POV. Friska ( aku kembali ke keluargaku )
•••••••••••••••••
hari ini hari terakhir aku bekerja dirumah majikanku,kontrak kerja selama tiga tahun sudah aku selesaikan,Alhamdulillah selama bekerja aku tidak pernah mendapatkan komplain besar dari majikan dan Akong yang aku rawat,karena aku selalu menjaga etika kerja dan merawat pasienku dengan tulus.
dua buah koper besar sudah aku persiapkan disana ada baju baju baru ku yang aku beli seminggu yang lalu,baju amori,baju untuk ibu dan juga Winda sudah aku beli.
oleh oleh biar mereka senang .
tak lupa aku beli dua buah ponsel baru debgan kualitas tinggi juga aku beli. tabunganku selama sepuluh bulan terakhir masih lumayan banyak,,,ditambah perhiasan yang diberi dari keluarga majikan lumayan banyak. Alhamdulillah
aku berpamitan dengan majikan dan Akong,mereka menangis saat memeluku karena kami sudah teramat dekat selama ini,begitupun aku menangis ...rasa sedih akan meninggalkan mereka.
tiiinnn....tinnn...
taxi yang dipesan majikan untuk mengantarkanku ke bandara sudah datang,,sopir taxi membantu memasukan dua koperku kebagasi,,dan kami pun melaju menuju bandara..
"selamat tinggal keluarga baik ku,,." aku akan mengenang kalian selamanya.
saat ini perasaan hatiku bercampur aduk antara bahagia dan sedih.
bahagia karena sebentar lagi aku akan bertemu keluargaku yang sudah tiga tahun lamanya aku tinggalkan,sedih karena suami yang aku cintai telah berhianat.
"sabar Friska,kamu pasti bisa melewatinya,kamu harus kuat,aku menyemangati diriku sendiri.
satu jam perjalanan akhirnya aku sampai dibandara internasional,setelah cak in aku berjalan ke ruang tunggu.
"mbak,mau pulang kemana."
aku menoleh kesamping kiri,ada lelaki tinggi besar memakai kaos putih dan Jaket jeans warna biru laut.
"pulang keindonesia mas." jawabku
"iya saya tau pasti keindonesia, maksud saya Indonesia nya mbak daerah mana."ujarnya sembari tersenyum lebar.
aku bodoh amat ya jelas pesawat yang akan kutumpangi ke Indonesia. heem aku tersenyum sendiri .
"aku pulang kelampung mas."
"sama kalau begitu mbak ." jawab mas disampingku.
kamipun terlibat obrolan,lelaki itu menanyaiku kerja dimana,,kampungnya daerah mana.kami juga sempat kenalan dan bertukar nomor hp.
menurutku tidak apa apa bertukar nomor handphone karena kami sama sama pernah kerja disini dan berasal dari daerah yang sama,tidak ada maksud lain,aku sadar sudah bersuami dan punya anak.
"mbak Ayuk kita antri,,bentar lagi masuk pesawat."
aku mengambil tas dan menyelempangkan dipundaku,ikut antri di belakang Hendri.
ya Hendri nama pemuda itu saat kami kenalan tadi.
lima jam lamanya aku diatas pesawat,dan kebetulan aku duduk dikursi yang sama dengan Hendri.
tibalah kami di bandara internasional Jakarta,dan kami pun melanjutkan dengan pesawat menuju daerah kami.
Hendri membantuku saat transit Jakarta- Lampung.
aku sengaja tidak mengabari ibu dan Winda jika aku pulang hari ini,mereka hanya tahu aku pulang di bulan ini tapi tidak tahu pasti hari dan tanggalnya.
dan aku pun enggan mengabari mas Danny seperti permintaanya waktu itu.
buat apa ngabari laki laki yang sudah berhianat,,bathinku
sampai bandara Lampung aku dan Hendri menyewa mobil rental,aku sampai duluan karena rumah Hendri masih satu jam lagi dari rumahku.
