok, ok." Aya berusaha menahan tawanya. "Apa ada pernikahan? kapan nikahnya?"
"Aya." rengek Andrea lagi.
"Aku serius, kapan nikahnya?"
"Tepat ulang tahun ke 17."
"Bentar lagi dong."
Kepala Andrea bersandar di atas meja. "Iya."
"Undang ya, jadi pengen tahu gimana cara pernikahan malaikat pencabut nyawa."
Andrea menatap tajam Aya.
"Sorry, sorry."
"Semalam aku udah bahas sama si malaikat pencabut nyawa itu sih. Banyak kisahnya yang di luar nalar tapi akhirnya aku setuju nolongin dia menjadi manusia."
"Kamu serius percaya sama omongannya?"
"Memangnya malaikat pencabut nyawa itu suka bohong ya?"
"Kalau malaikat biasa sih aku seratus persen yakin dia jujur tapi untuk malaikat pencabut nyawa? Aku tidak percaya, yang kita bahas ini malaikat pencabut nyawa lho! Bukan malaikat yang gimana gitu lagian mana ada malaikat datang menampakan diri di depan manusia terus bilang dengan enteng kalau dirinya seorang malaikat!" Aya mengibaskan tangannya di udara, "Yang aku tahu ya, malaikat itu menampakan diri di depan nabi atau petinggi agama bukannya manusia tidak pernah sholat seperti kamu."
"Malaikat pencabut nyawa itu jahat ya?" Andrea mengabaikan sarkasme Aya.
"Ya pekerjaannya kan memang mencabut nyawa orang, emang jahat kan." Aya menyalakan komputernya. "Kamu sudah kerjakan tugas dari pak Anwar?"
"Sudah dong. Begitu masuk langsung aku kumpulin terus disuruh browsing sendiri."
Aya mengambil buku di dalam tas dan lari menemui Pak Anwar, Andrea geleng-geleng kepala melihat tingkah laku temannya ini.
Setelah menyerahkan tugasnya ke Pak Anwar, Aya duduk kembali di tempatnya. "Untung kamu langsung kasih tahu tadi. Pak Anwar rada-rada orangnya, lupa ada pr terus minggu besoknya marah-marah katanya gak ada yang bikin pr padahal sebenarnya dia lupa nyuruh ngumpulin pr."
"Kamu sih masuknya telat."
"Ini gara-gara Ana."
"Kenapa sama anak satu itu?"
"Kamu gak dengar ceritanya tentang foto anak kelas IPS?" Aya menurunkan suaranya supaya tidak di dengar anak-anak kelas dan pak guru.
"Yang foto hantu itu? Aku sih gak berani ngeliat." Andrea menggelengkan kepalanya.
"Kamu sudah lihat?"
"Sudah, cuma bayangan doang tapi ngeri juga."
"Ya salahnya sendiri foto di depan toilet, sudah tahu sarangnya gituan."
"Masih mending daripada menjadi tunangan malaikat pe-" mulut Aya ditutup Andrea.
"Bisa gak bocor?" bisik Andrea.
"Maaf," jawab Aya di dalam tangan Andrea.
Andrea melepas bungkaman nya. "Bisa bantu aku cari informasi mengenai malaikat pencabut nyawa?"
Aya mengangguk. "Bisa kok, aku ikutan cari lewat browsing."
"Serius ya, jangan macam-macam nyarinya."
"Iya." Aya mulai menyalakan komputernya. "Aku jadi ingat drama korea tentang malaikat pencabut nyawa, sayangnya itu bukan tokoh utama."
"Di dunia ini gak ada yang seperti itu." Andrea yang sadar dengan lirikan tajam Aya cepat-cepat memperbaiki kalimatnya.
"Maksudku gak semua orang mengalaminya."
"Nah itu tahu, buktinya saja kamu itu seorang-" Aya menurunkan suaranya. "Tunangan malaikat pencabut nyawa, romantis kan?"
Andrea memutar bola matanya dan melanjutkan browsingan.
Ada berbagai macam malaikat pencabut nyawa di seluruh dunia dengan sebutan berbeda. Ada yang menyebutnya malaikat kematian, dewa kematian dan lalin-lain lalu Andrea menemukan gambar fisik yang dicarinya, ada yang tengkorak dan memakai tudung, ada juga yang hanya memakai tudung tapi tidak menampakan wajahnya, persamaannya hanya dari sabit yang mereka bawa terus juga ada animenya yang rada imut.
Andrea tertawa jika membandingkan malaikat di kamarnya semalam dengan karakter anime di internet atau karakter seram di barat atau juga karakter ganteng di Korea. Yah memang sih malaikat yang mengaku tunangannya dan mengajukan proposal pernikahan tanpa langsung itu mendekati Korea tapi sayang, tampangnya lebih ke bule, ganteng-ganteng menyesatkan.
"Malaikat pencabut nyawa biasanya berwajah rupawan," gumam Aya.
Andrea menoleh. "Rupawan?"
"Rata-rata berwajah cantik dan tampan untuk menarik perhatian targetnya." Aya menjelaskan dengan sotoy.
"Tau darimana? Drama korea?"
