4. PART 4

Usai memastikan Ayana puas dengan pemanasan awal yang diberikan oleh dirinya, James menertawakan Ayana dalam hatinya karena berhasil menaklukkan hati wanita ini yang sedari tadi begitu angkuh pada dirinya.

Tanpa ingin membuat Ayana malu, James menyudahi memandikan gadisnya. Ia lalu memakaikan baju bathtub untuk Ayana lalu untuk dirinya.

Tubuh Ayana di gendong kembali dan dibaringkan di atas kasur empuk miliknya.

"Malam ini kita akan tidur berdua sayang. Suka atau tidak, kamu sudah menjadi kekasihku." James memakaikan baju tidur milik Ayana sendiri.

"Siapa juga yang sudi menjadi kekasihmu bodoh!" Ayana mencoba memejamkan matanya dan tidur dalam pelukannya James karena lelaki itu mendekap tubuhnya dengan erat.

Keduanya melewati malam itu dengan mimpi yang indah.

🌷🌷🌷🌷🌷

Seminggu berada di istana mewah milik James, Ayana mulai menemukan kejenuhan walaupun saat ini, James tidak lagi mengikat kaki dan tangannya namun itu tidak membuat dirinya merasa bebas.

Ayana tidak diijinkan untuk memegang ponsel miliknya sehingga ia tidak bisa melakukan komunikasi apapun. James hanya memintanya untuk menyaksikan acara di televisi yang ada di kamar ada di kamar itu, namun Ia sama sekali tidak tertarik dengan benda itu karena ia bukan tipikal orang yang selalu menikmati film atau drama apapun karena baginya pekerjaan itu hanya membuang waktu.

"Tempatmu hanya dalam kamar ini dan tidak boleh keluar. Jika kamu bosan, kamu bisa duduk di balkon sambil melihat hamparan taman bunga dan buah yang ada di bawah sana."

James memberi aturan untuk memperketat pengawasannya kepada Ayana.

"Terserah kamu!" Aku hanya bisa berdoa semoga kopermu segera ditemukan dan aku akan segera pergi dari sini. Waktu cuti kerja untukku hanya berlangsung dua Minggu, setelah itu aku akan kembali praktek di rumah sakit.

Jika aku telat masuk, aku akan dipecat dan aku akan menjadi seorang pengangguran dan hidup dari uang tabungan sampai aku menemukan kembali pekerjaan lain." Keluh Ayana pada pria tampan itu.

"Tidak usah bekerja, tetap bersama denganku di sini, aku akan menikahimu." Ujar James santai.

"Aku tidak sedang bercanda Tuan James, jadi tolong serius juga dengan masa depanku.

Melihat wajah Ayana yang sangat BT saat ini, akhirnya James mengerti apa yang harus ia lakukan untuk menghibur gadis ini.

"Bukankah kamu ke sini bertujuan untuk berlibur?"

James membuka suara terlebih dahulu disela-sela mereka sedang menikmati makanan.

"Aku tidak berminat lagi. Aku ingin segera pulang kembali ke tanah airku dan mengurusi para pasienku."

Ayana mengalihkan pandangannya ke arah hamparan taman karena mereka sedang berada di atas balkon.

"Mana mungkin kamu bisa seenaknya tinggalkan tempat ini sebelum koper milikku di temukan."

Ada rasa sakit yang dirasakan oleh James ketika mendengar permintaan Ayana yang ingin meninggalkan dirinya untuk kembali ke negara asalnya.

"Jika melewati masa cutiku, mungkin aku akan dikeluarkan dari pekerjaanku. Bagaimana aku bisa bertahan hidup?" Jika aku kehilangan pekerjaanku. Mengapa makin hari hidup bagiku sangat membosankan. Apa yang ku miliki pelan-pelan menghilang dari hidupku, seakan Tuhan iri melihatku memiliki semuanya."

Ucapan datar dari mulut Ayana mampu menusuk jantung seorang James yang terkenal sadis ini. Bagaimana tidak, melihat keadaan Ayana saat ini, sama seperti hidupnya yang tidak lagi memiliki siapapun kecuali harta warisan yang ditinggalkan oleh kedua orangtuanya setelah mereka dibunuh secara dramatis sepuluh tahun silam.

"Apa yang terjadi pada gadis ini?" Apakah jalan hidupnya sama sepertiku?" Gumamnya lirih.

"Ganti bajumu! dalam sepuluh menit kita akan ke menara Eiffel. Aku yakin tempat itu yang menjadi tujuan utamamu, bukan?"

James meninggalkan kamarnya lalu meminta pelayannya untuk menyiapkan mobil untuknya.

