Happy reading >_<
🌸🌸🌸
"Kirana yakin?" tanya bunda Ayu dengan lembut. Gadis itu mengangguk dan menatap wanita yang melahirkannya.
"Dengar Nak, kami tak akan menikahkan kalian dengan paksaan. Pernikahan bukan sebuah permainan," tutur Ardi lembut.
"Udahlah Bi," sahut istrinya Indah dengan cepat. Ia menatap Kirana dengan mata berbinar.
"Kirana mengerti Om, tapi apa pernikahan ini diperbolehkan. Maksudnya ...."
"Boleh," sahut ayahnya, Haris.
"Pernikahan antar ipar diperbolehkan, karena pada dasarnya seseorang yang gak boleh dinikahi adalah mahram. Tapi kalian bukan mahram. Jelas di perbolehkan," tutur Ardi lembut. Suaranya berat berwibawa.
"Kalau pun ada yang haram, apabila si laki-laki menikahi wanita dan adik perempuan/iparnya sekaligus. Allah menyebutkan daftar wanita yang tidak boleh dinikahi, diantaranya : “Kalian tidak boleh menggabungkan dua wanita bersaudara.” (QS. An-Nisa: 23)." Haris menimpali. Suara berat dan terlihat berkharisma.
"Baiklah ayah, Kirana yakin."
Raut wajah semua orang nampak lega. Tapi tidak dengan Kirana.
***
Tenang Kirana!
Semuanya akan baik-baik saja!
Mungkin wajahnya hanya sedikit rusak!
Hanya sedikit
Kirana memejamkan mata. Berusaha mengusir gejolak batin yang berperang di dalam pikirannya. Kalau bukan karena Puspa dan bayinya. Ia tak akan pernah mau menikahi lelaki yang buruk rupa! Bahkan ibu yang melahirkan lelaki itu sendiri yang mengatakan bahwa wajah putra sulungnya mengerikan.
Ting!
Satu pesan dengan nama Randy. Kirana menghembuskan napas kasar. Berusaha menetralkan detak jantung yang berdegup kencang. Ia meminta foto Akbar yang Randy ambil diam-diam saat kakaknya sendiri baru saja kecelakaan.
Perlahan tangan lentik Kirana membuka pesan dan napasnya tertahan. Kemudian matanya melihat foto itu. Kirana memejamkan mata.
Jangan mengumpat
Jangan memaki
Tahan emosi
Kata bunda jadi perempuan harus bisa nahan diri!
Tahan!
Tahan!
Persetan dengan menahan emosi!
"Aaarggh!" gadis itu berteriak frustasi. Foto yang Randy kirimkan merupakan foto seorang lelaki dengan wajah yang setengah diperban. Setengah dahi serta mata dan pipi kiri tertutup perban. Sedangkan bibirnya utuh dan satu mata yang terlihat sempurna.
Kirana hanya di beri semacam kisi-kisi mengenai calon suaminya. Yang ia ingin tau adalah dibalik perban itu. Bagaimana bentuk wajah itu. Apa semacam borok hitam bernanah atau seperti kulit yang bekas terbakar atau bagaimana!
Kirana menghembuskan napas kasar lalu menatap nomor di bawah foto. Apa ia harus menghubungi lebih dulu lelaki itu? Tangannya kemudian bergerak mengetik pesan untuk sang calon suami.
Apa wajahmu sangat mengerikan?
Send
Kirana menunggu, ah pesannya sudah di baca. Tanpa memperkenalkan diri seharusnya Akbar sudah tau karena foto Wa-nya adalah fotonya sendiri.
Beberapa menit tak ada balasan. Kirana mengerucutkan bibirnya. Wajahnya benar-benar memerah malu. Ia menatap layar ponselnya. Berpikir apa ia keterlaluan?
Ting!
Cepat, Kirana membuka pesan itu.
Y
Hanya itu balasan dari Akbar!
Tiing!
Ting!
Beberapa notifikasi masuk. Senyuman Kirana merekah. Ia mulai membalas beberapa komentar di sosial media. Agar tak dikira sombong dan bagi Kirana attitude itu sangat penting. Sejenak ia lupa apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Dunia maya memang selalu memberikan pengaruh yang luar biasa di dunia nyata.
***
Ijab Qobul dilaksanakan di kediaman keluarga Bratajaya. Hanya dihadiri oleh keluarga inti Bratajaya dan Cakrawangsa. Kirana mengatakan tak ingin pesta pernikahan. Berdalih bahwa itu hanya membuang uang.
Tentu saja ayah dan bunda mereka tak setuju. Tapi tuan dan nyonya Bratajaya hanya diam seolah setuju. Mungkin sudah tau bahwa alasan dari itu karena putra mereka. Kirana yang merupakan selebgram akan langsung menjadi sorotan publik jika pesta diadakan. Kirana tak bisa membayangkan bagaimana jika hal itu terjadi.
"Sah!"
"Alhamdulillah."
Lamunannya buyar saat semua orang mengucapkan syukur kepada Allah SWT.
