Happy reading >_<
🌸🌸🌸
"Kalau tau begini, mending gak usah dikeluarkan dari koper. Jadi harus ngeberesin lagi! Huh!"
Kirana sedang membereskan pakaian dan barang-barangnya sembari menggerutu. Tapi hatinya sangat bahagia. Karena jika ia dan Akbar di apartemen maka ia bisa berbuat semaunya. Disana tak ada mertua yang akan membuatnya tak enak hati jika melakukan sesuatu yang tak mereka sukai.
Hampir semua orang tau bahwa seorang gadis akan sangat sulit beradaptasi dengan kebiasaan atau tradisi dari keluarga suami tapi hanya beberapa yang mau mengerti konflik batin seorang gadis yang sudah menjadi istri.
Meski ia memiliki Abi dan Umi yang sangat ramah dan berbudi pekerti. Tetap saja, ia takut tak menyadari jika nanti ia melakukan sesuatu yang mertuanya tak sukai. Tangannya terus membereskan beberapa alat make-up nya.
Matanya menangkap sosok berbadan kekar di belakangnya. Sosok itu memunggunginya. Lelaki itu nampak melamun menatap ke luar jendela. Mata Kirana terus menatapnya. Apa ia memang sangat pendiam? Kirana menggelengkan kepala. Untuk apa ia peduli? Tapi tunggu, ia harus menegaskan sesuatu.
Ah besok aja deh. Udah ngantuk!
***
"Ini susunya sayang." Randy membawa secangkir susu cokelat untuk Puspa. Ia mendekat pada Puspa yang sedang duduk di sofa kamar mereka. Lalu ia duduk di sebelah sang belahan jiwa.
Puspa meminum susu itu lalu tersenyum. Sedetik kemudian senyumannya sirna. Matanya berkaca-kaca. Randy yang melihat hal itu, raut wajahnya juga ikut murung seperti Puspa.
"Pasti mikirin Mbak Kiran yaa," gumam Randy sembari meraih tangan istrinya. Menggenggam tangan mungil itu.
"Maaf yaa, andai aja Mas bisa nahan diri waktu itu." Puspa menatap mata Randy. Menggenggam erat tangan kekar itu.
"Mas, itu juga salah Puspa. Kita sama." Puspa tersenyum. Bulir bening jatuh di sudut matanya.
"Sayang, maaf." Randy mengusap pelan pipi chubby Puspa. Lalu mengecup kening wanitanya.
"Puspa takut Mas, kita sudah berzina. Gimana kalau Allah ...." Randy membawa Puspa ke dekapannya. Wanita itu terisak di pelukan suaminya. Bagi beberapa orang di zaman sekarang, mungkin itu adalah hal yang biasa. Tapi sangat berbeda bagi Randy dan Puspa yang hidup dengan kedua orang tua taat agama.
"Allah 'kan Maha Pengampun sayang, kita harus husnudzon dan yakin Allah akan mengampuni kita." Randy mengeratkan pelukannya.
"Mas, gak bisa napas." Randy melepaskan pelukannya. "Ma-maaf sayang."
"Kebiasaan deh," gerutu Puspa sembari mengerucutkan bibirnya. Kemudian wanita itu tertawa. Randy juga ikut tertawa.
"Mas, Bang Akbar emang tinggal di apartemen ya?" Randy menghembuskan napas kasar. Ia tak pernah membicarakan tentang Akbar pada siapapun termasuk Puspa. Itu sebabnya Puspa hanya tau Randy memiliki seorang kakak tapi mengenai keadaan Akbar. Ia tak tau sama sekali.
"Iya, sejak kecelakaan itu Abang jadi pendiam. Sebelumnya dia sosok ramah dan bisa di bilang banyak bicara. Abang mulai tinggal di apartemen sehabis lulus SMA."
"Hah? Emang Abi sama Ummi ngebolehin?" Randy mengangguk.
"Gak tau gimana Abang ngebujuk Ummi sama Abi."
"Jadi karena itu juga Mas yang jadi direktur di perusahaan, bukan Bang Akbar yang putra sulung?" Randy mengangguk lagi.
"Abang sendiri yang nolak jabatan itu. Kepercayaan dirinya benar-benar nol. Dia bilang takut kalau wajahnya membuat orang ketakutan." Puspa manggut-manggut. Mulutnya kemudian menganga seolah ingin mengucapkan sesuatu.
