Happy reading >_<
🌸🌸🌸
"Bang, sanaan dikit dong!" Akbar menurut. Segera berpindah dari posisinya. Alih-alih hanya bergeser. Ia justru berdiri dan keluar dari kamar mereka. Memilih duduk di meja pantri dapur. Meninggalkan Kirana yang duduk di tepi ranjang dan mengangkat video call dari temannya
"Kirana!" teriakan cempreng dari Dita. Kirana tersenyum manis.
"Gue kangen." Kirana terkekeh.
"Gue juga," sahut Kirana sembari tersenyum.
"Hang out yuk? Udah lama kita gak temu." Kirana nampak menautkan alisnya.
"Lo gak lagi ada pemotretan?" Dita mengangguk semangat. Gadis ini memang salah satu model yang biasanya menempati sampul majalah muslimah. Kadang, Kirana iri. Ia juga ingin menjadi model seperti Dita.
"Pekan ini gak ada, ajakin yang lainnya yaa?" Kirana mengangguk dan mengangkat tangannya dengan jari berbentuk 'OK'.
"Sekaligus ada yang mau gue omongin." Kirana menautkan alis lagi.
"Kenapa gak sekarang aja?" tanya Kirana.
"Enggak ah, susah. Mending pas nanti ketemu aja." Kirana manggut-manggut. Lalu ia menatap raut wajah Dita yang berubah.
"Kenapa Dit?"
"Siapa yang di belakang lo Kiran?" Kirana spontan berbalik dan matanya membulat sempurna. Terlihat Akbar yang berada di belakangnya. Lelaki itu nampak mengobrak-abrik laci di nakas. Seperti mencari sesuatu.
"Oh itu .... Sepupu gue!" Kirana gugup dan wajahnya berubah kesal.
"Sejak kapan lo punya sepupu cowok?" Alis Dita bertaut. Ia cukup dekat dengan Kirana dan keluarganya. Hingga saat ini ia tak tau bahwa Kirana memiliki sepupu laki-laki yang dekat.
"Ya ada lah, sepupu gue banyak!" Kirana menelan saliva dan menyemburkan tawa canggung.
"Udah yaa, gue di panggil bunda nih." Kirana mengakhiri panggilannya. Kemudian berdiri dan menatap Akbar dengan tajam. Lelaki itu masih mencari sesuatu di nakas. Saat ia sudah menemukan flashdisknya ia berbalik dan Kirana sudah berdiri dihadapannya dengan bertolak pinggang.
"Kan udah gue bilang, jangan sok gak tau gitu!"
Akbar mengacuhkan dan melangkah mengindar. Tapi Kirana terus menghalangi langkahnya.
"Kalau temen-temen gue tau gimana?" Akbar mengacuhkan dan berhasil lewat dari Kirana setelah menarik tangan itu agar menjauh dari hadapannya. Ia melangkah keluar kamar menuju laptop di meja pantri. Ia harus segera menyelesaikan novelnya.
"Asal lo tau, reputasi gue itu sangat penting. Gak mudah bisa dapat popularitas kayak sekarang. Jadi tolong! Menjauh dari gue
Jangan pernah menampakkan diri dan mengaku suami seorang Kirana!"
Akbar duduk dan mulai memasang flashdisk.
Sama sekali tak memperdulikan Kirana yang terus menggerutu.
"Denger gak sih!" bentak Kirana dengan wajah merah padam. Ia benci selalu dihiraukan. Entah mengapa makhluk di hadapannya selalu membuat emosinya tak terkendali. Akbar melirik sekilas padanya. Lalu mengesap black coffenya.
"Selain muka hancur, lo juga tuli?!" Kirana mencengkram lengan Akbar. Membuat lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu tersentak dan menumpahkan kopi di atas laptopnya. Kirana membeku. Ia melepas cengkramannya secara perlahan.
Akbar berdiri dan berusaha mengusap air hitam yang tumpah di atas keyboard itu. Sedangkan Kirana nampak kikuk. Ia lalu mengambil alih gelas yang ada di tangan Akbar. Tapi semakin membuat keadaan tambah kacau. Gelas itu pecah tepat di hadapannya. Kepingan gelas itu berserakan di lantai dekat kakinya.
"Gu-gue ...." Kirana terbata-bata lalu jongkok dan mengumpulkan serpihan disana. Akbar ikut membantunya. Saat segalanya sudah bersih, Akbar lalu menarik tangan Kirana menuju kursi di meja makan. Gadis itu menurut dengan menunduk takut.
Akbar mendudukkan Kirana dan berjongkok di hadapan istrinya. Ia mengusap lembut darah yang ada di ibu jari kaki Kirana. Kemudian pergi dari sana. Kirana masih diam dengan mata menatap lukanya. Ia tak merasa bahwa ia mempunyai luka, bagaimana Akbar tau? Kirana kemudian menyadari, tentu saja karena Akbar melihat sendiri darah ini.
Akbar datang dengan kotak berwarna putih. Ia mengobati luka Kirana dengan lembut. Setelah selesai, gadis itu pergi begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa.
Akbar kembali ke laptopnya. Sialnya, kopi itu tumpah cukup banyak hingga membuat laptopnya mati begitu saja. Sekarang, ia harus membawa anaknya itu untuk di perbaiki. Sebab, ada naskah yang tersimpan disana. Belum sempat ia pindah ke flashdisk.
Akbar menghembuskan napas kasar. Kemudian melangkah ke arah ruang tamu. Duduk di sofa sembari memejamkan mata. Terlintas kembali semua ucapan Kirana.
Wajah hancur dan mengerikan.
Bisu.
Tuli.
Tangan lelaki itu terangkat menyentuh topengnya. Sampai kapan harus menyembunyikan wajahnya ini? dan sampai kapan, ia harus menjerat Kirana dalam hubungan tak sehat seperti ini? Gadis itu jelas sekali sangat tak menyukainya. Bentakan karena kekesalan. Raut wajah merah padam. Mata yang merah karena amarah membuncah.
Segala hal itu terjadi pada Kirana saat ada di dekatnya. Bahkan, istri sahnya itu marah saat tadi ia tak sengaja menganggu video call Kirana dan temannya. Akbar membuka mata.
Ia tersenyum kecut saat menyadari. Tau tentang luka kecil di ibu jari kaki sang istri tapi luka di hatinya sendiri begitu membuatnya kehilangan kendali.
Akbar tau, Kirana tak akan pernah menerimanya sebagai suami. Itu sebabnya ia selalu mengacuhkan istrinya. Selain karena ia lelaki yang pendiam, ia juga sedang menjaga agar tak terlalu dekat pada gadis itu. Agar suatu saat, jika Kirana pergi, ia akan baik-baik saja dan kembali menjadi Akbar buruk rupa yang kesepian seorang diri.
Bersambung
Tap jempolnya yaa❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Dandy Vanaza N
maunya pas Akbar buka topeng wajah Akbar tmpan biar kirana kelepek2
2023-04-16
0
Maya Ratnasari
Author nya yg salah menggambarkan perilaku Kirana. gambaran awal dan saat ini berbeda. makanya banyak yg mempertanyakan kenapa Kirana berlaku demikian.
2022-06-06
0
Iin Karmini
gitu amat kirana...ilfeel aku, kan dia yg mau duluan d nikahin trus dri kluarga dan tahu beragama kok gitu amat sama suami ...masa iya mulutnya lemes bgt dan sifatnya gak bgt gitu lho
2021-12-20
0