"Ada apa dengan lelaki ini?" Dia selalu saja penuh kejutan. Kadang garang lalu tiba-tiba berubah lembut. Tapi kalau dia bersikap manis, dia lebih kelihatan sangat tampan."

Ayana memilih baju yang akan ia kenakan hari ini. Baju berwarna biru tua dan celana jins di padukan dengan Coat hitam merubah dirinya menjadi sangat elegan dengan rambut yang yang dicepok indah, hingga memperlihatkan lehernya yang jenjang.

Polesan makeup lembut makin mempercantik tampilan wajahnya yang sedikit lebih ceria hari ini.

Pintu kamar dibuka lagi oleh James untuk menjemput Ayana yang sudah siap dalam sepuluh menit sesuai dengan permintaan lelaki tampan ini.

Sesaat jantung James hampir copot melihat wajah cantik Ayana yang sudah bermake-up itu.

"Sial!" Kenapa dia berdandan sangat cantik hari ini?"

James tidak terlalu suka Ayana tampil terlalu cantik di depan umum. Entah mengapa, hatinya merasa sangat cemburu jika ada lelaki lain yang akan menatap gadis ini nantinya.

James mendekati Ayana lalu melepaskan penjepit rambut Ayana, hingga membuat rambut itu kembali tergerai.

"Apa yang kamu lakukan?" Aku tidak suka rambutku akan diterpa angin ketika berada di menara Eiffel nanti." Omel Ayana yang tidak terima perlakuan James padanya.

"Jika jalan bersamaku jangan pernah menjadi pusat perhatian orang lain." Timpal James dengan wajah mengeras menahan amarah.

"Apa masalahmu?" Hubungan kita hanya sebagai mafia dan tawanan, tidak lebih dari itu, jadi jangan terlalu mengatur diriku." Tukas Ayana makin emosi.

"Kamu bisa melakukan itu nanti setelah koper milikku ditemukan dan aku tidak mau tahu tentang dirimu sekalipun kamu berdandan seperti wanita panggilan."

Degg...

"Mulutmu seperti sampah jika sudah berbicara. Yang keluar dari mulut hanya hal yang menjijikkan yang aku dengar." Balas Ayana sengit.

"Nada bicaramu selalu ketus, maka dari itu, dengarkan apa yang aku katakan kepadamu, sekalipun tidak enak dihatimu." Balas James.

Ayana membuka lagi Coat miliknya dan sepatu boot yang sudah ia pakai.

"Mengapa kamu mencopotnya?" aku sudah menyiapkan semuanya, apakah kamu mau aku memperkosamu?" James makin gregetan dengan gadis yang sulit diatur ini.

"Lakukan apapun yang kamu ancam padaku!" Aku tidak takut sedikitpun pada ancamanmu itu."

"Dasar gadis keras kepala, kamu sangat membuatku makin kesal."

James mengambil sepatu boot milik Ayana lalu mengenakan lagi ke kaki mulus itu.

"Sekarang kita jalan, jangan pernah membuatku malu dan ikuti apa saja yang aku lakukan, ok!"

*

*

Di menara Eiffel, Ayana sibuk mengambil foto dengan ponsel miliknya. Kadang ia Selfi sendirian tanpa ingin difoto oleh James. Sikap dinginnya terlihat mana kala wajah beku itu tidak pernah memperlihatkan senyumnya sama sekali sejak awal keduanya bertemu.

"Kenapa gadis itu sangat kaku di depan orang banyak?" Bukankah dia seorang dokter yang harus bersikap manis dihadapan pasiennya?" Jika memasang wajah angker seperti itu, apakah para pasiennya bisa sembuh?"

James makin keki dengan sikap Ayana yang begitu datar pada dirinya. Entah dalam suasana apapun yang dihadapi oleh gadis itu, sikap Ayana tetap sama padanya.

"Apakah gadis ini sudah lupa cara untuk tersenyum?" Apakah ada trauma yang pernah di alaminya hingga ia tidak sedikitpun tersenyum?"

Puluhan pertanyaan yang ada di kepala James untuk menjawab teka teki hidup Ayana, namun tidak ada satupun terjawab olehnya, karena hidup gadis itu kelihatannya penuh dengan misteri.

"Apakah kamu sudah selesai menikmati menara Eiffel?" Tanya James yang sudah lelah mengikuti langkah gadis itu.

Angin mulai menerpa rambut panjang milik Ayana. Gadis ini makin kelihatan cantik dengan wajah imutnya. James sengaja menyisihkan anak rambut Ayana ke balik kuping gadis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!