Aurel menelan saliva-nya susah payah. Tangannya terkepal.
Aku pasti bisa. Mereka pasti nggak bakalan kenalin aku. Aku udah berhasil hindarin orang-orang di depan tadi, jadi sekarang aku juga pasti bisa hindarin mereka semua, batinnya, menguatkan diri.
Tak lama, ia melangkah menghampiri kerumunan yang dilihatnya.
Aurel menghampiri salah satu mading guna mengecek namanya berada di kelas mana.
Penampilannya yang super aneh, justru malah membuat orang-orang beralih fokus padanya yang baru saja tiba.
"Eh, dia siapa sih?"
"Gayanya aneh."
"Kok gue ngerasa kenal sama dia, ya?"
"Aurel bukan sih?"
"Masa iya?"
Bisikan demi bisikan yang di dengar Aurel berhasil membuat tangannya makin bergetar hebat. Aurel memejamkan mata.
Aku harus tenang biar mereka nggak sadar sama aku, batinnya. Semua mata seketika tertuju padanya.
Aurel mematung, tubuhnya seketika kaku tanpa bisa bergerak sama sekali. Satu gerakan saja yang mampu membuat wajahnya terpampang jelas, maka semua orang akan sadar kalau itu adalah dirinya.
Aurel mengedarkan pandangannya, mencoba menghiraukan mereka semua dan fokus pada nama-nama siswa yang tertulis di beberapa lembar kertas di sana.
Kelas Bahasa XI-I, nggak ada. Kelas XI-II, bukan. Aurel terus menatap satu persatu nama di setiap kelas, mencari namanya yang entah ada dimana.
Ia lantas tiba di daftar siswa dari jurusan Bahasa kelas XI-III, dan akhirnya ia berhasil menemukan namanya tertera di sana.
Aurelia Belvina, nama itu tertera dengan jelas di antara deretan nama lain. Namanya berada di bagian paling atas, bersama dengan nama siswa berawalan huruf A lainnya.
Matanya beralih mencari nama lain. Ia harus mencari nama kedua sahabatnya, dan ia menemukan satu sahabatnya berada di kelas yang sama. Tania Chalondra, salah satu gadis yang telah menemaninya sejak kelas X.
Syukurlah aku satu kelas sama Tania, tapi Audy kelas mana? Aurel mencari nama sahabatnya yang lain, dan satu nama yang dicarinya berada di kelas XI-V jurusan bahasa. Namanya Audya Deolinda.
Ah, sayang banget kita nggak satu kelas sama Audy. Aurel menghela napas berat, ia sedikit kecewa karena tidak satu kelas dengan sahabat pintarnya Audy.
Aurel yang tertunduk dengan wajah murung seketika dibuat terkejut saat tubuh seorang pria jangkung berdiri di belakangnya.
Aurel tersentak kaget. Ia membulatkan mata dengan tubuh yang seketika mematung.
Sial, pikirnya.
Tangan besar lelaki itu terulur ke arah kertas di mading yang ada di hadapan Aurel.
Aurel tertegun. Telunjuk lelaki itu bergerak, menyusuri satu persatu nama yang ada pada daftar siswa di kelas XI-III hingga akhirnya berhenti di nama Delvin Khaisan.
"Aku satu kelas sama Aurel?" gumam lelaki itu pelan. Delvin tersenyum simpul menyadari bahwa dirinya satu kelas dengan Aurel.
Suara ini… kenapa aku ngerasa nggak asing sama suaranya? Aurel membatin. Ia memberanikan diri, menoleh secara perlahan pada Delvin yang sejak tadi berdiri dibelakangnya.
Begitu menoleh, Aurel melihat Delvin yang berdiri dengan posisi yang begitu dekat dengannya.
Aurel terkejut saat secara tidak sengaja tatapan mereka bertemu satu sama lain.
Aurel spontan melangkah mundur hingga tubuhnya terbentur dinding di belakang.
"Aurel," ucap Delvin dengan wajah terkejut. Ia membulatkan mata melihat siapa yang sejak tadi berdiri dihadapannya.
Atensi semua orang beralih.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Elang Putih
Hay...
like dan rate 5 sudah mendarat...
feedback ke "mantan, i'm still loving you"
tinggalkan jejak disana ya, aku menunggu kedatanganmu bintang🤗
2020-04-27
0