Happy reading >_<
🌸🌸🌸
Nyebelin banget si!
Kirana terus menggerutu sejak tadi, meski hanya di dalam hati. Tapi raut wajahnya terlihat begitu kesal. Ia dan Akbar sedang di dalam lift. Menuju apartemen sang suami.
Saling diam dan Akbar mengacuhkan. Sejak tadi dan Kirana tak suka seperti ini. Untuk ke sekian kalinya, Kirana melirik Akbar. Mengapa lelaki itu sangat pediam? Tubuh Akbar sebenarnya sangat tinggi dan terlihat kekar. Saat ini, Akbar memakai celana jeans hitam dengan kaos serta kemeja dengan warna senada. Di tambah topeng itu, ia terlihat begitu ... Mempesona.
Ting!
Suara lift membuyarkan lamunan Kirana. Ia kemudian menyadari, bahwa ia baru saja memuji suaminya sendiri.
Sadarlah Kirana!
Kirana mengingatkan dirinya sendiri sembari terus berjalan dibelakang Akbar.
Bruk!
"Aw!" pekik Kirana. Ia langsung mengangkat muka dan ternyata ia baru saja menabrak punggung Akbar. Sialnya, Akbar hanya menoleh sekilas dengan sorot mata datar lalu kembali memencet password apartemennya.
Kirana adalah seorang wanita yang banyak bicara dan juga ceria. Suasana sepi dan makhluk menyebalkan yang bersamanya, membuat ia begitu tak nyaman. Apa salahnya sih mereka berteman?
Pintu terbuka, Kirana melangkahkan kakinya. Apartemen yang cukup mewah. Warna hitam mendominasi setiap ruangan yang ada di apartemen ini. Benar-benar menimbulkan kesan misterius untuk Akbar.
"Hey, jangan membanting begitu! Kalau barang gue rusak gimana?!" sentak Kirana ketika Akbar melempar koper besar yang berwarna biru langit. Milik Kirana. Ya, koper yang besar. Gerakannya seolah mengatakan.
'Ini kopermu!'
"Lo bisu?!" seperti biasa, Akbar menoleh sekilas padanya dengan sorot mata datar lalu mengacuhkan. Akbar berjalan membawa kopernya ke arah sebuah kamar.
"Kamar gue di mana?" tanya Kirana ketika setelah berkeliling tak menemukan kamar lainnya. Ia menatap Akbar yang sedang memangku laptopnya dengan sorot mata bertanya. Lelaki itu duduk di tepi ranjangnya.
Akbar membalas tatapan Kirana. Diam tapi Kirana seolah mengerti apa arti sorot mata itu.
"Lo becanda 'kan? Masa kita sekamar!" Kirana memekik keras. Membuat Akbar terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan laptopnya. Akbar menatapnya dengan menautkan alis serta sorot mata tak suka.
"Apa sih! Diam mulu! Dasar aneh!" gerutu Kirana lalu membawa kopernya ke atas ranjang. Menyingkirkan Akbar yang duduk dengan tangan lentiknya.
"Minggir ih!" Akbar menurut dan duduk di sisi lain ranjangnya. Kembali fokus pada laptopnya. Sedangkan Kirana mulai memasukkan bajunya ke dalam lemari besar di sana. Ia juga menata baju Akbar yang berantakan.
"Gue gak mau seranjang sama lo! Lo tidur di sofa atau gak di lantai!" Akbar mengerjapkan matanya. Menatap Kirana. Tak ada perlawanan. Ia diam.
***
Malam yang terang dengan sinar bulan. Langit malam yang juga bertaburan dengan bintang. Akbar berdiri di balkon kamarnya. Menatap kosong ke sembarang arah. Ia berbalik dan sudah melihat Kirana tertidur pulas di ranjangnya. Mungkin kelelahan.
Gadis itu seharian berbenah dan membersihkan apartemennya. Lebih tepatnya mengatur ulang setiap perabotan. Sesuai kehendaknya. Akbar membiarkan karena malas bicara dan berdebat. Ia sudah tau, gadis itu sangat cerewet dan suka bertindak sesuka hati. Kirana bahkan sudah menyiapkan alas untuk Akbar tidur dilantai sebelah ranjang.
Akbar kemudian berjalan ke arah sofa. Duduk di sana. Di depan laptop dengan secangkir black coffe kesukaannya. Lalu mulai bekerja. Meski ia berasal dari keluarga kaya. Hampir semua kalangan atas tau mengenai keluarga Bratajaya. Mereka memiliki beberapa perusahaan dengan berbagai macam bidang. Tapi perusahaan itu dipimpin oleh adiknya. Randy.