"hen,aku duluan ya,"
"iya fris,,salam buat keluargamu." sahutnya.
aku turun di gang depan rumah,dan harus berjalan kaki sekitar lima puluh meter untuk sampai kerumah ibuku.
disepanjang jalan aku bertemu beberapa tetangga yang sedang duduk diteras rumah mereka.
aku menyapa mereka ,,dan ada yang mengajak ngobrol sebentar karena lama sekali tidak melihatku.
rumah ibu sepi,warungnya juga tutup,kemana ya ibu sama Winda.
saat aku sampai diteras rumah,mbak wanti tetangga sebelah rumah ibu menghampiriku.
"fris,kamu dah pulang ya,duuh nambah cantik aja,kulitmu putih banget fris kaya orang *c*na."mbak wanti memandangiku dari atas kebawah.
"ah bisa aja mbak wanti." sahutku sambil tersenyum lebar.
"Oya fris,ibu sama Winda tadi pergi bawa amori juga katanya mau beli kulkas baru." mbak wanti seperti tahu aku mencari mereka.
"gitu ya mbak,ya udah deh aku tunggu mereka pulang.
aku pun mengajak mbak wanti ngobrol diteras rumah ibu.
"fris,suamimu Danny tuh keterlaluan ya sudah tau kamu kerja jauh buat keluarga dia malah nikah lagi."
"iya mbak,aku juga gak nyangka mas Danny tega seperti itu."
"apa kamu mau dimadu dan tinggal satu rumah sama madumu fris." mbak wanti menatapku iba.
"lihat nanti mbak,aku juga belum ketemu suamiku dan istri barunya." ujarku
"kalau kamu tinggal serumah sama madumu,jangan mau ngalah fris,kamu kan istri tua dan sah ,kalau mereka pastinya nikah sirih lah."
"iya mbak aku tau itu."
ada motor masuk ke halaman rumah,Winda dan ibu turun dari atas motor,amori di gendong sama ibu.
"Bu,Winda,aku berdiri menyambut mereka.
"mbak Friska."Winda berlari memeluku sambil menangis.
ibu pun menangis,amori masih bingung diam saja mungkin dia asing melihatku,wajarlah tiga tahun kami berpisah.
"mbak,kamu pulang kenapa gak ngabari dulu." Winda melepaskan pelukannya.
"iya win,aku mau kasih kejutan."
aku menghampiri ibu dan amori,kupeluk mereka berdua tak kuasa air mata ini mengalir.
"ibu sehat kan Bu."
"iya fris ibu sehat,senang sekali kamu pulang fris."
"amori sini sama mama, aku mengambil amori dari gendongan ibu,awalnya dia menolak,ibu membujuknya dan akhirnya amori mau aku gendong.
"anak mama sudah besar ya sekarang,mama kangen sekali sama kamu nak." kuciumi pipi amori berulang ulang,amori seperti menghindar tapi tak lama dia diam dipangkuan ku.
"eh mbk wanti udah lama disini."Winda duduk disamping mbak wanti .
"lumayan win,tadi aku lihat Friska pulang rumah ibumu di kunci makanya aku temenin ngobrol disini.
ibu mengajak kami masuk dan ngobrol diruang tamu,gak lama ada mobil pick up datang mengantarkan kulkas yang dibeli ibu.
oleh oleh sudah aku buka,ibu dan Winda senang menerimanya.
dan satu baju tunik baru aku kasih ke mbak wanti,,dia pun senang menerimanya .
hari sudah siang ibu dan Winda sedang sibuk menyiapkan makan siang didapur,aku gak diijinkan membantu cukup temani amori bermain.
setelah makan siang setelah menidurkan amori aku dan Winda keluar,rencana mau ke counter handphone untuk membeli kartu perdana untuk kupakai.
"mau beli kartu perdana apa mbak."si mas penjual menanyaiku .
"yang te*Kom**l aja mas."
"ok,sini saya pasangkan sekalian kartunya."
aku menyerahkan ponselku untuk diisi kartu perdana begitupun Winda.
"mas,aku mau handphone yang ini deh,bagus warna pink."
aku dan Winda menoleh kearah suara wanita di pojok etalase counter.
hah mas Danny bathinku,bersamaan mas Danny menoleh ke arahku.
"Friska,dia menyebut namaku,perempuan disampingnya menoleh ke arahku dan menatapku.
mas Danny berjalan menghampiriku.