"Kenapa?" tanya Randy dengan menautkan alisnya.
"Gak papa," sahut Puspa dengan raut wajah yang terlihat bingung. Randy kemudian mencubit ujung hidungnya.
"Imut banget sih," ucap Randy dengan gemas.
"Aw sakit Mas," gerutu Puspa sembari mengusap hidungnya yang mungkin memerah.
"Besok kita periksa baby yaa?" Puspa mengangguk. Ia ingin tau berapa usia kehamilannya. Sebelumnya ia hanya melakukan tes lewat testpack.
Tangan Randy kemudian meraih lembut rahang Puspa.
"Randy!"
Dua orang itu tersentak dan menatap pintu yang terbuka. Terlihat Abi mengusap kasar wajahnya. Sementara Umi melototkan mata.
"Abi? Umi?" Randy berucap heran sembari berdiri. Puspa juga ikut berdiri.
Namun, Abi dan Umi kembali meminta Randy dan Puspa duduk di sofa. Kedua orang tua itu terlihat menghela napas
"Kalian belum bisa melakukan hubungan," ucap Abi tegas. Randy menautkan kedua alisnya.
"Lho maksud Abi apa?" tanya lelaki itu dengan mengerjap heran. Pun Puspa yang kebingungan.
"Karena pernikahan kalian sebenarnya gak sah. Kita melakukan ini hanya karena ingin menutupi aib saja. Masa Iddah Puspa sampai melahirkan. Dan saat itu, kalian harus kembali dinikahkan." Abi menerangkan dengan sabar.
"Tapi Imam Syafi’i berpendapat bahwa perkawinan akibat hamil diluar nikah adalah sah, perkawinan boleh dilangsungkan ketika seorang wanita dalam keadaan hamil. Baik perkawinan itu dilakuan dengan laki-laki yang menghamilinya ataupun dengan laki-laki yang bukan menghamilinya," sahut Randy dengan argumen yang ia tau. Abi menghela napas dan menahan tangan Umi yang gemas ingin menarik telinga Randy.
"Iya Abi tau, Argumen Imam Syafi’i tentang kebolehan perkawinan tersebut adalah karena wanita tersebut bukanlah termasuk golongan wanita yang haram untuk dinikahi 'kan?" tanya Abi dan Randy menganggukkan kepala.
"Bahkan Bayi yang lahir akibat hubungan diluar nikah nasabnya tetap nasab Randy karena usia kandungan Puspa kurang dari enam bulan." Meski belum memeriksa hal itu, Randy sangat yakin kandungan Puspa kurang dari enam bulan.
"Tapi menurut Imam Ahmad Bin Hambal perkawinan hamil di luar nikah dilakukan dengan laki-laki yang menghamilinya tidak boleh. Sedangkan perkawinan hamil di luar nikah dengan laki-laki yang bukan menghamilinya itu haram hukumnya."
Randy terkesiap. Pun Puspa yang ada di sebelahnya.
"Terus seharusnya kami gak boleh nikah Bi?" tanya Puspa dengan mata berkaca-kaca.
"Boleh kok, mayoritas masyarakat Indonesia 'kan menganut mazhab Syafi'i. Nikah kita juga tetap sah," Randy menyahut dengan berapi-api.
"Dengerin dulu!" ucap Abi tegas lalu kembali berkata. "Dari pendapat dua tokoh ulama itu ada perbedaan pendapat makanya diadakan penelitian. Jenis penelitian ini adalah library research, penelitian yang digunakan penelitian normatif, yaitu penelitian yang diarahkan dan difokuskan terhadap penelitian bahan-bahan pustaka. Fokus kajian ini adalah bagaimana pendapat Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal tentang hamil di luar nikah dan status nasab anak. Dari fokus kajian menyimpulkan bahwa setiap mazhab khusus mazhab Imam Syafi’i yang digunakan di Indonesia, sepakat bahwa batas minimal kehamilan adalah enam bulan, apabila seorang wanita dan laki-laki kawin lalu melahirkan seorang anak dalam keadaan hidup dan sempurna bentuknya sebelum enam bulan, maka anak tersebut tidak bisa dikaitkan dengan nasab atas nama suaminya."
"Tuh 'kan! Randy bener." Randy tersenyum bahagia. Tapi senyumnya kembali sirna saat mendengar perkataan abinya.