"Itu juga salah satu ilmu pengetahuan kan, tapi memang ada berbagai macam sih yang aku baca. Di Negara manapun tugas malaikat pencabut nyawa mencabut nyawa."
"Jadi tidak ada penjelasan spesifik ya?"
"Memangnya malaikat pencabut nyawamu berasal dari Negara mana?"
"Korea Selatan," jawab Andrea dengan asal.
"Beneran?" seru Aya. "Kenalin dong!"
"Mati dong kamu kalo dikenalin."
"Kalo ganteng sih gak papa."
"Hus!"
Aya melanjutkan browsingan sementara di dalam benak Andrea bertanya-tanya. Benar juga, bahkan dirinya tidak tahu itu malaikat pencabut nyawa berasal darimana. Kalau sudah hidup ratusan tahun pasti sering ke berbagai negara.
"Sebenarnya kamu ini siapa?" gumam Andrea pada dirinya sendiri.
Malaikat pencabut nyawa itu berwajah rupawan dan memakai pakaian serba hitam. Dia boleh memakai jas, baju adat masing-masing Negara tempat dia bertugas ataupun hanya memakai tudung saja jika tidak ingin diketahui.
Rata-rata yang memakai tudung adalah malaikat pencabut nyawa yang memiliki luka besar di wajahnya atau malaikat pencabut nyawa yang tidak memiliki rasa percaya diri untuk berinteraksi dengan manusia atau karena itu keinginan mereka sendiri.
Malaikat pencabut nyawa berasal dari anak-anak yang diculik dari rahim ibu, dijadikan budak iblis jahat dan berhasil melarikan diri dari kecaman iblis, diselamatkan malaikat, dan karena mereka hidup diantara dua dunia. Antara manusia dan makhluk tak terlihat. Sehingga dijadikan sebagai malaikat pencabut nyawa.
Malaikat pencabut nyawa tidak memiliki nama sejak lahir. Jadi mereka hanya memanggil temannya hei, halo atau apapun kesukaan mereka. Ada juga yang memiliki nama buatan sendiri yang selalu berubah-ubah sesuai keinginan mereka.
Jika malaikat pencabut nyawa ingin menjadi manusia itu tidak mudah, mereka harus mencari tunangan atau pasangan dari manusia yang sempat dijadikan tumbal tapi gagal, bahkan jin pun tidak bisa membawa tumbalnya. Sulit mencari manusia seperti ini karena rata-rata jin mampu membawa tumbalnya.
Mencari tunangan yang hanya 1:1.000.000.000 penduduk bumi. Ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Dan meskipun kamu menemukan tunangannya, belum tentu tunangan itu cocok atau menerima karena yang bisa dijadikan tunangan juga harus mau menerima. Meskipun malaikat pencabut nyawa menunjukan wajah yang rupawan tapi, belum tentu manusia akan menerimanya bahkan ada juga manusia yang memanfaatkan malaikat pencabut nyawa. Kalau sudah seperti ini, bukan hanya manusia yang menjadi gila tapi malaikat pencabut nyawa juga akan lenyap.
Si malaikat pencabut nyawa duduk di atas sandaran jembatan penyebrangan pejalan kaki, ia melihat kedua tangannya yang bergetar. "Sudah terlalu lama aku hidup, aku ingin kembali menjadi manusia."
"Apa dengan menjadi manusia kamu akan puas?" tanya temannya yang bersandar memunggungi sambil melihat langit malam.
"Ide bodoh menjadi manusia, kamu sendiri lihat bagaimana tamaknya manusia bukan?"
"Tapi hidup diantara dua dunia membuat penderitaan sendiri bukan?"
"Manusia mengenal konsep keluarga, hubungan, nama bahkan benda-benda sementara kita? kita itu sebenarnya apa? bukankah sudah terlambat menjadi manusia?"
"Apakah kamu sudah menyerah dengan semuanya?"
"Aku menyerah karena aku tidak ingin menjadi manusia. Aku sudah melihat berbagai macam manusia, mereka jauh lebih tamak dari iblis sekalipun."
"Lalu kamu akan melarang ku?"
"Aku tidak punya hak melarang mu. Kita sudah hidup terlalu lama, malaikat pencabut nyawa yang ingin menjadi manusia tidak akan dihalangi malaikat pencabut nyawa lainnya, yang ada mereka mendukung keputusanmu."
"Lebih tepatnya mereka tidak peduli."
Teman malaikat pencabut nyawa itu menepuk bahunya. "Mereka bukan tidak peduli, hanya saja mereka sudah merasakan pedihnya hidup dipisahkan dari seorang ibu, menjadi budak iblis dan kelegaan terbebas dari itu semua. Jadi jika itu menjadi keputusanmu mereka hanya menunjukan raut sedih tapi mereka juga berbahagia karena inilah pilihanmu."
Malaikat pencabut nyawa itu menatap temannya. "Terima kasih."
"Kalau kamu membatalkannya, aku bersedia menampung mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Apendi pendi
jadi kepo pengen lihat yang ganteng nya meresahkan itu yang kaya apa?
sy ngehalu nya pake wajah nya Hyun jin aja yah kakak 😁 kan sama dari Korea 🤭
2022-05-29
0