Dana menggelengkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan Awan.
"Aku masih bingung deh, kenapa kamu mau datang menemuiku kemarin? bukannya sebelumya kamu yang mati-matian menolakku tahun lalu?" Awan tak melihatnya sama sekali saat bertanya hal itu. Pandangannya lurus masih membaca buku yang dipegangnya.
"Gak semua hal bisa berjalan sesuai yang kita mau, Kamu tak akan berfikir 2 kali untuk membahagiakan orang yang kamu sayang. Apalagi kalau kamu merasa tak bisa memberikan banyak hal pada orang itu." Dana masih menatap luar jendela.
"Ribet," jawab Awan singkat.
"Kamu bakal ngerti kalau kamu sudah benar-benar jauh dengan orang yang kamu sayang." Dana menghela napas berat ketika melanjutkan ucapannya.
Dana tau Awan lebih muda darinya. Dana paham karena saat ia diusianya, ia benar-benar keras kepala atas apa yang kulakukan. Dana menganggap semua hal adalah untuknya tanpa mempertimbangkan orang lain. Ia benar- benar kekanak-kanakan sebelum jauh dari mama.
Sekarang ketika Dana hanya bisa menemui mama sebulan sekali, ia sadar. Semakin mampu ia memberikan sesuatu, seperti materi, harta, dan financial yang mapan, semakin sulit untuk memberikan sesuatu pula pada mama.
Dana merasa tak bisa memberikan banyak waktunya untuk sekedar pulang dan membantu mama dirumah. Walaupun setiap mama butuh sesuatu, ia selalu menyediakan kebutuhannya dari jauh. Tapi Dana sadar, diusianya sekarang, financial hanyalah pelengkap kebahagiaan.
Perjalanan saat itu dihabiskan dengan kesibukan mereka masing-masing. Sembilan jam mereka duduk di kereta. Artinya sebentar lagi Dana akan sampai ke tujuannya.
"Kamu turun dimana?" Awan membereskan barang-barangnya.
"Pasar Minggu!" jawab perempuan itu singkat. Dana tak perlu membereskan apapun karena yang dia keluarkan dari ransel hanyalah HP.
"Oh, sama," jawab Awan singkat.
Dana menoleh padanya. Ia kaget karena tujuan mereka sama. Itu berarti mereka tinggal di lingkungan yang berdekatan.
"Wait, kamu kerja di mana sih?" Awan menatap kakak kelasnya balik.
"Apa urusan kamu?" kata-katanya membuat Dana malas untuk melihatnya lagi. Awan memang sangat menyebalkan seperti yang Dana duga.
Dana turun dari kereta. Ia belum melihat matahari muncul pagi itu. Waktu masih menunjukan pukul 2 dini hari. Dana yang setengah mengantuk menarik koper berukuran sedang yang dibawanya. Perempuan itu menunggu taxi di trotoar jalan.
Ia melihat Awan dijemput seseorang. Dirinya yakin itu adalah seorang perempuan. Dana tersenyum sinis melihatnya dari kejauhan. Bisa disimpulkan itu pacarnya, melihat perempuan itu memeluknya dengan mesra.
"Kalo dia sudah punya pacar, ngapain dia datang?" katanya bermonolog. Dana menghadang taxi di sana. Dirinya memikirkan semuanya sepanjang jalan. Kantuknya yang sempat menyerang benar-benar hilang ketika memikirkan Awan. Dana sedikit marah pada laki-laki itu. Ia merasa sangat benci pada laki-laki yang dijodohkan dengannya. Mungkin Awan memang tak sebaik yang mama kira.
"Mana ada laki-laki baik pelukan di depan umum kaya gitu?" katanya spontan. Tanpa sengaja Dana melontarkan kata-kata itu dari mulutnya. Membuat sopir taxi itu melihatnya dari kaca tengah.
"Gak di jemput Mba?" kata sopir taxi itu padanya.
"Enggak pak," Dana tersenyum menjawab pertanyaannya.
"Baru datang dari kampung ya? asli mana mba?" kata sopir taxi itu basa-basi.
"Saya Jawa Tengah pak,"
"Loh, saya juga Jawa Tengah, lagi merantau di Jakarta. Saya orang Kudus mba." Dana akhirnya berbincang dengan bapak itu. Obrolan khas seperti pada umumnya. (sering gasi kalian kaya gini ?)
Akhirnya Dana sampai di kostnya. Ia membuka pintu dan masuk ke dalam. Perempuan itu membaringkan tubuhnya di kasur. Badannya terasa sangat pegal karena perjalanan jauh yang di tempuh. Ia perlu meluruskan tulang-tulangnya yang kaku.
Dana langsung tidur karena sudah cukup larut. Jam menunjukan pukul 3 dini hari. Ia harus segera tidur kalau tak mau bangun telat nanti. Walaupun Dana tau, ia akan berangkat sedikit siang, tapi dirinya tak mau telat bangun karna hal tersebut akan membuatnya panik.