Akbar tak mau berpangku tangan dan hanya meminta. Jadi ia mulai berpikir apa yang harus ia kerjakan. Menghasilkan uang tapi tetap di dalam kamar.
Penulis.
Akbar mulai belajar mengenai PUEBI. Beberapa pengetahuan di dunia literasi. Hingga suatu hari, naskahnya diterima penerbit. Bukunya diterbitkan. Hampir semua novelnya best seller.
Akbar sangat menyukai pekerjaan ini. Dan ternyata, keahliannya juga disini. Tangannya terus menari di atas keyboard. Mengetik dengan baik. Setiap raut wajahnya berubah seiring dengan apa yang ia tulis. Karena Kenyataannya seorang penulis memang harus mendapatkan feel-nya. Agar sebuah karya tercipta dengan sempurna.
Wajah yang cantik dengan hidung mungil di antara mata indah itu. Menawan dan sangat mempesona dimataku. Perlahan, aku mendekat dan menatap bibir tipis itu. Terlihat Menggairahkan. Apa juga sangat memabukkan?
Ia menatapku dalam saat jariku mengusap bibirnya. Kecantikan yang bagiku tiada tara terdapat di mata cokelatnya. Aku menyukainya. Aku membalas tatapannya dan mulai menyatukan bibirku dan bibirnya.
Manis!
Kirana ....
Akbar mengusap wajahnya dengan kasar. Menatap kalimat yang baru saja ia ketik. Kirana. Tokoh utama wanita bernama Liana. Mengapa ia mengetik Kirana?
"Astaghfirullah Akbar," gumamnya pelan. Matanya kemudian menatap Kirana. Selimutnya tersingkap. Akbar berjalan mendekat dan membenarkan selimut itu. Lalu menuju ke kamar mandi.
Akbar menatap dirinya di depan cermin lalu melepas topengnya. Ia harus mulai terbiasa dengan topeng ini di wajahnya. Ia mencuci muka lalu menyikat gigi. Kembali memasang topeng lalu keluar kamar mandi.
Matanya terpaku saat menatap makhluk yang berdiri di sana. Menatap layar laptopnya.
"Hey!" Kirana tersentak dan menyadari Akbar sudah berjalan ke arahnya. Ia menelan saliva. Dari nada bicaranya Akbar terlihat marah.
Akbar kemudian menutup laptopnya. Lalu menatap tajam makhluk yang menyebalkan di hadapannya. Kirana kemudian berjalan ke ranjang. Berusaha menghiraukan. Matanya terpejam tapi terus mengingat kalimat yang ada di layar laptop Akbar. Berpikir mengapa ada namanya di sana.
Kirana tersentak ketika merasakan seseorang di belakangnya. Matanya membulat sempurna. Ia mendorong Akbar hingga terjatuh dari ranjang.
"Sudah gue bilang, gue gak mau seranjang sama lo!" mata Kirana menatap tajam lelaki yang terlihat kesakitan. Apa ia keterlalulan?
Akbar membalas tatapannya. Lalu mulai merebahkan dirinya kembali. Menghiraukan Kirana. Gadis itu mendorong Akbar lagi. Tapi Akbar sudah bertahan di posisinya saat ini. Saat Kirana mulai mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorongnya. Akbar mencengkram tangan lentik itu.
"Ini ranjangku!" ucap Akbar dengan intonasi tegas.
"Tapi ini sudah jadi ranjang gue!" sahut Kirana dengan mengerucutkan bibirnya. Sedikit meringis kesakitan saat Akbar menguatkan cengkraman di tangannya.
"Jangan berpikir macam-macam. Kita hanya tidur di ranjang yang sama. Gak akan terjadi apa-apa." Akbar melepaskan cengkramannya di tangan Kirana. Lalu memunggungi istrinya.
"Apa jaminannya lo gak akan ngelakuin apa-apa?" tanya Kirana dengan setengah berteriak.
"Lihat ke cermin." Kirana menautkan alis. Tak mengerti apa maksud Akbar.
"Kamu jelek." mata Kirana terbelalak. Laki-laki ini, yang wajahnya tertutup setengah topeng. Yang digambarkan Ummi wajahnya mengerikan tapi justru ia mengatakan wajah cantik Kirana jelek? Menyebalkan.
Bersambung
Tap jempolnya yaa❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
ralIne🍃
next
2021-09-22
0
Anizannex
mau like udh merah .... ke 5 kalinya baca ni novel 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-09-20
0
Kenzi Kenzi
wuasyicccccx.......ga sesuai kata hati......lidah keseleo bang😉
2021-07-25
0