"Friska,kamu sudah pulang." kulihat sorot matanya ada kerinduan disana.ah,kenapa aku berfikir begini.
"iya sudah baru nyampai tadi pagi." jawabku.
Winda menoleh melihat kedatangan mas Danny.
"kamu ngapain disini mas." Winda yang menurut duluan karena melihatku diam.
"em..itu nganterin Siska beli handphone."sahut mas Danny.
"hebat ya banyak duit beli handphone baru,anaknya gak dipikirin." cibir Winda.
"emang kenapa kalau aku beli handphone baru,toh gak pake duit kamu." Siska sudah berdiri dibelakangku dan Winda.
"eh,pelakor bengkel sama steam motor punya yang dikelola mas Danny itubmbak Friska yang kasih modal,,seharusnya kamu malu make duit orang buat bergaya." Winda menunjuk muka Siska geram.
"kurang ajar kamu kalau ngomong,."Siska mau mendekati Winda tapi ditahan sama mas Danny.
"sudah Siska gak usah ribut disini,mau dilihat orang." mas Danny menarik tangan Siska .
"pelakor mana punya malu mas,suami orang aja di embat." Winda makin emosi.
"sudah win gak usah diladeni kita pulang yuk." aku mencoba menenangkan Winda.
"dan kamu mas ajari istri barumu itu sopan santun,,jangan seenaknya sendiri."
"eh Friska seharusnya kamu yang ajarin adikmu sopan santun,apa gunanya sekolah kalau otaknya kosong." Siska semakin membuat suasana nambah panas.
"inget Siska,permainan kita baru akan di mulai,jangan bangga kamu bisa menikah sama mas Danny dan tunggal dirumah yang aku bangun, aku dan maori akan datang dan tinggal disana ,siapkan mental mu ya.! "
aku gak mau dianggap lemah sama perempuan perebut suamiku,detik ini aku memutuskan aku akan tinggal dirumah seatap dengan maduku.
kalau aku mengalah dan tetap tinggal dirumah ibu ,apa pandangan orang pasti mereka mengatakan aku bodoh dan takut dengan maduku.
lihat saja nant..
aku dan Winda menaiki motor kami pulang kerumah .
"mbak Siska kayaknya semakin kurang ajar tuh,mbak jangan mau ngalah sama dia,mbak yang lebih berhak atas rumah itu.
Winda berbicara sambil fokus kejalan.
"iya win tadinya aku masih berfikir langkah apa yang harus aku ambil,tapi melihat Siska barusan aku sudah memutuskan aku harus tinggal dirumah ku.
sore hari setelah memandikan amori aku mengajaknya main diteras.
ibu lagi melayani pembeli dan Winda kerumah temanya dikampung sebelah .
kulihat mas Danny dan ibunya datang boncengan motor.
aku berdiri menyambut mereka,ya gimanapun juga ibu mas Danny masih mertuaku,apa salahnya aku menghormatinya.
"Bu,apa kabar aku menyalaminya."
"baik fris,kamu pulang gak ngabrin Rin ."
"iya, Bu maaf ." jawabku.
"Ayuk masuk Bu,sebentar ya saya titip amori dulu sama ibu diwarumg."
aku menggandeng amori kewarung.
"Bu aku titip amori bentar ya,ada mas Danny sama ibunya datang."
"iya,sini amori duduk sini ya ,ibu mendudukan amori dikursi panjang yang biasa buat ibu istirahat.
"Bu Ratna,,belanjaan saya sudah belum."
"sudah ini Bu Hesti semua totalnya enam puluh ribu." ibu memberikan belanjaan ke BI Hesti tetangga kami.
"ya sudah sana fris,kamu temui mertua dan suamiku,amori biar ibu yang jagain."
"iya Bu,aku berlalu masuk kerumah.
"sebentar ya Bu, mas saya ambilkan minum dulu." ujarku sambil berlalu kedapur membuat teh manis panas dan sepiring bolu karamel buatan ibu.
"silahkan diminum Bu,mas."
"iya fris makasih." sahut ibu mertuaku.
"ehm..begini fris,ibu membetulkan jilbab nya yang agak melorot.