Dana bangun tepat pukul setengah enam pagi. Wanita itu berjalan gontai memasukki kamar mandi dan mengambil wudhu. Ia melaksanakan sholat subuh agak telat pagi ini. setelah itu, dirinya bersiap untuk mandi dan membereskan baju yang ada di koper. Dana merasakan lapar pagi itu meski jam masih menunjukan pukul setengah 8 pagi. Perempuan itu mengambil HP dari dalam tas untuk memesan makanan secara online. Setelah selesai memesan, tak sengaja dilihatnya pesan dari beberapa orang.
Kak Lita, Kak Rindang, Kak Restu, Putri, Mama. Hampir semuanya berisi tentang pekerjaan. Dana membuka pesan dari mama.
Mama Nduk, sudah sampai kost? √√
Dana menelfon mama. Ia rebahkan kembali tubuhnya ke kasur.
"Halo ma?"
"Halo nduk, sudah sampai?"
"Sudah,"
"Syukur kalo gitu,"
"Mama lagi apa?"
"Ini, mama lagi liat anggrek di rumah tante Hesti." Dana mengerutkan dahinya. Ia yang tau siapa tante Hesti menebak-nebak apa yang akan terjadi setelah ini.
"Pagi-pagi gini?"
"Iya, mumpung libur." katanya sangat bersemangat. Dari balik telefon, terdengar suara mama dan tante Hesti sedang berbicara meski tak terdengar jelas olehnya.
"Nduk, ini tante Hesti mau bicara sama kamu katanya." Dana spontan duduk mendengar hal itu.
'ngapain?' batinnya dalam hati.
"Halo nduk," sapa tante Hesti di balik telfon.
"Halo tante,"
"Perjalanannya lancar kan?" tanyanya ramah pada anak dari sahabatnya itu.
"Alhamdulillah tante, lancar kok."
"Awan kemarin ini ke Jakarta juga nduk. Kamu ketemu gak sama Awan di stasiun?Kalau gak salah, keretanya jam nya sama kaya kamu." Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang tak mau Dana jawab.
"Iya tante kemarin ketemu di stasiun," jawabnya singkat.
"Oh bagus kalo gitu, kost kamu deket kan dari tempat Awan? tante kemarin bawain Awan rendang, Kamu suka rendang kan nduk? nanti tante suruh dia ke tempat kamu ya buat nganter rendang nya?" Dana membelalakkan matanya mendengar ucapan tante Hesti.
"Gak usah tante, makasih banyak Dana malah ngerepotin tante sama Awan nanti," jawabnya spontan.
"Ya enggak lah nduk, sudah nanti biar Awan anterin ya?" Dana tak bisa menolaknya sama sekali.
"Iya tante, makasih banyak," Ia mencoba menjawab tante Hesti seramah mungkin.
"Ya sudah, ini tante sama mama mu lagi di kebun, sudah dulu ya? Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam,"
Dana menghela nafas berat. Ia berteriak di balik bantal. Dirinya benar-benar tak ingin menemui Awan lagi.
"Kenapa tuhan kenapa?" perempuan itu menghela nafas frustasi mengingat kelakuan Awan padanya.
ZikryAwanH_21 1 permintaan pesan untuk anda
Dana membuka instagram setelah melihat seseorang mengirimi permintaan pesan. Ia membuka profile IG tersebut untuk melihat siapa orang itu.
"Haish, anak ini lagi!" Dana membaca pesan darinya.
Awan Aku antar kemana? √√
^^^Dana Bilang saja ke mama kamu kalau rendangnya sudah diantar. Tak usah repot-repot mengantarnya ke sini, terimakasih! √√^^^
Awan Mama nyuruh aku kirim foto buktinya! √√
Aku benar-benar tak habis pikir dengan tante Hesti. Bisa-bisanya dia memikirkan hal itu. Aku menghela nafas berat sebelum mengirimkan pesan lagi padanya.
^^^Dana Ke kantor saja, Jalan Simanjuntak nomor 6 Gedung C Lantai 2, Kantor Konsultan Pajak Rey n Ran. √√^^^
Awan hanya membaca pesan darinya tanpa membalas. Dana juga tak perduli dengan hal itu.
Tak lama makanan yang dipesan datang. Dana makan nasi kuning dengan lauk ayam. Setelah selesai ia bersiap lalu pergi ke kantor.
"Kak Dan, ada yang cari kakak di lobby," kata salah satu anak magang di tempat Dana bekerja.
"Siapa?" tanyanya pada anak magang itu.
"Kurang tau kak, katanya mau nganter makanan."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sihaloho Erita
dukung kecil kecilan
semangat ya thor
2022-06-11
0
Winarsih Asih
klu naek angkuta umum,taksi,ojek,bajaj,ampek angkot pun selalu ngobrol ma supirnya,kepo banget ya eke😂😂😂🤭
2022-06-07
0
NandhiniAnak Babeh
test test
marathon kecil dlu ya Thor 🤗🤗🤗
2022-05-18
1