"Tapi lebih baik kalian menikah lagi. Karena meski hal ini terdapat perbedaan pendapat. Gimana kalau yang benar ternyata Imam Hambali? Trus yakin sanggup dapat dosa berzina lagi?"
Randy langsung terdiam. Pun Puspa yang menundukkan wajahnya.
"Ya udah Bi, Puspa nurut aja harus gimana," ucap wanita itu dengan bibir begetar. Ia terlalu malu bahkan di depan mertua tentang dirinya yang sudah berzina. Seolah tertempel di dahi bahwa ia sudah melakukan hubungan yang haram.
"Nurut ya Randy," ucap Umi dengan lembut. "Kami juga gak mau kalian menanggung dosa yang lebih. Jadi kita cari aman dengan menikahkan kalian lagi nanti saat Puspa melahirkan."
Dengan berat hati, Puspa dan Randy menganggukkan kepala.
"Sementara itu, Randy tidur di kamar tamu aja," imbuh Abi.
***
Akbar membereskan bajunya dengan perlahan. Tak ingin membangunkan Kirana yang sedang terlelap nyaman. Saat sudah selesai, matanya terkunci pada gadis yang sedang tidur terlentang.
Gadis yang cantik dan sempurna. Perasaan sakit tiba-tiba menyerangnya. Akbar tau, Kirana terpaksa menikah dengannya. Demi adiknya, Puspa. Ia tau seringkali Abi dan Umi mencari wanita yang siap menikah dengannya. Tapi saat diberitahu tentang wajah Akbar. Semuanya mundur.
Akbar berjalan ke kaca. Menatap wajahnya yang mengerikan. Kecelakaan itu merenggut kehidupannya. Wajahnya ini pula yang membuat Kirana tak menatapnya. Lelaki itu membuka laci di nakas. Memasang topeng yang sudah ia siapkan. Topeng yang sudah di desain khusus untuknya. Hanya menutupi bagian wajah yang cacat dan mengerikan. Ia harap dengan ini, istrinya tak akan ketakutan.
Akbar lalu mengambil selimut lain di lemari. Kemudian matanya melihat Kirana. Perlahan ia mendekat dan Menaikkan selimut hingga ke dada Kirana. Mengusap rambut hitam itu dengan lembut.
Ia mengerjapkan mata ketika wajahnya sangat dekat dengan wajah cantik Kirana. Tanpa di duga. Mata Kirana terbuka dan mulutnya menganga. Ia mendorong Akbar hingga jatuh terduduk ke lantai. Kirana siap berteriak tapi Akbar lebih dulu berdiri dan menangkup mulutnya. Hanya terdengar gumam di mulutnya dan Kirana sedikit meronta.
"Jangan teriak, nanti Randy denger." Kirana menautkan alisnya. Seperti kenal suara itu. Akbar melepaskan tangannya di mulut Kirana. Lelaki itu lalu berjalan menjauh. Tapi tangan Kirana menariknya. Hingga Akbar jatuh di atas tubuh Kirana. Suara ranjang yang bergoyang karena jatuhnya mereka di atasnya terdengar cukup keras.
Akbar menatap wajah Kirana yang sangat dekat dengannya. Bibir tipis seperti cherry itu mengapa terlihat sangat menggoda? Ia menelan saliva. Lalu berdiri dan berjalan cepat ke sofa. Tidur dan memejamkan mata. Kirana menatapnya dengan mata membulat sempurna.
"Bang Akbar?" gumamnya pelan. Lelaki itu memakai topeng. Dan astaga, mengapa terlihat seperti lelaki keren dan misterius?
Bersambung
Tap jempolnya yaa❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2023-07-20
0
Sulaiman Efendy
INGAT, YG UTAMA ITU BKN TAMPAN KEREN DN TAMPAN, AHKLAK YG MULIA YG UTAMA..
2023-07-20
0
Sulaiman Efendy
JGN JDI ISTRI DURHAKA LO KIRAN, SEJELEK DN SEBURUK APAPUN TAMPANG SUAMI MU, DIA TTP IMAM LO, SURGA LO DI BAWAH TLAPAK KAKI DN KRIDHOAN SUAMI LO... JGN SAMPE LO JDI WANITA YG DILAKNAT ALLAH, DN HARUM BAU SURGA UNTUK LOO..
2023-07-20
0