"Alhamdulillah ...." suara berat itu dari calon suaminya. Ah bukan. Lebih tepatnya adalah suami. Sejak tadi ia tak bisa mengangkat wajahnya untuk menatap lelaki itu. Kirana sudah berniat, ia akan bersikap acuh pada lelaki itu. Lelaki yang sudah sah menjadi suaminya. Lelaki yang duduk di sebelahnya dan mungkin sedang tersenyum bahagia. Mungkin saja.
Kirana kemudian mencium punggung tangan kekar itu lalu keningnya dikecup singkat oleh bibir basah itu. Ada sebuah rasa yang tak ia mengerti ketika Akbar mengecup keningnya. Getaran-getaran yang ada di dada dan degup jantung yang tak biasa.
Ijab Qobul selanjutnya kemudian diucapkan oleh Randy. Kirana menatap Puspa yang wajahnya bersinar bahagia. Hatinya merasakan kesejukkan yang luar biasa. Senyumannya terukir dan ia harap langkah ini bukan kesalahan.
***
"Panggil Abang yaa Kiran. Ummi minta tolong." Kirana tersenyum lalu mengangguk sekilas. Kakinya melangkah dan menaiki satu persatu anak tangga. Sekarang ia harus menuju kamar Akbar. Memanggilnya untuk makan malam.
Mereka sedang berada di rumah keluarga Bratajaya. Ayah dan bunda mereka sudah pulang. Meninggalkan dua putri mereka disini. Putri bungsu yang memiliki sorot mata kebahagiaan dan Putri sulung dengan sorot mata keraguan.
"Bang ...." Kirana masih tak menatap lelaki itu. Ia tak pernah mencoba sedikit saja mengangkat kepala untuk menatap wajah suaminya. Ia berbicara hanya melihat leher atau dagu Akbar. Karena tinggi Kirana juga hanya sebatas dagu Akbar.
"Makan malam udah siap."
"Hmm." lelaki itu berjalan melewati Kirana. Aroma mint sekilas tercium di indera gadis itu. Ia kemudian berjalan di belakang Akbar. Menuju meja makan.
Saat sampai di meja makan. Semua orang sudah duduk. Termasuk Puspa. Ummi Indah nampak sangat perhatian pada Puspa. Sekilas Kirana berpikir. Apa suatu saat ia akan seperti itu?
"Makan yang banyak sayang."
"Randy jangan lupa! Harus nemenin menantu Ummi cek kandungan rutin!"
"Habis makan minum susu hamil yaa sayang, Ummi udah beliin rasa cokelat, rasa vanilla, rasa ... Banyak pokoknya Ummi beli. Biar Puspa gak bosan sama rasanya."
Ummi Indah terus berbicara panjang lebar. Puspa hanya mengiyakan sembari tersenyum manis. Sorot mata kebahagian terpancar jelas di raut wajahnya. Membuat Kirana berpikir, bahwa jika memang keputusannya ini adalah kesalahan, suatu hari yang akan datang, ia tak akan pernah merasa ini sebagai sebuah kesialan atau penyesalan.
Mereka makan sembari diselingi candaan. Suasana hangat dan kebahagiaan.
"Abi, Ummi, besok Abang akan bawa Kirana ke apartemen." semua orang menatapnya.
"Kok gitu bang? Dulu Abang memang bisa tinggal diapartemen waktu sendirian. Tapi sekarang Abang sudah punya istri. Udah lah tinggal di rumah ini aja," protes Umi.
"Maaf Umi, tapi Abang pikir lebih baik kami ke apartemen."
"Abi, gak papa 'kan?" tanya Akbar. Kiran hanya diam. Tak ingin ikut bersuara jika tak ada yang bertanya.
"Tapi apa yang Umi bilang benar bang, kalian baru saja menikah tadi, masa udah mau pergi dari rumah ini?"
"Bukannya gitu Bi ...." sejenak Akbar terdiam. Mencari alasan yang tepat.
"Abi sama Ummi kayak gak pernah jadi pengantin baru aja," ucap Akbar dengan nada keluhan. Jujur, ia sangat malu mengatakan ini. Tapi jika tak begini ia tak akan bisa ke apartemennya lagi.
Uhuk uhuk
Kirana terbatuk-batuk.
"Minum dulu Mbak." Puspa menyodorkan air minum.
"Ya udah deh kalau gitu, Mentang-mentang udah punya istri ngelupain Umi," keluh Umi Indah.
Abi Ardi justru tertawa kecil. Semua orang juga nampak tertawa. Apa lagi Puspa ketika melihat wajah kakaknya memerah.
"Kita juga tetap harus malam pertama dong." mata Puspa membesar mendengar bisikan Randy.
"Ih Mas!" Randy tertawa kecil ketika melihat wajah Puspa memerah malu.
"Malam pertama apanya, udah ngebobol duluan," gumam Puspa pelan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
APA AKBAR BENAR2 CACAT WAJAHNYA, ATAU TEMPELAN DOANK...
2023-07-20
0
Aracely
Seru...aku mulai syuka ceritanya. 😍
2022-03-19
0
Kenzi Kenzi
tabah neng kiran
2021-07-25
0