"ibu dengar kamu dan amori mau tinggal serumah dengan Siska,apa betul fris."
"iya Bu, aku dan mas Danny kan masih suami istri dan rumah itu aku yang membangunnya,wajar kan Bu kalau aku berhak tinggal disana." santai aku menjawab pertanyaan ibu
"iya ibu paham tapi kamu yakin bisa tinggal satu atap dengan Siska,madu mu fris." kembali ibu menekankan .
"kenapa emangnya Bu jika aku serumah dengan Siska,kalau dia merasa keberatan silahkan dia yang keluar dari rumah itu." sahutku .
"gak bisa begitu lah fris,Siska juga istrinya Danny dan sekarang lagi hamil muda harus diperhatikan sama Danny gak bisa tinggal terpisah,iya kan dan." ibu menoleh ke mas Danny.
mas Dany yang dari tadi diam gelagapan mendapatkan pertanyaan ibunya.
" emm...iya Bu, aku harap Friska bisa akur sama Siska." timpal mas Danny tanpa berani menatapku.
"aku sih orangnya tergantung yang aku hadapi mas,kalau Siska bisa menempatkan diri bagiku gak masalah,tapi jika Siska berlaku seolah dia yang berkuasa,aku gak bisa jamin kalau aku bisa akur sama dia."
"baiklah fris,nanti aku sama ibu akan nasehati Siska untuk bisa akur sama kamu." mas Danny menatapku .
"barang barangmu bisa dipersiapkan dari sekarang fris,besok pagi aku sewa mobil pick up untuk menjemput kamu dan amori."
"iya mas nanti aku persiapkan,dan satu lagi kamarku tetap yang sama dulu kita tempati jangan ada barang yang berubah posisi saat aku masuk kerumah." aku mengingatkan mas Danny.
"i..iya fris,kamu tenang aja."
ibu dan mas Danny berpamitan pulang sebelumnya melihat amori dan menggendongnya sebemtar sebelum naik ke motor dan pulang .
"ada perlu apa mereka kesini fris," tanya ibu.
"ibu mertua nanya apa benar aku mau pindah kerumahku,serumah dengan Siska."
"apa kamu sudah fikirkan untuk mengambil keputusan fris."
"iya Bu,karena jika aku tinggal disini nanti Siska akan menguasai rumah yang susah payah aku bangun dari hasil keringatku Bu." jawabku.
"ibu khawatir fris kamu akan mendapatkan perlakuan gak baik dari madumu,." ibu terlihat sedih.
"ibu jangan khawatir Bu,aku ini istri pertama dan istri sah mas Danny jadi aku lebih berhak atas rumah itu." aku mencoba meyakinkan ibu.
setelah makan malam,kami bercengkrama diruang tengah sambil menonton televisi.
ibu membuatkan kami teh tarik dan pisang goreng.
dulu waktu bapak masih hidup, kami menikmati suasana ini bersama bapak.karena teh tarik dan pisang goreng sajian spesial buat bapak saat kami sedang bersantai dirumah .
Winda membantuku mengemas barang barang Ku setelah menidurkan amori.
"mbak baju baju mbak yang dari luar negri bagus bagus dan trendy,jarang loh ada yang jual disini." ujar Winda sambil memasukan baju bajuku ke koper,,aku lagi sibuk memilah baju amori yang mau dibawa dan sebagian ditinggal dirumah ibu,supaya pas kita main kerumah ibu gak perlu bawa baju ganti.
"iya win,seminggu mau pulang mbak diantar majikan mbak ke pusat perbelanjaan terbesar dan murah disana,,bajunya bagus bagus dan harganya terjangkau. sahutku
"sering dipake lah mbak nanti biar mbak kelihatan cantik dan modis, jangan mau kalah sama Siska, mbak lihat kemarin kan penampilan Siska lagak nya kayak artis saja." Winda mendengus kesal.
"kamu itu malah seperti madunya Siska win,lebih emosi kamu dari pada mbak.'
aku terkekeh melihat ekspresi Winda yang cemberut.
"habis kesel tau mbak sama pelakor,pengen Jambak rambutnya, \* hehe ...Winda ikut terkekeh menanggapi.
•••••••••••••••••••••
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments